"Tidak, itu seperti bilang apakah kamu ingat telah jatuh cinta. Semua terjadi begitu saja... "
Itu jawaban John Lennon dalam sebuah wawancara tahun 1972, ketika ditanya apakah dia ingat satu peristiwa yang menandai perpecahan The Beatles.
Bagi sebagian fans grup asal Inggris itu, Yoko Ono adalah aktor penting. Kekecewaan jutaan orang selama lima dekade ini, dibebankan ke pundak perempuan itu. Seandainya, dan memang seandainya dia tidak masuk ke lingkaran inti Beatles, barangkali dan ini betul-betul barangkali, kita masih bisa melihat eyang-eyang sepuh main band di televisi. Dan Beatles tertulis di layar panggung.
Banyak pihak menepis peran Yoko Ono. Bahkan John Lennon.
" Aku antara akan menikahi mereka atau Yoko, dan aku memilih Yoko, dan aku memilih dengan benar," kata Lennon tak lama setelah bubarnya Beatles.
Tapi, ketika Plastic Ono Band terbentuk, dengan Yoko di dalamnya, dan Eric Clapton, wajar jika tuduhan tertuju ke perempuan nyentrik itu. Meski tak banyak terdengar dan tentu tak melegenda seperti Beatles, Plastic Ono Band adalah duri dalam daging di akhir periode Beatles.
Tapi ini seperti legenda. Ada versi, dan kita boleh memilih. Soal peran Yoko Ono, memang sulit dilepaskan. Tapi juga tak ada bukti. Cuma, banyak band bubar, oleh urusan cinta salah satu personelnya.
Bahkan banyak pikiran liar. Jika saja Lennon tak beristri Yoko Ono, tetap hidup di Liverpool, bisa saja garis nasib tak membawanya pada peristiwa 8 Desember 1980. Ketika Mark David Chapman melesatkan empat butir peluru di New York.
****
Untunglah masih ada Paul McCartney. Eyang kakung yang dengan ingatan luar biasa bisa bercerita banyak kiprah Beatles era 60-70.
Dokumenter terbaru: McCartney 3,2,1 produksi Hulu masih hangat tersaji. Produser musik Rick Rubin, eyang kakung yang lain, membawa obrolan ngalor-ngidul, serasa duduk di pos kamling mendengarkan tetangga sepuh ngobrol soal gestapu.