Pendidikan mempunyai peran yang sangat vital dalam meningkatkan dan mengembangkan mutu sumber daya manusia, yang pada gilirannya berkontribusi pada kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kualitas pendidikan suatu bangsa menjadi indikator utama untuk menilai kemajuan dan peradaban masyarakatnya. Menurut Rukaesih dan rekan-rekan (2015), tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia seutuhnya, yang mencakup pengembangan potensi setiap individu secara proporsional, optimal, dan terintegrasi. Ini menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya sekadar transfer ilmu, tetapi juga membangun karakter, sikap, dan nilai-nilai kehidupan yang positif.
Guru berperan sebagai teladan bagi peserta didiknya dalam hal berpikir dan bertindak. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menanamkan kepribadian yang baik dan menyampaikan nilai-nilai positif yang dapat dicontoh oleh siswa. Dalam konteks ini, penting bagi guru untuk tidak hanya menunjukkan sikap baik, tetapi juga mampu mengendalikan perilaku negatif saat berinteraksi dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas (Rowar Jabaruddin dkk., 2023). Sebagai pendidik profesional, guru memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di jenjang pendidikan formal, dasar, dan menengah. Keberhasilan seorang guru dalam menjalankan tugas ini sangat bergantung pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang relevan.
Meskipun banyak guru yang telah mendapatkan sertifikasi profesional, masih terdapat sejumlah guru yang tidak menunjukkan sikap profesional dan bahkan melanggar kode etik. Kode etik guru dirancang untuk mendorong perilaku profesional di dunia pendidikan. Pelanggaran terhadap kode etik dapat berakibat pada sanksi yang bervariasi, mulai dari sanksi sosial dari masyarakat hingga sanksi pidana yang dikenakan oleh lembaga berwenang. Sanksi ini tidak hanya merugikan guru secara pribadi, tetapi juga dapat berdampak negatif pada reputasi institusi pendidikan dan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan secara umum.
Dalam mencapai tujuan pendidikan, sangat penting untuk memiliki sosok yang dapat diandalkan dalam proses pendidikan. Guru, sebagai tenaga profesional, memiliki tanggung jawab untuk mengajar, mendidik, membimbing, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu menguasai berbagai aspek pendidikan serta ilmu yang mendasarinya. Ini termasuk pemahaman mendalam tentang kurikulum, metode pengajaran, dan psikologi pendidikan. Dengan pengetahuan yang memadai, guru dapat menyampaikan materi dengan cara yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa (Rusmin dkk., 2022).
Dalam konteks ini, tuntutan untuk mengimplementasikan kode etik keguruan dalam proses pembelajaran menjadi semakin mendesak. Dalam praktiknya, masih ada sejumlah guru yang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk menangani masalah ini, pemerintah Indonesia telah menetapkan "Kode Etik Guru" yang jelas mengatur bagaimana guru seharusnya menjalankan tugasnya dengan baik. Kode etik ini berfungsi sebagai panduan bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan harmonis saat berinteraksi dengan siswa (Suhono & Sari, 2020).
Kode etik bukan hanya sekadar peraturan; ia mencerminkan dedikasi dan loyalitas seorang pendidik terhadap profesinya. Hal ini harus ditegakkan di setiap lembaga pendidikan, termasuk di SMP Negeri 1 Rangkasbitung. Dengan adanya kode etik, guru didorong untuk mengutamakan profesionalisme dan kualitas dalam menjalankan tugas serta tanggung jawabnya sebagai pendidik. Kode etik juga mendorong guru untuk menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab atas tindakan mereka di dalam dan di luar kelas. Guru diharapkan menyadari bahwa setiap tindakan yang mereka ambil di lingkungan sekolah harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan.
Implementasi kode etik guru dalam proses pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan kepatuhan terhadap aturan, tetapi juga berpengaruh langsung terhadap minat belajar siswa. Untuk itu, guru perlu memperhatikan strategi dan prinsip-prinsip profesionalisme yang harus dipegang. Dasar-dasar profesionalisme ini mencakup kejujuran, tanggung jawab, integritas, dan kompetensi. Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, guru dapat memberikan pengajaran yang berkualitas yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Kode etik yang diterapkan secara konsisten dapat memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya bagi siswa dan lembaga pendidikan, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, pendidikan yang berkualitas tidak hanya dilihat dari segi akademis, tetapi juga dari pengembangan karakter dan etika siswa. Guru yang menerapkan kode etik dengan baik akan dapat menciptakan suasana belajar yang positif dan mendukung perkembangan minat belajar siswa. Dengan demikian, penerapan kode etik bukan hanya sekedar tanggung jawab moral, tetapi juga merupakan investasi dalam kualitas pendidikan yang lebih baik di masa depan.
Proses pembelajaran merupakan konsep yang jauh lebih kompleks dan mendalam dibandingkan dengan sekadar aktivitas mengajar. Proses ini mencakup keseluruhan interaksi yang terjadi antara siswa yang aktif belajar dan guru yang berperan sebagai pengajar. Dalam hal ini, proses pembelajaran tidak hanya melibatkan penyampaian materi pelajaran, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan yang saling mendukung untuk menciptakan pengalaman belajar yang optimal bagi siswa. Dalam konteks pendidikan, interaksi antara guru dan siswa menjadi esensial, di mana guru berusaha untuk merancang dan mengorganisasi setiap aspek pengajaran dan pembelajaran yang akan bermanfaat bagi siswa. Dengan demikian, proses pembelajaran dapat didefinisikan sebagai upaya holistik dari guru untuk mengatur lingkungan belajar yang mendukung dan memfasilitasi perkembangan siswa secara maksimal.
Melalui wawancara dengan seorang guru di SMP Negeri 1 Rangkasbitung, terungkap bahwa kode etik guru berfungsi sebagai pedoman profesional yang harus diinternalisasi dan diterapkan oleh setiap guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Kode etik ini tidak sekadar merupakan aturan yang bersifat normatif, melainkan juga merupakan landasan moral yang mengarahkan perilaku guru dalam menjalankan tugasnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Soetjipto, kode etik guru berfungsi sebagai landasan moral dan panduan tingkah laku guru yang mencerminkan panggilan pengabdian mereka dalam dunia pendidikan. Selain itu, Asnawir menekankan bahwa kode etik guru mencakup sekumpulan peraturan yang mengatur etika serta perilaku guru sebagai tenaga pendidik, dengan mempertimbangkan aspek moral, etika, serta nilai-nilai budaya yang relevan dengan konteks pendidikan.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kode etik guru merupakan pedoman, norma, dan nilai-nilai yang menjadi landasan moral bagi perilaku guru di seluruh Indonesia dalam melaksanakan tugas mereka. Kode etik ini juga berfungsi sebagai prinsip yang mengatur hubungan antara guru dan berbagai pihak, seperti sekolah, sesama guru, siswa, dan masyarakat sekitar. Dengan penerapan kode etik yang konsisten, diharapkan profesionalisme guru akan meningkat secara signifikan. Hal ini sangat penting, karena guru yang profesional tidak hanya memberikan pengajaran yang berkualitas, tetapi juga mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan inspiratif bagi siswa.
Peran kode etik guru sangat krusial dalam menentukan minat belajar peserta didik. Ketika guru menerapkan kode etik dengan baik, mereka akan berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan terbaru dalam proses pembelajaran, yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menarik bagi siswa. Dalam konteks ini, kode etik guru menekankan pentingnya memiliki keinginan untuk membimbing siswa serta menanamkan jiwa nasionalisme, baik secara individu maupun dalam kelompok. Ini sangat penting dalam membangun karakter siswa dan meningkatkan rasa cinta mereka terhadap bangsa dan tanah air. Lebih lanjut, guru juga dituntut untuk memiliki keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif, agar proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik dan evaluasi dapat dilakukan dengan tepat. Dalam hal ini, kode etik memberikan kerangka kerja yang jelas bagi guru untuk selalu mengingat dan menerapkan prinsip-prinsip keprofesian dalam setiap aspek pengajaran yang mereka lakukan. Dengan demikian, tanggung jawab seorang guru melampaui pengajaran di dalam kelas; mereka juga harus membangun komunikasi yang baik dan hubungan harmonis dengan rekan sejawat, orang tua siswa, serta masyarakat. Ini berkontribusi pada terciptanya tri pusat pendidikan, di mana semua pihak berperan aktif dalam proses pendidikan anak-anak.
Selain itu, kode etik guru mengharuskan guru untuk menjalin hubungan yang baik dengan sesama guru, siswa, orang tua murid, dan masyarakat. Kesadaran akan pentingnya meningkatkan kualitas pendidikan dan martabat profesi guru menjadi tanggung jawab yang harus dijalankan secara individu maupun kolektif (Sherpa, 2018). Dalam konteks ini, Dasmadi (2021) menegaskan bahwa peran kode etik guru sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Guru yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang kode etik cenderung lebih disiplin dalam menjalankan tugasnya, yang membuat mereka lebih dipercaya oleh siswa dan orang tua. Dengan demikian, mereka lebih mampu memahami tanggung jawab profesional mereka dan berupaya memberikan yang terbaik untuk siswa.
Salah satu guru yang diwawancarai menambahkan bahwa, "Saya selalu berusaha menerapkan kode etik guru dalam setiap aspek proses pembelajaran, seperti dengan memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik, melakukan refleksi bersama, dan berdiskusi dengan sesama guru mengenai strategi pembelajaran yang efektif." Pernyataan ini menunjukkan bahwa penerapan kode etik dalam praktik sehari-hari dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pendidikan yang diterima siswa.
Guru yang menerapkan etika dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi peserta didiknya. Sehingga peserta didik lebih cenderung berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, bertanya, dan mempelajari topik dengan lebih mendalam terhadap lingkungan seperti ini. Selain itu, guru yang bertindak sesuai dengan kode etik mereka akan menjadi contoh yang baik bagi siswa mereka. Tindakan ini dapat mendorong siswa untuk mengembangkan sikap disiplin dan etika dalam belajar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan minat mereka dalam pelajaran. Dengan konsistensi dalam sikap dan perilaku yang baik, guru mampu membangun kepercayaan siswa. Rasa percaya ini membuat siswa lebih terbuka dan terlibat dalam proses pembelajaran, meningkatkan minat belajar mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H