Mohon tunggu...
nurfaizah
nurfaizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Antropologi Sosial Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sulit Mengenali Potensi, Minat dan Bakat? Mungkin Ini Penyebabnya

13 Februari 2022   14:25 Diperbarui: 13 Februari 2022   16:21 3935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Lingkungan sekitar

Beralih dari keluarga, lingkungan sekitar juga sangat memengaruhi. Jika seseorang berada di lingkungan yang berpendidikan dan berpikiran luas, otomatis ia akan berkembang menjadi seseorang yang berpikiran luas. Tetapi jika seseorang berada di lingkungan yang tidak supportif, ia akan tumbuh menjadi seorang yang tidak memiliki mimpi.

Masih banyak stigma buruk dalam masyarakat tentang beberapa profesi, contoh  saja seni. Seseorang yang memiliki bakat di bidang seni, khusus nya seni rupa akan dicap sebagai anak yang tidak memiliki masa depan. “kamu sekolah seni mau jadi apa ?”, “seni ga ada lowongan kerjanya loh, nanti kamu lulus jadi pengangguran”. Berbeda dengan seorang anak yang kuliah di kedokteran, mereka akan di bangga-banggakan dan di puji. Masyarakat masih mengukur kesuksesan seseorang bedasarkan jumlah gaji. Seorang dokter memiliki gaji yang besar adalah orang yang sukses.

Banyak masyarakat yang masih merendahkan bakat seseorang yang tidak menghasilkan banyak uang dan bakat-bakat unik lainya yang tidak sesuai dengan standar “orang kaya”.  Tidak sedikit seorang anak yang termakan dengan stigma tersebut, banyak anak yang akhirnya mencita-citakan suatu profesi yang sebenarnya bukan bidang yang cocok mereka kuasai.

3. Sistem Pendidikan

Penulis beranggapan bahwa sistem pendidikan di Indonesia memiliki pengaruh terhadap permasalahan ini. Sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, seorang siswa diberikan mata pelajaran yang sebenarnya itu-itu saja. Sekolah tidak memberi anak ruang untuk berkembang sesuai bakat mereka. Contoh nya dalam pelajaran seni, siswa tidak bisa memilih seni apa yang mau mereka pelajari karena sekolah sudah menetapkan satu bidang seni untuk dipelajari.

Adanya nilai minimum untuk setiap pelajaran juga sedikit memberatkan siswa. Seorang siswa yang bakatnya di olahraga tetap dituntut untuk menguasai matematika, seni dan mata pelajaran lain. Dan akhirnya mereka akan di cap bodoh karena tidak bisa menguasai matematika. Seolah-olah pendidikan kita hanya memberi panggung untuk anak-anak yang pintar di bidang akademik. Tidak semua sekolah di Indonesia berlaku seperti ini, karena banyak sekolah swasta yang sistem nya sudah berkembang dan mengikuti standar internasional. Tetapi apakah semua orang harus memiliki banyak uang untuk sekolah di sekolah swasta agar bisa mendapatkan sistem sekolah yang baik?.

Faktor Internal

Selain faktor eksternal, faktor internal  menjadi salah satu faktor terpenting bagi seseorang untuk mengenali potensi, minat dan bakatnya.  Seseorang harus memiliki motivasi untuk maju dan berkembang, ia harus mengeksplor bakat yang dimilikinya. Karena jika lingkungan bahkan orang tua tidak mendukung dan dia hanya bermalas-malasan tanpa memperjuangkkan apa yang dia cita-citakan, ia tidak akan pernah bisa menjadi orang yang maju dan sukses. Jadi motivasi diri adalah komponen utama bagi seseorang yang ingin maju

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun