Mohon tunggu...
Nur Habibah
Nur Habibah Mohon Tunggu... Guru - Mencoba mulai menularkan literasi dalam kegiatan sehari-hari menulis

seorang pendidik dari dua orang anak

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rumah Gamelan di Negeri Belanda

23 Agustus 2023   22:00 Diperbarui: 23 Agustus 2023   22:02 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ruth Jaeger yang berasal dari Koln di Jerman, setiap hari selasa ia datang ke amsterdam untuk berlatih gamelan, Ruth memainkan gending jemarinya begitu lihai dengan gerakan variasi baik lambat maupun cepat mulai dari menthog-menthog sampai yang sulit seperti pilaran, serta mampu mengatur vocal, kendang, ketuk kenong dan gong.

Gabriela menyukai gamelan karena kebiasaannya. Dimana rumahnya dekat dengan Het Gamelanhuis, merupakan tempat grup gamelan berlatih, karena keseringan mendengar musik gamelan akhirnya Ia begitu mencintai Gamelan hampir lima tahun Ia sudah mengenal Gamelan.

Selain gamelan, ketertarikan orang-orang Eropa belajar gamelan namun mereka tertarik dengan filosofi jawa. Michiel Niemantsverdriet, Ia belajar gamelan hampir lima belas tahun sudah dan 1 tahun pernah tinggal di Yogyakarta dan solo. Menurutnya gamelan merupakan sebuah kebersamaan setiap anggota simfoni dalam irama yang indah. Gamelan mengajarkan kerjasama dalam bergotong royong dibandingkan dengan kehidupan di Eropa yang Individualis. Michiel sekarang berprofesi sebagai guru gamelan untuk sekolah dasar di Belanda.

Het Gamelanhuis merupakan rumah gamelan yang berada di Amsterdam tepatnya di sebuah pulau kecil yang bernama java-eiland (pulau jawa). Gedung ini didirikan pada tahun 2021. Di sana bukan hanya belajar gamelan jawa namun masih banyak alat musik lainnya seperti gamelan Bali atau orkestra Indonesia modern pada waktu yang berbeda.

Setiap hari selasa malam,  ada dua grup gamelan yang berlatih bersama yaitu Wiludjeng dan Mugi Rahayu. Kedua pelatihnya berasal dari negeri Belanda totok yang bernama Martin van den berg yang berusia 44 tahun dan telah belajar gamelan hampir 25 tahun.

Irama gamelan begitu merdu terdengar ketika Marten memberikan bimbingan kepada siswanya, Marten dengan piawai menabuh gendang memainkan  peralatan gamelan terlihat betul sudah menguasai alat tersebut.  Kendang merupakan alat yang sangat penting dalam memberikan irama serta memandu instrument seperti peralatan,  boning, gender, gambang, suling, siter, peking hingga gong. Penyanyi sinden dengan seksama mendengarkan irama musik serta tarian. Penari jawa harus mampu mengikuti irama kendang.

Marten bercerita bagaimana sulitnya menabuh gendang, Marten sampai berguru ke Jawa di Solo untuk belajar memainkan alat musik Kendang. Awalnya Marten memainkan alat musik kendang biasa saja, namun semua ada tekniknya, ilmu yang dimiliki belum begitu cukup,selama belajar di Solo Marten betul-betul menguasai teknik memainkan Kendang. Sejak saat itu Marten mulai memahami teknik bermain musik gamelan dan fungsinya, hingga akhirnya Marten meluangkan waktu untuk mendalami ilmu gamelan di Solo.

Melihat kegigihan Marten, akhirnya penulis menyimpulkan bahwa untuk belajar gamelan perlu waktu yang panjang dan sangat kompleks hingga dituntut ketekunan. Marten juga menyatakan bahwa keistimewaan gamelan yang bersifat egaliter berbeda dengan alat musik klasik kebudayaan lainnya. gamelan sangat  dalam hal ini seorang guru belanda belajar memainkan gamelan dengan gending yang lumayan sulit , namun terlihat begitu sulitnya ia belajar sambil melirik kertas notasi hingga terlihat begitu ragu memukul  alat pukul instrument demung.

Namun sekarang belajar gamelan sungguh lebih mudah sejak ditemukannya notasi angka oleh Patih Wrekso Diningrat dari Keraton Solo, awalnya bermain gamelan hanya mengandalkan ketajaman telinga dan rasa. Namun sekarang cukup melihat notasi angka, alunan gending gamelan pun otomatis tercipta. Terlihat mata pemain grup gamelan tertuju pada notasi angka pada kerta-kertas yang terpajang pada masing-masing instrument.

Marten juga merasa memiliki kekurangan, sebab pandangan tertuju pada notasi yang ada di kertas, hingga telinga mereka tidak terlatih untuk mendengar, dan akhirnya permainan gamelan menjadi kacau pada setiap pergantian gending, sebab pemain tidak seksama mendengarkan suara dari alat musik yang lain.

Belajar gamelan menurut Marten telah  mengajarkannya untuk membina rasa, suatu elemen yang halus yang menjadi kekuatan seni jawa. Rasa ini merupakan filosofi jawa, dengan penuh kesabaran. Kesabaran ini modal untuk melatih diri sampai tingkat tinggi. Terlihat beberapa para sinden tidak mampu sinkron dengan gandeng gamelan. Hal inilah yang menjadi hal utama kemahiran memainkan gamelan, hingga tidak begitu mudah untuk dipelajari tanpa rasa ketekunan semuanya sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun