Pelajaran budi pekerti juga tidak luput dipelajari, misalnya bersabar menunggu masakan matang, sikap berhati-hati terhadap benda tajam dan sikap jujur ketika belanja.
Lagi-lagi kita harus mengubah sudut pandang kita. Pada kurikulum-kurikulum sebelumnya, anak dibekali banyak ilmu, tapi kebingungan melakukan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kurikulum 2013, anak diperlihatkan contoh aplikasi kehidupan sehari-hari terlebih dahulu, baru membahas ilmu-ilmu yang terkait dengan aplikasi tersebut.
5. Kurikulum 2013 membuat guru malas.
Jawabannya bisa ya bisa tidak. Fungsi guru adalah sebagai fasilitator. Guru harus merangsang siswa untuk berpikir dan mencari tahu. Kalau guru berhasil merangsang siswa, guru tidak bisa bermalas-malasan. Siswa yang berhasil dirangsang akan terus bertanya dan bertanya. Siswa tidak akan pernah puas terhadap jawaban yang telah diketahuinya. Dia akan terus mencari tahu dan menggali mengenai hal yang belum ia ketahui.
6. Anak jadi malas belajar
Banyak orang tua merasa anaknya justru malas belajar dengan kurikulum ini. Kurikulumnya terlalu santai. Jarang ada PR, jarang latihan soal, semua jawaban ulangan dianggap benar. Bagaimana anak bisa maju?
Konsep belajar pada kurikulum ini adalah memberikan pengalaman seluar-luasnya kepada anak. Anak belajar melalui apa yang dia lihat, apa yang dia rasakan ataupun apa yang dia dengar. Melalui pengalaman, anak akan lebih cepat menyerap informasi yang baru ia miliki.
Saya sering mengajak anak untuk eksplorasi alam seperti pantai, gunung, danau, air terjun, dsb. Suatu hari saya bertanya kepada anak saya, apa perbedaan danau dan pantai? Anak saya mampu membedakan keduanya dengan baik, hanya berdasarkan pengalaman yang ia miliki.
7. Kurikulum 2013 butuh fasilitas lengkap
Saya tidak setuju. Fasilitas memang penting tapi bukan segalanya. Guru harus kreatif menyiasati permasalahan ini. Saya punya pengalam pribadi mengenai fasilitas sekolah yang minim. Fasilitas Tidak Selalu Sebanding dengan Kualitas
8. Sekali ulangan harus belajar banyak pelajaran sekaligus.
Kalau proses pembelajarannya benar, ulangan hanya tinggal menggali pengalaman yang pernah didapat oleh siswa. Anak tidak perlu menghafal pelajaran per pelajaran. Anak hanya perlu membagi pengalaman yang telah didapat sebelumnya untuk dituangkan di kertas ulangan.
Harus diakui, kesalahan proses belajar pada kurikulum 2013 memang terjadi. Metode pada KTSP diterapkan di Kurikulum 2013. Akhirnya terjadi Kurikulum 2013 rasa KTSP. Kurikulum yang harusnya meringankan siswa justru menjadi sangat memberatkan siswa.
Kurikulum 2013 terlalu banyak badai, dan semua pihak belum terlatih menghadapi badai tersebut. Akhirnya kurikulum 2013 karam di tengah jalan. Tapi setidaknya masih ada harapan bahwa kurikulum 2013 akan bersemi lagi. Menteri Anies Baswedan memberi peluang kepada beberapa sekolah untuk tetap menggunakan kurikulum 2013.
Semoga, kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya oleh sekolah-sekolah tersebut. Saya pun berharap agar kementerian pendidikan melakukan perbaikan agar kurikulum 2013 tampil lebih matang. Guru sebagai ujung tombak pendidikan juga harus dipersiapkan dengan baik agar bisa mengubah sudut pandangnya dan mampu memahami kurikulum 2013 secara baik dan benar. Jika pelaksanaan kurikulum 2013 baik, proses kegiatan belajar mengajar jauh lebih nyaman, siswa pun akan riang gembira berangkat ke sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H