Mohon tunggu...
Nurfaza Aula
Nurfaza Aula Mohon Tunggu... Guru - Be a Good Person, menjadi pribadi yang lebih baik

Seorang pembelajar yang berusaha untuk terus dapat belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 CGP Angkatan 9

3 September 2023   23:24 Diperbarui: 3 September 2023   23:28 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar figur Ki Hadjar Dewantara, langsung terlintas di pikiran kita Trilogi --nya yang terkenal dan masih digunakan hingga sekarang. Kita pasti mengenal istilah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Jika diartikan maka Ing Ngarso Sung Tulodo berarti di depan memberi teladan, Ing Madyo Mbangun Karso artinya di tengah memberi semangat dan Tut Wuri Handayani artinya di belakang memberikan dorongan.

Kita sudah lama mendengar dan mengetahui filosofi tersebut, namun kita belum betul-betul memahami dan mengamalkan dalam peran kita sebagai pendidik. Menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pendidikan memberikan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain. Setelah mempelajari Modul 1.1 kami menemukan beberapa kesimpulan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Dan dari modul 1.1 kami telah melakukan refleksi melalui pengalaman dan pengetahuan baru.

Sebelum mempelajari Modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional, Pertama harus kami akui kami masih memandang anak-anak sebagai gelas kosong dan kertas putih. Kami (Guru) menganggap memiliki peran penting dalam membentuk dan menentukan kesuksekan murid. Kami menganggap sumber belajar hanya berasal dari guru. Sehingga kami cenderung banyak memberikan materi-materi secara seragam kepada semua murid tanpa memperhatikan latar belakang dan karakter belajar murid yang beragam. Hal-hal yang saya anggap baik, itulah yang perlu saya coretkan pada anak-anak. Saya menganggap bahwa watak mereka akan terbentuk melalui didikan saya.

Kedua kami menjadikan ketuntasan materi dan nilai akhir dalam penilaian murid menjadi tolok ukur keberhasilan guru dalam memberikan materi pelajaran. Nilai kami jadikan sebagai prioritas selama pembelajaran. Sehingga kami hanya focus untuk menyelesaikan materi dan ketuntasan KKM pada aspek kognitif semata.

Ketiga Kami cenderung memaksakan murid untuk menyerap penyampaian materi yang kami sampaikan. Karena kami memiliki keyakinan, peserta didik apabila tidak dipaksa untuk belajar menyerap materi yang disampaikan oleh Guru, maka murid tidak akan belajar dengan baik, mereka cenderung belajar seenaknya sendiri. Jika mereka tidak dipaksa maka murid tidak akan ada yang berani tampil didepan teman-temannya untuk mengutarakan pendapat mereka. Jika ada yang melanggar aturan, kami akan memberikan sanksi atau hukuman agar mereka menjadi jera.

Setelah mempelajari Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Modul 1.1, pandangan kami akan hal-hal yang selama ini kami lakukan ternyata salah dan kurang tepat. Hal yang kami dapatkan adalah menjadikan proses belajar mengajar dengan tujuan utama pendidikan adalah memberikan tuntunan terhadap kodrat anak agar mereka mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia atau anggota masyarakat.

Ternyata pemahaman kami tentang anak-anak dianggap sebagai gelas kosong dan kertas kosong bertolak belakang dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Karena secara tidak langsung menganggap murid cenderung sebagai objek pembelajaran dan guru sebagai subjek dalam pembelajaran dan pembelajaran hanya berpusat pada guru. Jika memperhatikan pada Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, murid sebagai subjek pembelajaran. Dimana guru sama seperti orang tua kepada anaknya sendiri, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta suatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak.

Mengenai "berhamba pada sang anak" Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak -- anak itu sebagai makhluk, manusia dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Dengan demikian maka kami selaku guru hanya bisa mengarahkan tumbuh kembangnya kodrat anak tersebut.

Selama ini kami hanya berfokus pada mengajar, penyampaian materi dan ketuntasan KKM aspek kognitif, ternyata hal tersebut kurang tepat. Menurut Ki Hadjar Dewantara, tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik. Jika mengajar hanya berfokus pada hal-hal lahiriah atau fisik semata, sedangkan mendidik lebih focus pada hal-hal batiniah atau mental. Selama ini kita hanya mengajar dan dan menghasilkan Grade/ nilai sedangkan mendidik lebih diarahkan pada pengembangan Value pada anak.

Sebelumnya kami cenderung memaksakan murid untuk menyerap penyampaian materi yang kami sampaikan. Hal itu tentu kontras dengan pandangan Ki Hadjar Dewantara yang harus berhamba pada anak. Tentunya sebagai individu, kebutuhan belajar siswa pastinya berbeda; hamba yang baik akan selalu melayani kebutuhan tuannya sebagai pribadi yang unik dan menghormati keunikan itu.

Pembelajaran yang berpusat pada murid berarti pembelajaran harus menempatkan murid sebagai pusat dari proses pembelajaran, sehingga dapat mengembangangkan rasa percaya diri, motivasi, minat dan kemampuan individu menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif dan bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun