Potensi, minat dan bakat sesorang sudah ada sejak mereka dilahirkan, tetapi tidak semua orang menyadari dan mengenalinya dengan begitu saja. Ada anak yang dari kecil sudah menunjukan bakat mereka, dan disitulah orang tua harus berperan untuk memfasilitasi sang anak untuk mengasah bakat itu agar tidak pudar. Tetapi untuk anak yang belum mengenali bakat mereka sampai ia besar, itu menjadi tugas sang anak untuk menemuka potensi dirinya. Banyak cara yang bisa dilakukan yaitu tes di lembaga pelayanan minat bakat, dan yang terpenting adalah mengeksplore diri dengan mengikuti banyak kegiatan dan bersosialisasi dengan orang orang yang memiliki motivasi untuk maju.
Bagaimana jika seseorang yang sudah tumbuh dewasa belum juga menemukan bakat dalam dirinya. Hal ini tentu akan menjadi masalah karena ia akan terus bertanya-tanya tentang siapa dirinya, apa yang harus dia lakukan, apa yang harus ia perjuangkan dan banyak pertanyaan lainnya yang akan mempengaruhi kehidupannya.
Ada 2 faktor yang menjadi penyebab masalah mengenali potensi, minat dan bakat. yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Eksternal
1. Keluarga
Munculnya potensi (kemampuan) anak bergantung pada rangsangan yang diberikan orangtua sejak kecil. Karena itu, wajib bagi orangtua dan guru untuk menggali sekaligus mengembangkan potensi anak sejak dini. Makin dini anak menerima stimulasi akan makin baik.
Namun banyak anak yang lahir dari keluarga menengah bawah, yang mana sang orang tua tidak memiliki pengetahuan parenting yang baik. Belum lagi untuk menyongsong bakat anak yang memerlukan uang banyak. Contohnya, untuk menari ballet harus membayar biaya kursus yang terbilang mahal. Untuk keluarga yang miskin, bakat melukis sedikit memberatkan karena harus membeli alat-alat lukis yang tidak murah.
Keasalahan keluarga lainya adalah terlalu memaksakan kehendak. Masih banyak orang tua yang tidak memberi kebebasan kepada sang anak untuk mengeksplore dan menentukan minat bakatnya sendiri. Mereka mengarahkan anak untuk mempelajari bidang-bidang yang mereka inginkan tanpa melihat dan bertanya apakah sang anak menyukai bidang tersebut dan mampu menjalanninya.
Orang tua yang egois seperti itu akan membentuk pribadi anak yang tidak kreatif. Mereka berdalih bahwa “orang tua tau yang terbaik untuk anaknya, tidak mungkin orang tua mau menjerumuskan anaknya”, mereka sering memaksakan keinginanya seperti “saya mau anak saya menjadi pilot” atau “anak saya harus jadi insinyur”. Mindset orang tua yang seperti itu dapat mengganggu kesehatan mental anak. Ketika sang anak tidak mampu menjalani pilihan orang tua yang tidak ia sukai, mereka akan stres karena tidak bisa menjalani tuntutan berat orang tuanya.
Bakat yang dimiliki seorang anak akan sia-sia jika tidak diasah apalagi tidak didukung oleh orang tua mereka sendiri, padahal bakat memungkinkan sang anak mencapai prestasi tertentu dalam bidang tertentu. Mereka memerlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar dapat terwujud. Misalnya seseorang memiliki bakat menggambar, jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkan, maka bakat tersebut tidak akan tampak.
2. Lingkungan sekitar
Beralih dari keluarga, lingkungan sekitar juga sangat memengaruhi. Jika seseorang berada di lingkungan yang berpendidikan dan berpikiran luas, otomatis ia akan berkembang menjadi seseorang yang berpikiran luas. Tetapi jika seseorang berada di lingkungan yang tidak supportif, ia akan tumbuh menjadi seorang yang tidak memiliki mimpi.
Masih banyak stigma buruk dalam masyarakat tentang beberapa profesi, contoh saja seni. Seseorang yang memiliki bakat di bidang seni, khusus nya seni rupa akan dicap sebagai anak yang tidak memiliki masa depan. “kamu sekolah seni mau jadi apa ?”, “seni ga ada lowongan kerjanya loh, nanti kamu lulus jadi pengangguran”. Berbeda dengan seorang anak yang kuliah di kedokteran, mereka akan di bangga-banggakan dan di puji. Masyarakat masih mengukur kesuksesan seseorang bedasarkan jumlah gaji. Seorang dokter memiliki gaji yang besar adalah orang yang sukses.
Banyak masyarakat yang masih merendahkan bakat seseorang yang tidak menghasilkan banyak uang dan bakat-bakat unik lainya yang tidak sesuai dengan standar “orang kaya”. Tidak sedikit seorang anak yang termakan dengan stigma tersebut, banyak anak yang akhirnya mencita-citakan suatu profesi yang sebenarnya bukan bidang yang cocok mereka kuasai.
3. Sistem Pendidikan
Penulis beranggapan bahwa sistem pendidikan di Indonesia memiliki pengaruh terhadap permasalahan ini. Sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, seorang siswa diberikan mata pelajaran yang sebenarnya itu-itu saja. Sekolah tidak memberi anak ruang untuk berkembang sesuai bakat mereka. Contoh nya dalam pelajaran seni, siswa tidak bisa memilih seni apa yang mau mereka pelajari karena sekolah sudah menetapkan satu bidang seni untuk dipelajari.
Adanya nilai minimum untuk setiap pelajaran juga sedikit memberatkan siswa. Seorang siswa yang bakatnya di olahraga tetap dituntut untuk menguasai matematika, seni dan mata pelajaran lain. Dan akhirnya mereka akan di cap bodoh karena tidak bisa menguasai matematika. Seolah-olah pendidikan kita hanya memberi panggung untuk anak-anak yang pintar di bidang akademik. Tidak semua sekolah di Indonesia berlaku seperti ini, karena banyak sekolah swasta yang sistem nya sudah berkembang dan mengikuti standar internasional. Tetapi apakah semua orang harus memiliki banyak uang untuk sekolah di sekolah swasta agar bisa mendapatkan sistem sekolah yang baik?.
Faktor Internal
Selain faktor eksternal, faktor internal menjadi salah satu faktor terpenting bagi seseorang untuk mengenali potensi, minat dan bakatnya. Seseorang harus memiliki motivasi untuk maju dan berkembang, ia harus mengeksplor bakat yang dimilikinya. Karena jika lingkungan bahkan orang tua tidak mendukung dan dia hanya bermalas-malasan tanpa memperjuangkkan apa yang dia cita-citakan, ia tidak akan pernah bisa menjadi orang yang maju dan sukses. Jadi motivasi diri adalah komponen utama bagi seseorang yang ingin maju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H