Fragmen 4
(Mata, Telinga, dan Mulut)
Dimulai dari lahirnya kebudayaan yang mengakar kemudian terus menyebar luas hingga saat ini, tentu tidak lepas dari perjalanan panjang kehidupan yang dialami oleh orang Kaili. Setidaknya konsepsi kepemimpinan dalam Kaili, secara umum dibagi ke dalam tiga periodeisasi; yaitu periode To Malanggai (periode kehidupan yang dipimpin oleh laki-laki yang kuat dan berani), To Manuru (periode kehidupan yang dipengaruhi oleh ruh – ruh leluhur), dan Tadulako (periode kehidupan di bawah kepemimpinan raja – raja). Dalam perkembangannya, ketiga periode ini menginspirasi mereka dalam mengimajinasikan lagi sosok seorang pemimpin.
Menurut sebuah ungkapan Kaili, Tadulako haruslah dapat menjaga mata, telinga, dan mulutnya; “Pakanoto Mata Mangantoaka” (membaca keadaan dengan penglihatan mata kepala, mana yang baik dan yang buruk, semuanya demi perbaikan kehidupan masyarakat), “Pakanasa Talinga Mongepe” (segala sesuatu yang didengar oleh telinga, harus dicermati dengan jelas secara nyata, agar tidak menimbulkan fitnah dan konflik), “Pakabelo Sumba Mojarita” (jangan berkata yang dapat menyinggung perasaan orang lain, menghina, menghujat, dan memfitnah), keseluruhannya merupakan sebuah perangkat nilai yang senantiasa relevan dengan perkembangan zaman, ia serupa bom waktu yang terus menjadi pengingat dalam setiap kondisi, terlebih pada saat berlangsungnya sebuah kontestasi politik.
Fragmen 5
(Syair Kepemimpinan)
“Naratamo Tadulako, Tadulakota...”
(Telah datang seorang pemimpin, pemimpin kita...)
“Heiheee... Manggeni Rara, Mosintomu Mosisani Tona Dea, Kana Mosarara, Mosasampesuvu...”
(Membawa pesan, untuk saling bertemu dan saling mengenal satu sama lain dengan orang banyak, tetap dengan satu hati dan menjadi satu keluarga).