Mohon tunggu...
Nurfadilla
Nurfadilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Yakinkah keringatmu hari ini akan menjadi senyum manis di hari esok

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Masa Lalu dan Masa Depan Ada HMI

25 September 2021   21:07 Diperbarui: 25 September 2021   21:11 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kembali teringat kisah saat masih di bangku sekolah dasar, ketika seorang guru sedikit membungkuk kemudian bertanya pada muridnya, apa cita-citamu nak, ada yang bercita-cita menjadi guru, polisi, tentara, presiden, dokter bahkan ada yang ingin menjadi power ranger. 

Cita-cita itu di genggam dan simpan dalam memori ingatan sederhananya tanpa sedikit berfikir lebih mendalam, kapan dan bagaimana akan mewujudkannya, yang ia tahu hanyalah bangun pagi, mandi, sarapan, dan sedikit memaksa ibundanya untuk menemaninya ke sekolah.

Ruangan kelas di tata sedemikian rupa menariknya, ada foto presiden dan wakil presiden, dan beberapa foto pahlawan nasional menjadi arena paling bersejarah dalam hidupnya, di mana ia mulai ditempa dengan berbagai macam mata pelajaran, serta ditanamkan watak dan etika serta cinta tanah air. 

Kemudian waktu berjalan begitu cepat tapi tidak dengan cita-cita tadi, kapan dan bagaimana mewujudkannya. Sedangkan waktu berjalan begitu cepat hingga aku lupa statusku bukan lagi siswa melainkan mahasiswa.

Tentu banyak orang bilang kalau mahasiswa berbeda dengan siswa/pelajar pada umunya, sebab jiwa muda yang mensusupi mahasiwa dengan semangat etos kerja memberontak dalam menyosong masa depannya menjadikan mahasiswa sebagai garda terdepan dalam menumbangkan tirani penindasan oleh pemegang kendali peradaban, terlebih secara formal mahasiswa dan perguruan tingginya adalah puncak dari struktur pendidikan tertinggi di indonesia. 

Mahasiswa kemudian menempati posisi sentral/klimaks untuk menciptakan sejarah hari esok (tomorrow's hisotry). 

Maka menjadi mahasiwa sedikitpun tidak boleh tebesik dalam benaknya untuk tidak bergerak, berjuang dalam medan pertempuran untuk membumi hanguskan fir'aun-fir'aun muda sebagai bagian dari perjuangan membebaskan orang-orang yang lemah (mustadh'afin) tidak memiliki kebebasan, karena itu tidak bisa mengambil keputusan.

Yang menariknya adalah tanggung jawab yang disematkan pada mahasiswa kurang koheren dengan cita-cita yang di idam-idamkan saat masa kecilnya, tanggung jawab mahasiswa yang begitu besar dan luas berbanding terbalik dengan cita-cita masa kecil yang begitu sempit.

Ketidak koherenan antara masa lalu dan masa sekarang menciptakan ketidakpastian perjuangan/gerak tanpa arah untuk menciptakan masa depannya. 

Gerak tanpa arah yang berpusar di tubuh mahasiswa memungkinkan lahirnya generasi yang tidak sehat dan rentan terinveksi virus. 

Khususya mahasiswa muslim yang pada dasarnya jauh sebelum lahir pun sesuai dengan perintah agamanya telah mengemban tugas suci dan mulia, yaitu sebagai pemimpin, baik pemimpin untuk dirinya secara internal dan masyarakat/lingkungannya secara eksternal, persoalan ini menjadi tema yang sangat krusial untuk di pecahkan oleh mahasiswa, bagaimana menciptakan produk/grenndisgn yang integral antara hulu (masa kecil) dan hilir (masa kini) dalam mempersiapkan masa depan yang sejalan dengan tujuan awal diciptakannya manusia (akhirat). 

Tentu untuk menghasilkan produk tersebut membutuhkan bahan dan komitmen untuk tetap konsisten dalam berjuang. 

Sayangya perguruan tinggi hari ini tidak cukup waktu dan bahan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. perguruan tinggi hari ini masih sibuk seputaran mengatur dan mendikte mahasiswa/i untuk tidak turun aksi, menentang pemerintah, seakan-akan mahasiswa adalah sekelompok hewan ternaknya. "

Bumi pertiwi menjadi saksi perjuangan HMI kurang lebih 74 tahun, sejak 5 februari 1947 M bertepatan dengan 16 rabiyyul awal 1366 H yang di prakarsai oleh ayahanda Lafran Pane bersama 14 sahabatnya. 

Menjadikan HMI sebagai salah satu wadah yang di perutukkan untuk mahasiswa muslim, telebih 14 sahabatnya Lafran Pane bergabung HMI dengan tekad dan semangat semata-mata untuk memperdalam ke-islamannya, di satu sisi kondisi bangsa yang baru 2 tahun merdeka masih sangat riskan untuk di jajah kembali oleh sekutu, maka HMI kemudian merumuskan tujuan awalnya (1. Mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, 2. Menegakkan dan Mengembangkan ajaran Islam).

Tujuan ini pula dalam perjalan waktu dikenal dengan dua komitmen dasar HMI "Komitmen Keumatan (akhirat) dan Komitmen Kebangsaan (Dunia), di samping itu HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader, berperan sebagai organisasi perjuangan dan ber azaskan Islam. 

Dengan status, fungsi, peran dan azasnya tersebut HMI bisa di kategorikan sebagai salah satu alternatif untuk menambal kekurangan perguruan tinggi dalam menyelesaikan persoalan tadi, ditambah HMI bersifat independen, maka tak jarang HMI dikenal sebagai second university. 

Perkaderan sebagai jantung organisasi merupakan faktor penentu HMI bertahan dari gempuran-gempuran selama 74 tahun berdiri, mulai dari PKI hingga penerapan UU asas tunggal, dan kini HMI sedang berhadap-hadapan dengan perkembangan teknologi dan percepatan informasi memaksa kader-kader HMI untuk tanggap dan responsif dalam menghadapinya, berbekal semangat yang terpancar dari nilai-nilai ke-Islaman hasil pendalaman NDP, koreksi dari sejarah lahirnya HMI, dan tuntutan KMO dalam mewujudkan MISSION HMI menuju masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah SWT merupakan pengejawantahan tugas-tugas para rasul Allah SWT.

Dalam suasana yang demikian HMI, ternyata HMI mengalami gejolak yang luar biasa, hal ni terlihat dari mencuatnya beragam permasalah internal HMI, terutama HMI belum mampu membuat zona perkaderan yang sesuai dengan lingkungannya dan mengimbangi kajian keilmuan, baik keilmuan berbasi agama maupun keilmuan bebasis sains. 

Dampaknya adalah cahaya-cahaya penerang secara perlahan meredup, apalagi HMI merupakan organisasi yang memiliki basis anggota sangat banyak, maka jaringan yang tercipta sangat besar dan presisi membuat kemungkinan terjadinya kesepakatan senior-junior. Dengan berbagai faktor dan problem yang di hadapinya , maka tak salah jika buku 44 indikator kemunduran HMI mencuat sebagai tanda bahwa HMI sedang dalam kondisi terjangkit virus. 

Virus yang menggerogoti ruh sekaligus organ vital HMI perlahan-lahan mengikis independnsi, azas membuat segala aktivitas HMI hanya sekedar mengisi waktu luang saja, namun esensi dan ketajaman nilai yang tertanam lewat ideopolstratak gagal mencuat dan mencerahkan kadernya, pada akhirnya HMI  akan menjadi motor penggerak lahirnya manusia-manusia penyembah berhala, di bawah kaki ada adinda di atas kepala ada kakanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun