Mohon tunggu...
NURCAHYATI
NURCAHYATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Pengaruh Bahasa Negatif Orang Tua terhadap Anak

9 Oktober 2023   23:41 Diperbarui: 9 Oktober 2023   23:48 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua merupakan lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan  tertua, artinya disinilah  proses pendidikan dimulai. Pada dasarnya semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya dalam segala aspek, mulai dari kebutuhan pokok pangan dan sandang hingga perumahan dan pendidikan. Seorang anak ingin segalanya   menjadi yang terbaik. Oleh karena itu, orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dianggap sebagai lingkungan yang paling penting karena sebagian besar kehidupan seorang anak berlangsung di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang  diterima sebagian besar anak berlangsung di dalam keluarga.

Pola asuh orang tua merupakan tanda bagi anak untuk mengontrol perilakunya  dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua mempunyai pengaruh yang  besar terhadap perilaku anak-anaknya. mengkategorikan tiga jenis teladan orang tua yang digunakan orang tua untuk menanamkan nilai dan norma pada anak, antara lain otoriter, demokratis, dan permisif menurut Kohn (dalam Kastutik, 2013:2). Pendidikan anak dimulai dalam tiga lingkungan: lingkungan rumah, sekolah, dan lembaga. Namun lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan  terpenting. Jika keluarga salah dalam membesarkan anak, maka perilaku sosial yang diterapkan juga salah. Jadi perilaku sosial anak justru menentukan  pola asuh orang tua yang baik, yang pada gilirannya juga menentukan perilaku sosial anak yang baik. Sebab gaya pengasuhan orang tua berkaitan dengan perilaku sosial anak.

2.PEMBAHASAN

Dalam berbagai publikasinya, para ahli memaparkan berbagai pandangan mengenai makna pendidikan keluarga. Mansur misalnya mengartikan pendidikan keluarga sebagai proses pemberian nilai-nilai positif bagi tumbuh kembang anak sebagai landasan pendidikan selanjutnya. Selain itu, Abdullah juga mengartikan pendidikan keluarga sebagai segala upaya orang tua berupa penciptaan kebiasaan dan improvisasi untuk mendorong perkembangan pribadi anak. Pendapat lain yang diungkapkan Nahlawi tahun itu, Hasan Langgulung, membatasi pengertian pendidikan keluarga pada upaya ayah dan ibu sebagai pihak yang bertanggung jawab  memberikan nilai, etika, cermin dan hakikat. .

Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia juga berpendapat bahwa dunia keluarga  setiap orang (anak) merupakan dunia pendidikan awal. Untuk pertama kalinya orang tua (ayah, ibu) berperan sebagai pembimbing (guru), pembimbing, pendidik, pembimbing dan  pendidik utama yang diterima anak. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika berkonsultasi dengan para ahli mengenai konsep pendidikan keluarga. Bukan sekedar tindakan (proses) namun hadir dalam praktik dan implementasi, yang dilakukan oleh orang tua (ayah, ibu) yang memiliki nilai pendidikan dalam keluarga.

Definisi umum perilaku moral adalah perilaku yang konsisten dengan standar moral  kelompok sosial tertentu. Perilaku moral ini dikendalikan oleh konsep-konsep moral. Konsep etika terbentuk dari aturan tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan  anggota suatu kebudayaan. Memiliki perilaku etis mengidentifikasi perilaku  tidak moral. Perilaku tidak bermoral adalah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial atau konsep moral yang diakui secara sosial. Sedangkan perilaku tidak bermoral atau tidak etis adalah perilaku yang menunjukkan ketidakpedulian terhadap harapan suatu kelompok sosial dan dapat terjadi karena orang tersebut tidak memahami aturan atau peraturan etika yang ada dalam lingkungan tersebut (hal ini dilakukan tanpa disengaja).

Faktor-faktor yang mendasari perilaku moral anak berasal dari kebiasaan dengan lingkungan sekolah, teman sebaya, dan lingkungan keluarga khususnya keluarga, menurut teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud.perkembangan (dalam Kementerian Pendidikan Nasional, 2009:19), perkembangan moral  terbentuk pada usia 5-6 tahun dengan adanya superego. Anak-anak yang orang tuanya sering mengancam, memerintahkan, atau menggunakan kekerasan sering kali akan merasa  bersalah setelah menyakiti orang lain dan kurang memiliki kendali diri. Proses pendisiplinan melibatkan pemberian informasi kepada orang lain tentang konsekuensi perilaku buruk. Anak juga perlu mengenali perilaku prososial atau altruistik, yaitu perilaku yang bermanfaat bagi orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Hal ini bermanfaat bagi anak karena kelak empatinya akan terpacu untuk melakukan perilaku prososial.

Cara untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan melakukan pendekatan individual kepada anak dengan memberikan motivasi dan semangat, menjelaskan baik buruknya perilaku  yang dapat dilakukan dengan cara mendiskusikan suatu masalah, bercerita agar anak mengetahui langsung kepribadiannya. Orang yang berperilaku baik atau buruk akan menjadikan anak berperilaku baik.

Bahasa yang digunakan  orang tua dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan perilaku anak. Bahasa negatif atau kasar dari orang tua dapat berdampak negatif pada anak, seperti menurunnya rasa percaya diri, sulit mengendalikan emosi, dan menurunnya harga diri. Anak-anak juga mungkin menjadi tidak responsif. bagi orang tua dan sulit diatur. Teladan orang tua merupakan faktor terpenting dalam perkembangan bahasa anak. Orang tua juga hendaknya memberikan contoh yang baik kepada anak dengan memilih dan menggunakan bahasa yang baik. Selain itu, orang tua juga dapat berbicara dengan bahasa yang dimengerti anak, menunjukkan sikap positif terhadap anak  melalui perkataan atau tindakan, dan menjaga komunikasi yang baik dengan anak.

Kasus ini bermula ketika keluarga tersebut pindah dari desa tetangga ke desa saya, desa Ketiau, kecamatan Lubuk Keliat, kabupaten Ogan Ilir. Keluarga ini mempunyai 4 anggota: suami, istri, kakak dan adik. Keluarga ini memiliki anak  berusia 11  dan 4 tahun dan anak-anak dalam keluarga ini semuanya laki-laki. Anak laki-laki  berusia 4 tahun ini sangat aktif sehingga banyak tetangga keluarga ini  yang sangat senang melihat anak laki-laki berusia 4 tahun tersebut.

Lambat laun, waktu berlalu dan sudah setahun mereka pindah ke desa saya. Anak  yang hiperaktif berubah menjadi anak yang tidak sopan, bahasanya tidak sopan  dan bisa dibilang anak itu nakal sekali sehingga tetangga  mendengar perkataan anak tersebut dan karena kenakalannya mereka tidak senang kepada anak tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun