Mohon tunggu...
Nurdianti Ramdani
Nurdianti Ramdani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Financial

Potensi Keuangan Publik Islam sebagai Pilar Berkelanjutan

11 Januari 2025   23:30 Diperbarui: 11 Januari 2025   23:30 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Keuangan publik Islam memiliki potensi yang sangat besar dalam menjadi pilar ekonomi berkelanjutan yang tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi semata, tetapi juga mencakup aspek sosial dan lingkungan. Dalam era globalisasi dan perubahan iklim yang semakin pesat, dunia menghadapi tantangan besar dalam mengembangkan ekonomi yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang. Keuangan publik Islam menawarkan solusi yang relevan dalam mengatasi tantangan tersebut, dengan prinsip-prinsip dasar yang mengedepankan keadilan, keberlanjutan, dan pemberdayaan ekonomi secara inklusif.

1. Keuangan Publik Islam dan Prinsip-Prinsip Dasarnya

Keuangan Islam berlandaskan pada prinsip-prinsip yang berbeda dengan sistem keuangan konvensional. Salah satu prinsip utama dalam keuangan Islam adalah larangan terhadap riba (bunga), yang dianggap sebagai bentuk eksploitasi yang tidak adil. Selain itu, sistem keuangan Islam juga menekankan pada keadilan sosial, di mana setiap individu berhak mendapatkan bagian yang adil dari kekayaan dan sumber daya yang ada. Hal ini sejalan dengan ajaran agama Islam yang mengutamakan kesejahteraan umat, mengurangi kesenjangan sosial, dan meminimalkan ketimpangan ekonomi.

Keuangan Islam berlandaskan pada beberapa prinsip dasar, yaitu:

  • Larangan Riba: Transaksi keuangan yang melibatkan bunga atau keuntungan yang diperoleh tanpa adanya risiko atau kontribusi terhadap nilai tambah dianggap tidak sah dalam Islam. Hal ini mendorong terciptanya transaksi yang berbasis bagi hasil, seperti mudharabah dan musyarakah, di mana kedua pihak (penyedia modal dan pengelola) berbagi keuntungan dan kerugian.
  • Keadilan Sosial dan Kesejahteraan: Sistem keuangan Islam bertujuan untuk memastikan bahwa hasil ekonomi dapat didistribusikan secara adil. Zakat, wakaf, dan infak adalah instrumen yang digunakan untuk menciptakan kesejahteraan sosial dan membantu mereka yang kurang mampu.
  • Investasi yang Etis dan Berkelanjutan: Keuangan Islam menekankan pentingnya investasi dalam sektor-sektor yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memberi manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, transaksi yang berkaitan dengan kegiatan yang merugikan seperti perjudian (maysir) dan produksi barang haram (misalnya alkohol atau produk yang melibatkan unsur eksploitasi) dianggap tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Dengan prinsip-prinsip dasar tersebut, keuangan publik Islam berpotensi untuk menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan.

2. Keuangan Islam dan Pemberdayaan Ekonomi

Salah satu keunggulan utama dari sistem keuangan Islam adalah kemampuannya untuk memberdayakan ekonomi secara inklusif, terutama bagi kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan dalam sistem keuangan konvensional. Bank-bank Islam dan lembaga-lembaga keuangan syariah menyediakan berbagai produk pembiayaan yang tidak mengandalkan bunga, melainkan berbasis bagi hasil atau sewa (ijarah). Produk-produk ini memberi kesempatan kepada individu atau kelompok yang tidak memiliki akses ke bank konvensional untuk mendapatkan modal usaha.

Misalnya, sistem pembiayaan mudharabah dan musyarakah memungkinkan pemilik modal dan pengusaha untuk berbagi keuntungan atau kerugian dalam suatu usaha. Dengan demikian, kepala sekolah, petani, pengusaha mikro, dan UMKM yang membutuhkan dana untuk pengembangan usaha mereka dapat memanfaatkan pembiayaan ini tanpa terjerat dengan bunga yang membebani.

Keuangan Islam juga memiliki instrumen sosial seperti zakat dan wakaf yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam yang mampu untuk memberikan sebagian hartanya kepada mereka yang membutuhkan, sedangkan wakaf memungkinkan individu atau kelompok untuk menyumbangkan aset mereka untuk tujuan sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur publik. Dalam konteks keuangan publik, dana zakat dan wakaf ini dapat digunakan untuk membiayai berbagai program pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat luas, seperti membangun sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur dasar lainnya.

Selain itu, keuangan Islam mendorong pengembangan sektor UMKM, yang merupakan sektor penting dalam perekonomian banyak negara, terutama di negara-negara berkembang. Keuangan Islam menyediakan pembiayaan yang lebih fleksibel bagi UMKM, yang sering kali kesulitan memperoleh akses ke pembiayaan dari bank konvensional karena tidak memenuhi persyaratan yang ketat. Dengan mengedepankan pembiayaan berbasis bagi hasil, keuangan Islam dapat memberikan kesempatan bagi UMKM untuk tumbuh dan berkembang tanpa harus terbebani dengan utang yang tidak terjangkau.

3. Keuangan Islam dan Keadilan Sosial

Keuangan publik Islam memberikan solusi konkret untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi. Salah satu instrumen utama yang digunakan untuk mencapainya adalah zakat. Zakat merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu untuk menyisihkan sebagian dari hartanya untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Selain itu, wakaf juga memiliki potensi yang sangat besar dalam menciptakan kesejahteraan sosial, karena aset yang diwakafkan dapat digunakan untuk membiayai pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur publik yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas, tanpa memandang status ekonomi.

Dengan redistribusi kekayaan melalui zakat dan wakaf, sistem keuangan Islam dapat membantu mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi yang seringkali menjadi penyebab ketidakstabilan sosial. Zakat, misalnya, dapat digunakan untuk membantu masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan, sementara wakaf dapat digunakan untuk membiayai pendidikan dan perawatan kesehatan yang berkualitas untuk semua kalangan.

Selain itu, dalam konteks pembangunan ekonomi berkelanjutan, keuangan Islam mendorong penggunaan sumber daya secara efisien dan berkelanjutan. Dengan menghindari praktik-praktik yang merusak lingkungan atau yang hanya menguntungkan segelintir pihak, keuangan Islam berperan dalam memastikan bahwa manfaat ekonomi dapat dirasakan secara merata dan berkelanjutan, tanpa merusak lingkungan atau menyebabkan ketimpangan sosial yang lebih besar.

4. Keuangan Islam dan Pembangunan Infrastruktur

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh banyak negara berkembang adalah pembangunan infrastruktur yang cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Keuangan Islam memiliki potensi besar dalam mendukung pembangunan infrastruktur melalui instrumen seperti sukuk (obligasi syariah) dan wakaf. Sukuk adalah instrumen keuangan yang mirip dengan obligasi, tetapi diterbitkan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Melalui sukuk, pemerintah atau lembaga swasta dapat menghimpun dana untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan, jembatan, atau fasilitas umum lainnya.

Wakaf juga dapat digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang berkelanjutan, seperti pembangunan sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya. Tanah wakaf yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk mendanai pembangunan infrastruktur yang bermanfaat bagi masyarakat secara luas. Misalnya, tanah wakaf dapat digunakan untuk membangun rumah sakit atau sekolah, yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi tetapi juga memberikan dampak sosial yang besar.

Dengan instrumen-instrumen ini, keuangan Islam dapat memainkan peran kunci dalam mendukung pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, yang merupakan salah satu pilar penting dalam mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

5. Keuangan Islam dan Stabilitas Ekonomi

Sistem keuangan Islam cenderung lebih stabil dibandingkan dengan sistem keuangan konvensional, yang seringkali rentan terhadap krisis ekonomi dan keuangan akibat spekulasi dan praktik-praktik yang tidak terkendali. Keuangan Islam menghindari transaksi yang bersifat spekulatif (maysir) dan berfokus pada transaksi yang berbasis pada aset riil, yang dapat mengurangi risiko ketidakstabilan ekonomi.

Dengan menghindari bunga dan spekulasi yang merugikan, keuangan Islam membantu menciptakan sistem ekonomi yang lebih stabil dan tahan terhadap guncangan ekonomi global. Selain itu, sistem keuangan Islam mendorong investasi dalam sektor-sektor yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat, yang membantu menciptakan ketahanan ekonomi dalam jangka panjang.

6. Keuangan Islam dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Global

Keuangan Islam tidak hanya relevan di negara-negara dengan mayoritas Muslim, tetapi juga memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan di tingkat global. Dalam konteks perubahan iklim dan tantangan lingkungan lainnya, sistem keuangan Islam mendorong investasi dalam proyek-proyek yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, yang dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap planet kita. Dengan mengutamakan prinsip-prinsip etika dan keberlanjutan, keuangan Islam dapat menjadi pilar penting dalam membangun ekonomi global yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Keuangan publik Islam memiliki potensi besar untuk menjadi pilar ekonomi berkelanjutan, dengan prinsip-prinsip keadilan, etika, dan keberlanjutan yang dapat menciptakan sistem ekonomi yang inklusif dan stabil. Melalui instrumen-instrumen seperti zakat, wakaf, sukuk, dan pembiayaan berbasis bagi hasil, keuangan Islam dapat mendukung pemberdayaan ekonomi, mengurangi ketimpangan sosial, dan mendanai pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Dengan demikian, keuangan Islam dapat berperan kunci dalam membangun ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan, baik di tingkat nasional maupun global.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun