Minyak atsiri merupakan salah satu jenis minyak nabati yang memiliki banyak kegunaan. Ciri fisiknya berupa cairan kental yang dapat disimpan pada suhu ruangan. Minyak mentah ini diperoleh dari berbagai bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, biji, batang, akar atau rimpang. Salah satu sifat terpenting minyak atsiri adalah mudah menguap dan memiliki aroma yang khas.Â
Oleh karena itu, minyak ini sering digunakan sebagai bahan dasar parfum dan kosmetik. Selain itu beberapa manfaat lain minyak atsiri adalah sebagai aromaterapi, bahan tambahan makanan, pestisida alami dan pengharum ruangan. Minyak atsiri yang dihasilkan di Indonesia antara lain minyak serai wangi atau citronella, minyak daun cengkeh, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu cendana, minyak nilam dan sebagainya. Â
Salah satu spesies tanaman penghasil minyak atsiri yang potensial dikembangkan adalah serai wangi (Cymbopogon nardus L.). Serai (Cymbopogon nardus L) merupakan tumbuhan penting dari famili Gramineae yang telah dikenal di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II. Dalam dunia komersial, minyak ini dikenal sebagai Java citronella oil dan banyak digunakan dalam berbagai industri wewangian, kosmetik, makanan, minuman dan farmasi.
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan minyak atsari dari sereh wangi yaitu : Alat utama yang digunakan adalah Seperangkat alat penyulingan, seperangkat alat distilasi, erlenmeyer, neraca analitik, pipet volume, gelas Ukur, beaker glass, thermometer. Bahan yang digunakan adalah daun sereh wangi(Cimbopogon nardus l.) sebanyak 500 gram dan air sebanyak 500 ml. Â Â Adapun prosedur kerja pada penelitian ini adalah:Â
1. Daun sereh diperkecil terlebih dahulu.Â
2. Kemudian ditimbang sereh sebanyak 500 gram.Â
3. Dimasukkan air sebanyak 500 mL, setelah itu baru ditambahkan daun sereh wangi kedalam alat penyulingan.Â
4. Proses penyulingan dilakukan pada suhu 120 dengan variasi waktu penyulingan (3, 3,5, 4, 4,5 dan 5) jam.
 5. Hasil penyulingan kemudian dilakukan pemisahan, untuk memisahkan air yang masih terkandung didalam minyak.Â
6. Ulangi prosedur diatas dengan suhu yang berbeda.Â
Pengurangan ukuran daun serai bertujuan untuk memperbesar luas permukaan agar kontak antara sampel dan pelarut lebih sering terjadi dan memudahkan ekstraksi minyak serai. Minyak atsiri dapat diekstraksi dengan tiga cara yaitu penyulingan atau distilasi, ekstraksi pelarut dan pengepresan atau pengepresan. Â
Percobaan ini menggunakan metode ekstraksi minyak dari daun serai wangi dengan cara penyulingan. Daun serai wangi yang digunakan sebanyak 500 gram dengan menggunakan 500 ml air sebagai pelarut. Warna minyak atsiri yang diperoleh dari daun serai wangi yang diperoleh dengan cara penyulingan dengan pelarut air pada awalnya berwarna bening, tetapi bila teroksidasi oleh udara berubah menjadi kuning kecoklatan. Hal ini menunjukkan bahwa komponen kimia yaitu senyawa serai wangi, butiran, neral dan -myrcene diekstraksi dengan pelarut air karena senyawa tersebut memiliki karakteristik warna kuning atau kecoklatan.
Semakin lama proses penyulingan, semakin banyak panas yang diterima bahan, sehingga meningkatkan proses difusi. Hal ini dikarenakan suhu dan tekanan yang meningkat sehingga rendemen minyak menurun akibat proses polimerisasi sehingga berat molekul polimer menjadi lebih tinggi . Beberapa faktor mempengaruhi kecepatan distilasi minyak, yaitu titik didih, jumlah tekanan uap yang diterapkan, berat molekul masingmasing komponen minyak, dan kecepatan pelepasan minyak dari minyak.Â
Maka dapat disimpulkan : Semakin lama waktu penyulingan maka persentase hasil yang diperoleh semakin tinggi namun nilai densitasnya semakin rendah, Â Semakin tinggi temperatur destilasi maka persentase hasil yang diperoleh semakin tinggi, Â dan Semakin lama waktu pengerjaan hingga batas yang ditentukan, maka semakin rendah kualitas minyak tersebut.Â
Baca Selengkapnya!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H