Mohon tunggu...
Nurcholis Darmawan
Nurcholis Darmawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis, Filmmaker, Pegiat Seni dan Literasi

Nurcholis Darmawan, aktif menulis dan berjejaring dalam giat-giat literasi melalui Nemu Buku Palu, aktifitas lainnya dengan mengajar adik-adik Sikola Pomore (Sekolah Alam Berbasis Pengetahuan Lokal) di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, terlibat sebagai sutradara dalam film dokumenter Hidup Dengan Bencana, "Timbul Tenggelam" produksi In-docs dan Sinekoci berkolaborasi dengan Sikola Pomore, saat ini rutin juga menulis sebagai jurnalis untuk topik-topik kebudayaan daerah melalui Yayasan Tadulakota.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Seni Menjahit Fragmen-Fragmen Tadulako

15 September 2023   20:39 Diperbarui: 15 September 2023   20:46 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fragmen 4

(Dokumentasi Gelar Karya Komunitas Seni Tadulako 2023)
(Dokumentasi Gelar Karya Komunitas Seni Tadulako 2023)

(Mata, Telinga, dan Mulut)


Dimulai dari lahirnya kebudayaan yang mengakar kemudian terus menyebar luas hingga saat ini, tentu tidak lepas dari perjalanan panjang kehidupan yang dialami oleh orang Kaili. Setidaknya konsepsi kepemimpinan dalam Kaili, secara umum dibagi ke dalam tiga periodeisasi; yaitu periode To Malanggai (periode kehidupan yang dipimpin oleh laki-laki yang kuat dan berani), To Manuru (periode kehidupan yang dipengaruhi oleh ruh – ruh leluhur), dan Tadulako (periode kehidupan di bawah kepemimpinan raja – raja). Dalam perkembangannya, ketiga periode ini menginspirasi mereka dalam mengimajinasikan lagi sosok seorang pemimpin.

Menurut sebuah ungkapan Kaili, Tadulako haruslah dapat menjaga mata, telinga, dan mulutnya; “Pakanoto Mata Mangantoaka” (membaca keadaan dengan penglihatan mata kepala, mana yang baik dan yang buruk, semuanya demi perbaikan kehidupan masyarakat), “Pakanasa Talinga Mongepe” (segala sesuatu yang didengar oleh telinga, harus dicermati dengan jelas secara nyata, agar tidak menimbulkan fitnah dan konflik), “Pakabelo Sumba Mojarita” (jangan berkata yang dapat menyinggung perasaan orang lain, menghina, menghujat, dan memfitnah), keseluruhannya merupakan sebuah perangkat nilai yang senantiasa relevan dengan perkembangan zaman, ia serupa bom waktu yang terus menjadi pengingat dalam setiap kondisi, terlebih pada saat berlangsungnya sebuah kontestasi politik.

Fragmen 5

(Dokumentasi Gelar Karya Komunitas Seni Tadulako 2023)
(Dokumentasi Gelar Karya Komunitas Seni Tadulako 2023)

(Syair Kepemimpinan)

“Naratamo Tadulako, Tadulakota...”

(Telah datang seorang pemimpin, pemimpin kita...)

“Heiheee... Manggeni Rara, Mosintomu Mosisani Tona Dea, Kana Mosarara, Mosasampesuvu...” 

(Membawa pesan, untuk saling bertemu dan saling mengenal satu sama lain dengan orang banyak, tetap dengan satu hati dan menjadi satu keluarga).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun