Mohon tunggu...
Nur FitriaAlmaira
Nur FitriaAlmaira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa yang memiliki ketertarikan dalam dunia psikologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pekerjaan Rumah Membuat Tekanan pada Siswa?

31 Mei 2023   21:50 Diperbarui: 31 Mei 2023   22:23 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan generasi muda, pendidikan merupakan kunci dari meraih masa depan bangsa yang jauh lebih baik. Keunggulan bangsa bukan hanya dari sumber daya alam saja, tetapi juga sumber daya manusia yang terlibat didalamnya. Untuk meningkatkannya sumber daya manusia itulah perlunya proses pendidikan yang berkualitas. 

Karena pendidikan merupakan kunci kemajuan bangsa, maka ini menjadi tanggung jawab dari semua pihak, seperti pemerintah yang menyelenggarakan pendidikan, masyarakat, pihak sekolah, juga harus ikut berpartisipasi dan juga berperan dalam pendidikan tersebut. Sehingga dengan ini dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sebuah aspek utama dari sebuah bangsa untuk mencapai tujuan atau cita-cita bangsa itu sendiri. 

Pendidikan merupakan suatu bentuk usaha sadar yang dilakukan oleh manusia, mulai dari keluarga, masyarakat pemerintah, tenaga pendidik, dan juga peserta didiknya. Dengan mengupayakan tindakan yang sadar juga berupa pengajaran, pelatihan, dan juga bimbingan. Peran guru akan lebih ditekankan pada hal ini, guru menjadi sebuah senjata utama dari kegiatan pendidikan. 

Berjalannya suatu pendidikan juga didasari oleh guru yang handal dan juga profesional dalam bidangnya, selain itu juga dari proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru terhadap peserta didiknya. Suatu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik agar pembelajarannya berjalan dengan lancar dan tujuannya menciptakan generasi yang berkompeten ini berhasil adalah dengan menciptakan sebuah suasana pembelajaran yang nyaman, kondusif, menarik, dan menciptakan motivasi peserta didik agar mau mengikuti seluruh rangkaian pembelajarannya.

Cara membentuk sebuah proses pembelajaran ada beberapa strategi yang biasa digunakan oleh para guru yaitu dengan memberi pekerjaan rumah (PR). PR memang sudah biasa ada sejak jaman dahulu, karena dianggap membiasakan peserta didik agar disiplin waktu karena terdapat tenggat waktu yang diberikan, mengisi waktu luang dan mengurangi dampak negatif dari lingkungan. PR merupakan pekerjaan yang diberikan oleh guru biasanya dalam bentuk tertulis yang pengerjaannya diluar jam sekolah, PR ini berkaitan dengan materi pembelajaran yang ada di sekolah, dan digunakan untuk menguatkan pemahaman siswa tentang materi yang telah diberikan sebelumnya di sekolah. PR ini biasanya juga berisikan tentang latihan soal, hal ini diharap siswa dapat memperdalam materi dengan cara membaca ulang sebuah materi.

Sayangnya PR ini terkadang juga menjadi sebuah dilema bagi peserta didik, sebab bobot nilai yang diberikan untuk pekerjaan rumah ini tidak seberapa dibanding dengan penugasan lainnya. Ada yang menganggap bahwa PR ini menjadi beban karena terlalu banyak, dan orang tua yang tidak bisa membantu banyak, dan pada akhirnya siswa harus mengerjakannya sendiri. Bahkan dengan adanya PR ini dianggap terlalu banyak menguras waktu siswa karena pelaksanaan sekolah yang kini berubah menjadi fullday school menjadikan siswa lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah ketimbang di rumah.

Polemik pemberian pekerjaan rumah (PR) pada siswa akan terus mengalami pro dan kontra. Disebutkan dalam buku " Reforming Homework : Practices, Learning and Polices" (Palgrave Macmillan, 2012) yang menyatakan Richard Walker yang merupakan psikolog pendidikan di Universitas Sydney memaparkan data yang menunjukkan bahwa di negara-negara yang siswa-siswanya menghabiskan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, siswa-siswa tersebut memiliki nilai yang lebih rendah ketika melakukan tes standar yaitu Program Penilaian Siswa Nasional atau yang biasa disebut dengan PISA. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Zahrah, Nurfadhillah (2020) yang dilakukan di SMA Negeri 3 Parepare terkait dampak pemberian Pekerjaan Rumah terhadap siswa menyatakan bahwa pekerjaan rumah bisa berdampak positif maupun berdampak negatif. 

Dampak positifnya yaitu adanya pekerjaan rumah dapat menambah motivasi siswa untuk belajar, membuat siswa lebih menguasai materi serta melatih rasa tanggung jawab dari siswa tersebut. Selain dampak positif, terdapat dampak negatif terkait pemberian pekerjaan rumah yaitu siswa bisa saja mengasosiasikan bahwa pekerjaan rumah sebagai beban, mengurangi waktu istirahat serta waktu untuk bersosialisasi. Adapun teori-teori yang mendukung asumsi bahwa adanya pekerjaan rumah malah menjadi beban bagi siswa-siswa. Dilihat dari aspek Ilmu Pendidikan terdapat beberapa teori yang relevan dengan asumsi tersebut yaitu :

Teori Beban Kognitif

Menurut teori beban kognitif, siswa memiliki kapasitas kognitif terbatas untuk memproses informasi. Pekerjaan rumah yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kemampuan siswa dapat mengakibatkan beban kognitif yang berlebihan. Hal ini dapat menghambat kemampuan siswa untuk mengasimilasi dan menerapkan pengetahuan dengan efektif. Guru perlu mempertimbangkan tingkat kesulitan tugas yang diberikan agar sesuai dengan kemampuan siswa.

Teori Motivasi

Teori motivasi menyatakan bahwa motivasi siswa memainkan peran penting dalam pembelajaran. Jika pekerjaan rumah dianggap sebagai beban berat oleh siswa, hal itu dapat menurunkan motivasi mereka untuk belajar. Guru perlu menciptakan tugas yang menarik dan relevan serta memberikan umpan balik yang positif untuk mempertahankan motivasi siswa.

Teori Keterlibatan Siswa

Menurut teori keterlibatan siswa, siswa akan lebih termotivasi dan belajar dengan baik ketika mereka merasa terlibat dalam proses pembelajaran. Jika pekerjaan rumah hanya berfokus pada tugas mekanis tanpa memberikan ruang bagi kreativitas atau pemikiran kritis, siswa mungkin merasa kurang terlibat dan menganggapnya sebagai beban. Guru perlu merancang tugas yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif, berkolaborasi, dan menerapkan pemikiran mereka sendiri.

Teori Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk menyatakan bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang beragam dan unik. Siswa memiliki preferensi belajar yang berbeda-beda, seperti belajar melalui visual, auditori, atau kinestetik. Pekerjaan rumah yang hanya terbatas pada satu jenis tugas atau gaya belajar tertentu dapat menyebabkan beban pada siswa yang memiliki preferensi belajar yang berbeda. Guru perlu menyediakan variasi tugas yang memungkinkan siswa menggunakan kecerdasan mereka dengan cara yang berbeda.

Selain dari aspek Ilmu Pendidikan, terdapat pula teori-teori yang mendukung asumsi bahwa pekerjaan rumah menjadi beban bagi siswa dilihat dari aspek teori belajar yang meliputi :

Teori Behaviorisme

Menurut teori behaviorisme, belajar terjadi melalui penguatan atau hukuman. Jika pekerjaan rumah dianggap sebagai beban oleh siswa, maka mereka mungkin mengasosiasikan tugas tersebut dengan pengalaman negatif atau hukuman. Dalam hal ini, guru perlu menciptakan pengalaman belajar yang positif dan memberikan umpan balik yang konstruktif agar siswa merasa terpenuhi dan termotivasi untuk melaksanakan tugas.

Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan. Jika pekerjaan rumah dianggap sebagai beban oleh siswa, mungkin mereka merasa bahwa tugas tersebut tidak relevan atau tidak terkait dengan pengalaman atau pengetahuan mereka. Dalam hal ini, guru perlu menghubungkan tugas dengan konteks nyata, mengaitkannya dengan materi yang telah dipelajari, dan memfasilitasi refleksi siswa agar mereka dapat melihat nilai dan makna dari pekerjaan rumah tersebut.

Teori Kognitif

Teori kognitif menekankan pentingnya pemrosesan informasi dan struktur kognitif dalam belajar. Jika pekerjaan rumah dianggap sebagai beban oleh siswa, mungkin tugas tersebut terlalu kompleks atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif mereka. Dalam hal ini, guru perlu memecah tugas menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih terkelola, memberikan instruksi yang jelas, serta mengajarkan strategi pemecahan masalah atau organisasi informasi yang membantu siswa mengatasi beban tersebut.

Teori Sosial Kognitif

Teori sosial kognitif mengakui pentingnya interaksi sosial dalam belajar. Jika pekerjaan rumah dianggap sebagai beban oleh siswa, mungkin mereka merasa kurang didukung atau tidak mendapatkan bantuan yang cukup baik dari guru atau teman sekelas. Dalam hal ini, guru perlu menciptakan lingkungan yang kooperatif, memfasilitasi kolaborasi antar siswa, dan memberikan bantuan yang sesuai ketika diperlukan.

Dilihat dari teori-teori diatas cukup menjadi bahan pertimbangan terkait pemberian pekerjaan rumah bagi siswa. Pekerjaan rumah bisa diberikan kepada siswa tetapi dengan memperhatikan kuantitas serta kualitas dari pekerjaan rumah itu sendiri sehingga bisa sesuai dan tidak memberatkan bagi siswa. Adapun alternatif-alternatif pemberian pekerjaan rumah bagi siswa yaitu :

Menggantikan Pekerjaan Rumah Yang Dilakukan Individu Dengan Model Team Based Project

Hal ini bisa menggantikan beratnya pekerjaan rumah yang dikerjakan secara individu, karena jelas tugas yang dikerjakan sendirian akan jauh lebih berat daripada dengan tugas yang dikerjakan secara berkelompok. Kemudian, dengan model pekerjaan team ini, siswa bisa melakukan komunikasi dengan teman dan tidak bersikap individualis, dan lebih menarik bagi siswa khususnya pada anak sekolah dasar hingga sekolah menengah, karena dapat mengerjakan tugas sekolah bersama dengan teman-temannya dan tidak jenuh jika hanya mengerjakan sendiri dirumah.

Menugaskan Siswa Untuk Membaca Bebas

Daripada hanya menugaskan soal-soal kepada siswa, bisa diberikan kebebasan untuk membaca buku secara bebas, dan menuliskan kembali apa yang dibaca hanya dalam satu paragraf saja. Atau bisa juga dengan menceritakan kembali dalam kelas secara singkat saja. Karena tugas yang diberikan pada siswa biasanya berisikan soal-soal saja, akan lebih terkesan membosankan dan memaksakan siswa harus berpikir keras di rumah. Sedangkan, dengan membaca bebas akan lebih memberikan keluasan siswa dalam memilih buku yang akan ia baca dan ceritakan ulang, tetapi tetap dalam konteks pembelajaran sehingga siswatetap mendapat pengetahuan yang sesuai dengan kurikulum.

Mengganti Dengan Kegiatan Sosial

Siswa cenderung menyukai kegiatan diluar daripada kegiatan yang hanya didalam ruangan, siswa bisa diberikan tugas untuk berkegiatan sosial di lingkungan sekitar tempat tinggal saja. Contohnya bisa dengan cara mengamati perubahan sosial yang terjadi dalam lingkungan sekitar, atau membantu para tetangga sekitar lalu mengisi sebuah laporan sederhana.

Dari beberapa alternatif diatas, bisa dilakukan seminggu sekali atau beberapa minggu sekali, menyesuaikan dengan kegiatan belajar dikelas. Pekerjaan rumah tidak harus diadakan setiap hari sebab itu bisa membebankan siswa, karena pada kurikulum sekarang sudah menerapkan full day school yang artinya sekolah dalam waktu seharian. Siswa akan lebih banyak waktu di sekolah daripada di rumah, sehingga apabila di rumah juga dibebankan lagi dengan pekerjaan sekolah hal tersebut tidak akan efektif juga bagi siswa, yang ada hanya siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya, atau bahkan bisa memiliki masalah mental karena penuh tekanan dengan tugas harian. Pada dasarnya manusia juga hanya bisa menyimpan 7 hingga 9 informasi, kemungkinan siswa juga bisa mengalami kognitif overload. Siswa juga menjadi tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri, maupun keluarga.

Kesimpulannya yaitu Pekerjaan Rumah adalah bentuk pengaplikasian guru dalam memberi evaluasi terhadap materi yang telah diberikan di sekolah. Pekerjaan Rumah memiliki sisi yang positif maupun negatif. Untuk sisi positif salah satunya mampu mengasah ingatan, kemampuan, dan mengevaluasi seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan di sekolah. Namun juga tidak sedikit dampak negatif dari pemberian PR ini dan salah satunya yaitu dianggap membebani siswa, siswa bisa saja mengasosiasikan PR sebagai bentuk hukuman, beban dan lainnya. 

Bahkan PR dianggap siswa akan mengganggu waktu istirahat mereka. Oleh karena itulah dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia, diperlukan solusi yang tepat untuk menangani polemik seperti ini. Seperti yang telah disebutkan di atas terdapat beberapa alternatif cara yang digunakan untuk menangani permasalahan terhadap polemik pemberian PR, tenaga pendidik lah yang memegang peranan penting dalam pemecahan permasalahan ini. Dengan terselesaikannya masalah terkait polemik pemberian PR ini, akan mampu meningkatkan kualitas, kuantitas, dan mutu dari pendidikan di Indonesia

Referensi :

Muhammad Nur Wangid. PEKERJAAN RUMAH SEBAGAI PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN. Hal. 2-4. UNY Yogyakarta.

Zahrah, Nurfadhilah (2020) Dampak Pemberian Pekerjaan Rumah (PR) Bagi Peserta Didik di SMA Negeri 3 Parepare. Hal. 1-5. IAIN Parepare.

Deni Purbowanti. 2023. 5 Alternatif Pengganti PR untuk Siswa. Dalam : akupintar.id https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/5-alternatif-pengganti-pr-untuk-siswa. diakses pada Januari 2023.

Horsley, M., & Walker, R. (2013). Reforming homework: Practices, learning and policy.Source : https://www.livescience.com/19379-homework-bad-kids.html

Dibuat Oleh : 

Jiddan Toriq (1511422064)

Nur Fitria Almaira (1511422078)

Rizki Ayu Nurfatima (1511422097)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun