Mohon tunggu...
Nurfadhilatun Nisa
Nurfadhilatun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Penulis amatir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"The Best Guardian"

26 Juli 2019   09:15 Diperbarui: 26 Juli 2019   09:44 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadhan mulai dekat. Atmosfer disekitarnya terasa berbeda dari hari sebelumnya. Bau semerbak bulan suci nan berkah ini dirasakan oleh semua kaum muslim, termasuk Hamid. 

Ia menyambut bulan Ramadhan dengan gembira yang terhitung dua hari lagi dari hari ini. Puasa kali ini, ia full berada di rumah, menikmati liburan panjang bersama keluarga dan sanak saudara.

Hamid begitu bersemangat saat hampir sampai dirumahnya. Kerinduannya membuncah setelah hampir satu tahun ia tak pulang ke kampung halaman tercinta. 

Sejak kecil ia telah dididik mandiri, umur 4 tahun sudah ditinggal untuk mengenyam pendidikan di pesantren. Tidak heran jika pondok pesantren adalah rumah kedua baginya.

Sampai didepan rumah, ternyata banyak yang telah menunggu kedatangannya. Senyumnya makin merekah, belum lagi ucapan salam beserta tatap penuh rindu yang tersirat di wajah kedua orangtua. Hamid mencium tangan sang ayah dan ibu penuh khidmat, tak lupa memberi pelukan yang lama tak ia lakukan karena dipisah ruang dan waktu.

"Kamu kemarin dicari Andi, katanya kangen lama nggak ketemu kamu." Ibunya membuka pembicaraan setelah melepas rengkuhan. "Mungkin sebentar lagi dia kesini," lanjut ibu.

"Iya, Bu. Hamid temui nanti setelah mandi, badan lengket semua." Hamid memberi ekspresi jijik pada dirinya sendiri.

Sang ibu tertawa ringan. "Ya, sudah. Mandi dulu sana."

Hamid mengiyakan dan langsung bergegas masuk kamar dan membersihkan diri. Segera mendirikan sholat ashar di atas sajadah yang terbentang begitu mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya.

"Hei, Mid. Gimana kabar lo?" tanya Andi langsung saat tahu Hamid keluar dari kamarnya.

"Assalamu'alaikum, An. Alhamdulillah..., baik. Seperti yang kamu lihat." Mereka berbincang-bincang selayaknya teman karib kebanyakan. Tak lama, Andi berpamitan untuk mengajak Hamid bersamanya. Orangtua Hamid mengizinkan, percaya bahwa Hamid akan baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun