Restu
Seperti kata petuah
Perpisahan selalu tidak menyenangkan
Selalu ada luka
Selalu ada air mata
Selalu ada kecewa
Namun..Â
Terkadang perpisahan mengajarkan arti kehilangan
Terkadang juga meninggalkan luka yang tak berbekas
Tidak ada yang menginginkan perpisahan
Tapi takdir Tuhan tidak bisa di elakkanÂ
Siap? Tidak!
Tidak ada persiapan sama sekali di setiap perpisahan
Ikhlas? Tidak!
Yang ada hanya terpaksa lalu terbiasa
Â
Raga telah berjarak
Paras wajahmu, kekar suaramu, renyah tawamu
Telah sukar ku temukan di sudut kota ini
Jiwa kita saling terikat, meskipun mata sudah tak saling menatap.
Rencana sudah tertata rapi
Tapi sepertinya semesta tidak merestui
Takdir Tuhan merubah segalanya
Yang tadinya selalu ada menjadi tiada
Tak apa, semoga kita kuat.
Akankah Tuhan mempunyai rencana lain setelah ini?
Akankah kita bisa bersama (lagi) seperti sedia kala?
Akankah kita bisa bahagia bersama (lagi) sampai kita tua?
Entahlah..
Mungkin semesta sedang mengajarkan kita bahwa bersama adalah segalanya.Â
Tapi waktu, akankah perasaanmu menghilang seiring waktu?Â
Akankah aku terus menunggu takdir baik menghampiri kita?
Akankah takdir akan berpihak pada kita (lagi)?Â
Ini juga entahlah..
Tapi yang pasti, rencana Tuhan selalu baik.
Hanya perlu sedikit rasa sakit.
Dimana kita harus tertatih-tatih menata hati masing masing.
Cinta, katanya.
Semesta sudah tidak berpihak pada kita.
Takdir sudah menunjukan hakikatnya.
Ikhlas menanti kita di depan mata.
Tapi hati tidak pernah salah siapa tuannya.
Sampai bertemu di titik terbaik menurut takdir!
Berbahagialah. Jadilah manusia kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H