"Anak-anak punk lebih kental dengan solidaritas. Misalnya, saat ada salah satu dari mereka terkena musibah. Teman-teman yang ikut membantu meskipun tidak mendapatkan imbalan apa-apa. Jadi kita menolong tanpa pamrih, emang benar-benar dari solidaritas keluarga kita." Katanya.
MENANGGAPI POLA PIKIR MASYARAKAT MENGENAI MASA LALUNYA SEBAGAI ANAK PUNK.
Serupa dengan Tama. Bram tidak mempermasalah terkait dengan pandangan orang-orang diluar sana. Karena kembali lagi presepsi anak punk terhadap mereka seperti apa.
"Menurutku, anak punk memiliki banyak sisi positifnya. Terutama pola pikir, tidak masalah berpola pikir seperti apa, kreativitas mau dikembangkan seperti apapun juga kita tidak ada batasan." Ujarnya saat menjawab.
CARA BEREKSPRESI YANG BERBEDA DENGAN SEKARANG SETELAH KELUAR DARI RANAH PUNK.
Bram mengatakan bahwa banyak pertimbangan dibandingkan dengan sekarang. Berbanding terbalik saat bergabung dengan komunitas anak punk, ia sekarang tak seekpresif dulu. Â Penampilan juga sudah mulai tertata. Alasannya pun antara lain agar dapat bersosialisasi dengan orang-orang sekitar selain anak punk saja.
POLA PIKIR DAN PENGALAMAN UMUM YANG TERJADI PADA ANAK PUNK.
Swastika Ayu Normalasari M.Psi, Psikologis klinis pada Puskemas Depok II Yogyakarta menanggapi hal ini;
"Sepemahaman saya fenomena anak punk ini terlahir dari rasa ketidaknyamanan, misalnya ketidaknyamanan kepada pemerintah. Mereka ingin menunjukan eksistensi, cara mengkritisi dengan cara unik mereka sendiri dengan atribut yang mereka pakai ataupun cara mereka berpikir tentang pemerintahan itu sendiri. Bagaimana mereka mereka menghadapi pemerintah bagaimana mereka mengikuti tata aturan di negara mereka adalah sebuah komunitas yang memiliki tujuan yang sama yaitu mengritik pemerintah dengan cara unik mereka sendiri."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H