Mohon tunggu...
NURCAHYATI
NURCAHYATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Pengaruh Bahasa Negatif Orang Tua terhadap Anak

9 Oktober 2023   23:41 Diperbarui: 9 Oktober 2023   23:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENGARUH BAHASA NEGATIF ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL ANAK DI DESA KETIAU KECAMATAN LUBUK KELIAT

Nurcahyati,Evy Ratna Kartika Waty,Henny Helmi

 

UNIVERSITAS SRIWIJAYA, INDRALAYA

Jalan Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya, Ogan Ilir

e-mail nurcahyatii2468@gmail.com

meganurrizalia@fkip.unsri.ac.id

azizzhhusain66@yahoocom.id

 

 

1.PENDAHULUAN

Orang tua merupakan lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan  tertua, artinya disinilah  proses pendidikan dimulai. Pada dasarnya semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya dalam segala aspek, mulai dari kebutuhan pokok pangan dan sandang hingga perumahan dan pendidikan. Seorang anak ingin segalanya   menjadi yang terbaik. Oleh karena itu, orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dianggap sebagai lingkungan yang paling penting karena sebagian besar kehidupan seorang anak berlangsung di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang  diterima sebagian besar anak berlangsung di dalam keluarga.

Pola asuh orang tua merupakan tanda bagi anak untuk mengontrol perilakunya  dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua mempunyai pengaruh yang  besar terhadap perilaku anak-anaknya. mengkategorikan tiga jenis teladan orang tua yang digunakan orang tua untuk menanamkan nilai dan norma pada anak, antara lain otoriter, demokratis, dan permisif menurut Kohn (dalam Kastutik, 2013:2). Pendidikan anak dimulai dalam tiga lingkungan: lingkungan rumah, sekolah, dan lembaga. Namun lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan  terpenting. Jika keluarga salah dalam membesarkan anak, maka perilaku sosial yang diterapkan juga salah. Jadi perilaku sosial anak justru menentukan  pola asuh orang tua yang baik, yang pada gilirannya juga menentukan perilaku sosial anak yang baik. Sebab gaya pengasuhan orang tua berkaitan dengan perilaku sosial anak.

2.PEMBAHASAN

Dalam berbagai publikasinya, para ahli memaparkan berbagai pandangan mengenai makna pendidikan keluarga. Mansur misalnya mengartikan pendidikan keluarga sebagai proses pemberian nilai-nilai positif bagi tumbuh kembang anak sebagai landasan pendidikan selanjutnya. Selain itu, Abdullah juga mengartikan pendidikan keluarga sebagai segala upaya orang tua berupa penciptaan kebiasaan dan improvisasi untuk mendorong perkembangan pribadi anak. Pendapat lain yang diungkapkan Nahlawi tahun itu, Hasan Langgulung, membatasi pengertian pendidikan keluarga pada upaya ayah dan ibu sebagai pihak yang bertanggung jawab  memberikan nilai, etika, cermin dan hakikat. .

Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia juga berpendapat bahwa dunia keluarga  setiap orang (anak) merupakan dunia pendidikan awal. Untuk pertama kalinya orang tua (ayah, ibu) berperan sebagai pembimbing (guru), pembimbing, pendidik, pembimbing dan  pendidik utama yang diterima anak. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika berkonsultasi dengan para ahli mengenai konsep pendidikan keluarga. Bukan sekedar tindakan (proses) namun hadir dalam praktik dan implementasi, yang dilakukan oleh orang tua (ayah, ibu) yang memiliki nilai pendidikan dalam keluarga.

Definisi umum perilaku moral adalah perilaku yang konsisten dengan standar moral  kelompok sosial tertentu. Perilaku moral ini dikendalikan oleh konsep-konsep moral. Konsep etika terbentuk dari aturan tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan  anggota suatu kebudayaan. Memiliki perilaku etis mengidentifikasi perilaku  tidak moral. Perilaku tidak bermoral adalah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial atau konsep moral yang diakui secara sosial. Sedangkan perilaku tidak bermoral atau tidak etis adalah perilaku yang menunjukkan ketidakpedulian terhadap harapan suatu kelompok sosial dan dapat terjadi karena orang tersebut tidak memahami aturan atau peraturan etika yang ada dalam lingkungan tersebut (hal ini dilakukan tanpa disengaja).

Faktor-faktor yang mendasari perilaku moral anak berasal dari kebiasaan dengan lingkungan sekolah, teman sebaya, dan lingkungan keluarga khususnya keluarga, menurut teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud.perkembangan (dalam Kementerian Pendidikan Nasional, 2009:19), perkembangan moral  terbentuk pada usia 5-6 tahun dengan adanya superego. Anak-anak yang orang tuanya sering mengancam, memerintahkan, atau menggunakan kekerasan sering kali akan merasa  bersalah setelah menyakiti orang lain dan kurang memiliki kendali diri. Proses pendisiplinan melibatkan pemberian informasi kepada orang lain tentang konsekuensi perilaku buruk. Anak juga perlu mengenali perilaku prososial atau altruistik, yaitu perilaku yang bermanfaat bagi orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Hal ini bermanfaat bagi anak karena kelak empatinya akan terpacu untuk melakukan perilaku prososial.

Cara untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan pendekatan individual kepada anak dengan memberikan motivasi dan semangat, menjelaskan baik buruknya perilaku  yang dapat dilakukan dengan cara mendiskusikan suatu masalah, bercerita agar anak mengetahui langsung kepribadiannya. Orang yang berperilaku baik atau buruk akan menjadikan anak berperilaku baik.

Bahasa yang digunakan  orang tua dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan perilaku anak. Bahasa negatif atau kasar dari orang tua dapat berdampak negatif pada anak, seperti menurunnya rasa percaya diri, sulit mengendalikan emosi, dan menurunnya harga diri. Anak-anak juga mungkin menjadi tidak responsif. bagi orang tua dan sulit diatur. Teladan orang tua merupakan faktor terpenting dalam perkembangan bahasa anak. Orang tua juga hendaknya memberikan contoh yang baik kepada anak dengan memilih dan menggunakan bahasa yang baik. Selain itu, orang tua juga dapat berbicara dengan bahasa yang dimengerti anak, menunjukkan sikap positif terhadap anak  melalui perkataan atau tindakan, dan menjaga komunikasi yang baik dengan anak.

Kasus ini bermula ketika keluarga tersebut pindah dari desa tetangga ke desa saya, desa Ketiau, kecamatan Lubuk Keliat, kabupaten Ogan Ilir. Keluarga ini mempunyai 4 anggota: suami, istri, kakak dan adik. Keluarga ini memiliki anak  berusia 11  dan 4 tahun dan anak-anak dalam keluarga ini semuanya laki-laki. Anak laki-laki  berusia 4 tahun ini sangat aktif sehingga banyak tetangga keluarga ini  yang sangat senang melihat anak laki-laki berusia 4 tahun tersebut.

Lambat laun, waktu berlalu dan sudah setahun mereka pindah ke desa saya. Anak  yang hiperaktif berubah menjadi anak yang tidak sopan, bahasanya tidak sopan  dan bisa dibilang anak itu nakal sekali sehingga tetangga  mendengar perkataan anak tersebut dan karena kenakalannya mereka tidak senang kepada anak tersebut.

Saat itu, anak pertama di keluarga ini melakukan kesalahan sehingga membuat orang tua  anak tersebut marah dan emosi. Kepala keluarga atau ayah dari anak ini memarahi anak ini karena ocehannya hingga saya sebagai tetangga mendengar kemarahan ayahnya, kemarahan yang tidak pantas untuk anak  berusia 11 tahun dan orang yang mendengarnya. Tetengga sangat khawatir dengan kondisi anak tersebut karena sang ayah mengatakan sesuatu yang kasar dan menyebutkan hal-hal yang negatif dan hal tersebut tidak baik untuk didengar oleh anak seusia tersebut. Keluarga ini melakukan banyak hal demikian kepada  anaknya, bahkan untuk masalah kecil pun, orang tua sang anak malah memarahinya dengan marah, apalagi kesalahan besar.

Dalam hal ini gaya pengasuhan yang dilakukan keluarga ini Gaya pengasuhan permusuhan Ciri utama dari gaya pengasuhan ini adalah penggunaan perkataan dan perbuatan yang kasar dan agresif. Contohnya secara fisik ditunjukkan oleh seringnya orang tua memukul, mencubit, mencakar, menempeleng, menampar, atau menendang,sedangkan secara verbal ditunjukkan oleh penggunaan kata-kata yang kasar, sarkasme dan lain-lain.

Hal hal yang bisa menyebabkan orang tua melakukan kekerasan verbal adalah (Soetjiningsih, 2002)

  • Faktor dari dalam (Intern) 

  • Tingkat pengetahuan orang tua
  • Seringkali orang tua tidak mengetahui dan memahami kebutuhan tumbuh kembang anaknya. Misalnya, belum saatnya anak  melakukan sesuatu yang dianggap  mampu oleh orang tuanya, ketika anak disuruh, ternyata anak belum mampu, orang tua menjadi marah, berteriak, dan mengumpat. .menggali. membuat anak sedih dan perkataan orang tua seringkali menjadi petaka bagi anak..
  •  Pengalaman orang tua
  • Pelecehan yang dialami orang tua semasa kecil menjadi pengalaman seumur hidup yang mendorong mereka untuk melakukan hal yang sama terhadap anak-anaknya. Perbuatan yang diterima anak akan terekam  di alam bawah sadarnya dan terbawa hingga ia dewasa. Anak yang diperlakukan kasar oleh orangtuanya akan tumbuh menjadi  agresif dan kejam. Orang tua yang agresif akan melahirkan anak  yang agresif, yang juga akan menjadi kejam dan agresif. Gangguan psikotik adalah gangguan mental yang berhubungan dengan kekerasan pada masa kanak-kanak.  

2. Faktor dari luar (Ekstern)

  • Faktor ekonomi
  • Seringkali kekerasan dalam rumah tangga disebabkan oleh faktor ekonomi, kemiskinan dan tekanan hidup. Tuntutan hidup ekonomi  yang semakin tinggi, disertai dengan perasaan frustasi dan marah terhadap pasangan karena tidak mampu memenuhi kebutuhan dan ketidakberdayaan dalam menghadapi kesulitan ekonomi, membuat orang tua harus melampiaskan emosinya kepada orang-orang disekitarnya. Anak-anak adalah makhluk yang lemah dan mempunyai keterikatan emosional terhadap dirinya, sehingga ia merasa bisa bersikap seenaknya terhadap dirinya, sehingga segala rasa frustasi dan amarah tertuju pada dirinya.
  • Faktor lingkunga
  • Lingkungan dapat meningkatkan beban pengasuhan anak dan  juga dapat meningkatkan kekerasan verbal pada anak. Televisi merupakan alat yang paling dapat mempengaruhi tingkat kekerasan verbal yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya.

Dampak psikologis dari kekerasan verbal antara lain anak menjadi tidak peka terhadap emosi orang lain, gangguan tumbuh kembang, anak menjadi agresif, gangguan emosi, terganggunya hubungan sosial, kepribadian sosiopat atau gangguan kepribadian antisosial, yaitu gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku lesu atau lesu. Melanggar hak asasi orang lain dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan lingkaran setan dalam keluarga, menyebabkan rendahnya minat belajar, berujung pada keputusasaan, bahkan hingga bunuh diri (Lestari, 2016). Salah satu penyebab terjadinya kekerasan verbal adalah  kurangnya pemahaman orang tua mengenai kekerasan verbal. Kekerasan verbal dapat terjadi tanpa disadari oleh orang tua, karena setiap hari mereka menyerang anak secara verbal. Bentuk pelecehan verbal ini seringkali diwujudkan dalam bentuk ancaman, kritik, bentakan, pengucilan anak, dan pemberian julukan negatif  (Fitriana, 2015).

Pola asuh yang kasar dapat berdampak buruk pada perkembangan emosional dan psikologis anak. Berikut beberapa dampak negatif dari pola asuh yang kasar:

  • Anak-anak mungkin menjadi agresif dan kesulitan mengendalikan emosinya, bahkan setelah dewasa
  • Anak mungkin mengalami penurunan rasa percaya diri dan harga diri
  • Anak-anak mungkin menjadi lebih sulit untuk didisiplin dan mungkin kesulitan dengan disiplin diri di masa depan
  • Anak-anak mungkin menjadi lebih memberontak dan menentang figur otoritas
  • Anak-anak mungkin menjadi pemalu, cemas, atau takut dalam situasi sosial
  • Anak-anak mungkin menjadi kurang mandiri dan lebih bergantung pada orang lain

Penting bagi orang tua untuk menghindari  kata-kata atau tindakan kasar saat mendisiplinkan anak. Sebaliknya, orang tua harus berusaha untuk tetap tenang dan sabar, dan menggunakan penguatan positif untuk mendorong perilaku yang baik. Orang tua juga harus berusaha menciptakan lingkungan yang hangat dan mendukung bagi anak-anak mereka sehingga mereka merasa dicintai dan dihargai.

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa bahasa  orang tua yang negatif dapat berdampak negatif terhadap perkembangan moral anak. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi. Anak bisa saja mempunyai moral atau kepribadian yang menyimpang dari aturan yang berlaku baik di dalam maupun di luar sekolah.Kurangnya kepedulian orang tua dapat meningkatkan risiko anak melakukan perilaku moral buruk seperti mencuri, mendapat masalah, atau putus sekolah.Pola asuh otoriter yang menekankan  pengawasan orang tua untuk menjamin ketaatan dan kepatuhan anak dapat menghambat tumbuh kembang anak.Pelecehan emosional melalui bahasa negatif dapat memberikan dampak yang sangat negatif bagi anak, bahkan lebih berbahaya dibandingkan kekerasan fisik.Di sisi lain, peran orang tua yang baik dapat membantu mendorong pembentukan moral pada anak. Beberapa faktor yang bermanfaat dalam penanaman nilai-nilai moral pada masa kanak-kanak antara lain adalah ketaatan anak kepada orang tua, harapan orang tua agar anaknya berperilaku baik, dan perhatian orang tua, pengajian, dan kebiasaan tidur siang.

DAFTAR PUSTAKA

  Abdullah, M. Imron, Pendidikan Keluarga Bagi Anak, (Cirebon: Lektur, 2003)

  Dewantara, Ki Hajar, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1961).

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. 2009. Pembinaan Kepribadian Anak TK Berbasis Pendidikan Multikultular.

Erniwati, E., & Fitriani, W. (2020). Faktor-Faktor Penyebab Orang Tua Melakukan Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Dini. Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 1-8.

Fitriana, Y. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Orang Tua dalam Melakukan Kekerasan Verbal terhadap Anak Usia Pra-Sekolah. Jurnal Psikologi Undip Vol. 14 (1), pp: 81-93

Jailani, M. S. (2014). Teori pendidikan keluarga dan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak usia dini. Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, 8(2), 245-260.

Kastutik, 2014. Persepsi siswa kelas VII SMPN 4 Bojonegoro Terhadap Perilaku Antisosial Remaja ditinjau dari pola Sosialisasi Orangtua. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Program Sarjana Unesa

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).

Novasari, T. (2016). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku sosial (studi pada siswa kelas X SMKN 5 Surabaya). Kajian Moral dan Kewarganegaraan, 4(3).

(Rusmayanti, R. (2013). Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan Perilaku Moral Anakkelompok B Di Tk Bina Anak Sholeh Tuban (Doctoral dissertation, State University of Surabaya).

Demikianlah Artikel penulis mengenai PENDIDIKAN KELUARGA " PENGARUH BAHASA NEGATIF ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL ANAK DI DESA KETIAU KECAMATAN LUBUK KELIAT " .Di harapkan artikel ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru kepada pembaca. dan tentunya sebuah opini ini merupakan syarat tugas UTS dari Mata Kuliah Pendidikan Keluarga Prodi Pendidikan Masyarakat Universitas Sriwijaya yang di ampuh oleh ibu dosen Dra Evy Ratna Kartika Waty, M.Pd, Ph.D dan Ibu Henny Helmi

NAMA:NURCAHYATI

NIM:06151282126020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun