Mohon tunggu...
Nurfitri Andani
Nurfitri Andani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

light will guide you home~

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Serabi Mbak Tini: Jajanan Tradisional Khas Yogyakarta yang Tak Boleh Terlewatkan

20 Juni 2022   22:32 Diperbarui: 20 Juni 2022   22:38 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serabi, salah satu makanan yang sudah tidak asing bagi masyarakat Jawa. Menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa, serabi sering digunakan sebagai pelengkap dalam sesajen untuk acara-acara tertentu. 

Meskipun demikian, saat ini serabi menjadi makanan yang populer dan menjadi ikon untuk beberapa daerah seperti Bandung, Surakarta, dan Yogyakarta.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta, serabi bisa kamu temukan di Bantul salah satunya di Serabi Mbak Tini. Serabi Mbak Tini berada di Jalan Parangtritis, tepatnya disebelah utara jembatan Kretek, sebelah timur jalan. Warung serabi ini sudah buka sejak tahun 2007. Sebelum membuka warung serabi, Tini bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik di Bandung. 

Gempa yang mengguncang Yogyakarta di tahun 2006 membuat Tini takut dan malah bertolak ke kampung halamannya. Tidak kembalinya Tini mengakibatkan Ia ter-PHK dan beralih untuk berjualan serabi bersama sang suami. 

Sebelum menjadi buruh, Tini sempat ikut berjualan serabi dengan simbahnya. Sehingga Ia sudah memiliki beberapa kemampuan dan mengetahui dasar-dasar pembuatan hingga resepnya. 

Meskipun memiliki kultur yang sama, serabi milik Tini sedikit berbeda dengan serabi Notosuman asal Surakarta. Bahan-bahan dasar yang digunakan untuk membuat Serabi Mbak Tini adalah bahan-bahan yang baru. 

Bukan menggunakan tepung beras kemasan, melainkan menggunakan tepung yang berasal dari beras yang digiling. Selain itu kelapa yang digunakan juga kelapa baru yang tidak terlalu tua maupun terlalu muda. 

Tepung beras yang sudah digiling dicampur dengan parutan kelapa dan kemudian diberikan sedikit garam agar lebih terasa gurih. Serabi Mbak Tini memiliki 2 varian rasa, yaitu manis dan Gurih. 

Gurih merupakan rasa dasar yang terdiri dari 4 bahan yang sudah disebutkan tadi. Sedangkan varian manis merupakan bahan dasar dengan tambahan gula dan buah-buahan terpilih. Dalam hal ini biasanya Tini menggunakan pisang atau nangka.

Pengolahan Serabi Mbak Tini masih menggunakan metode tradisional. Alat yang digunakan berupa tungku dan wajan yang terbuat dari tanah liat. Memasaknya pun masih menggunakan kayu bakar. 

Menurut Tini, penggunaan wajan tanah liat akan terasa lebih efisien dan efektif dari pada menggunakan wajan berbahan logam. Penggunaan wajan tanah liat membuat adonan matang dengan merata dan tidak mudah gosong. Selain itu, pengolahan dengan kayu bakar dinilai lebih efektif dari pada menggunakan kompor gas, karena serabi akan memiliki aroma yang khas. 

Menurut Tini, pembeli lebih menyukai serabi dengan aroma khas sangit dari kayu bakar dan kurang menyukai serabi yang diolah menggunakan kompor gas. 

Pengolahan yang masih tradisional ini juga membuat serabi menjadi rendah kolesterol karena digoreng dengan tidak menggunakan minyak.

dok. pribadi
dok. pribadi

Serabi Mbak Tini dapat disajikan dengan berbagai cara. Serabi yang berbentuk seperti pancake ini disajikan ketika masih panas maupun hangat. 

Serabi yang dimakan tanpa menggunakan tambahan lainnya akan memberikan cita rasa yang khas. Pada setiap gigitannya akan terasa legit dimulut. Serabi ini juga memberikan perpaduan yang pas antara kenyal serta gurih yang didapat dari kelapanya. 

Untuk yang varian manis, kamu akan merasakan legit dan manis dari buah yang dicampurkan didalamnya. Serabi varian manis ini memadukan antara gurihnya adonan serta manisnya pisang dan nangka. 

Di Serabi Mbak Tini juga menawarkan kuah santan untuk tambahan pada serabi. Kuah santan yang berbahan dasar perasan kelapa tua asli dengan tambahan sedikit garam dan juga daun pandan. 

Bagi kamu yang menyukai makanan berkuah, tambahan kuah santan ini akan menambah perpaduan yang berlimpah didalam mulut. 

Mulai dari serabi yang gurih dan manis (untuk varian manis), aroma khas dari kayu bakar yang dikeluarkan oleh serabi itu sendiri, renyahnya kelapa parut yang ada di dalam serabi hingga gurihnya kuah santan dan aroma pandan yang ada didalamnya. Maka tidak heran bila dalam sehari bisa terjual sebanyak 250 biji.

photo1655136139-62b0922079016929a9794c32.jpeg
photo1655136139-62b0922079016929a9794c32.jpeg
Penjualan setelah pandemi Covid-19 melanda berangsur membaik. Dimana saat pandemi, Tini hanya menjual sekitar 3 kg adonan (setara dengan 90 biji) itu saja belum tentu habis setiap harinya. 

Sebelum adanya pandemi, Tini bisa menjual 10 hingga 15 kg adonan yang setara dengan 300 sampai 450 biji serabi. Serabi ini dijual dengan harga Rp3.000 satu tangkapnya. Satu tangkap terdiri dari 2 biji serabi. 

Khusus di hari Minggu, serabi dijual dengan harga Rp3.500 per tangkapnya. Perbedaan harga ini digunakan Tini karena hari Minggu kebanyakan pembeli serabi berasal dari luar daerah. 

Hal tersebut disebabkan karena banyak wisatawan luar daerah yang datang untuk berkunjung ke Pantai Parangtritis dan sekitarnya dan menjadikan serabi tersebut sebagai oleh-oleh. 

Untuk hari selain Minggu, harga lebih murah dikarenakan pasar yang dituju adalah masyarakat kampung sekitar yang akan terbebani dengan harga serabi yang mahal.

Saat ini, penjual serabi khas Yogyakarta mulai berkurang. Hanya tersisa beberapa yang masih berjualan dengan menggunakan cara pengolahan tradisional. 

Pengolahannya yang susah-susah gampang menyebabkan tidak semua orang bisa mengolahnya.  Tetapi tenang saja, Serabi Mbak Tini ini bisa mengobati rasa rindumu terhadap jajanan tradisional yang mulai berkurang di masyarakat. Serabi Mbak Tini juga bisa menjadi oleh-oleh khas Bantul yang tidak boleh dilewatkan. 

Buka setiap hari dari pukul 14:00 WIB hingga habis. Biasanya serabi ini akan habis sebelum waktu maghrib tiba. Jadi, ayo tunggu apalagi. Jangan sampai kehabisan yaa! Bon apptit!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun