Kajian mingguan Ramadhan 1442 Komunitas Gembul Ahad 25 April 2021 kali ini menyuguhkan materi tentang Pertahanan Diri. Materi ini sengaja diangkat untuk memberikan pembekalan mental agar bisa menjadi pribadi yang tangguh dan adaptif saat menghadapi situasi yang tidak mengenakkan. Ketika menghadapi situasi, pikiran, atau sesuatu yang membuat diri merasa tak nyaman , secara alami seseorang akan mengeluarkan mekanisme pertahanan atau defense mechanism. Hal itu yang diulas dengan lugas oleh nara sumber Dr. Nugroho Dwi Priyohadi, M.Sc. Kajian ini merupakan seri ketiga dari tema besar : "Mendefinisikan kembali makna SEHAT scr KAFFAH (Sehat secara fisik, sehat secara mental, sehat  sosial dan sehat finansial).
Om Nug, demikian saya biasa memanggil sejawat saya ini, secara gamblang mengulas strategi psikologis tentang mekanisme pertahanan diri ini. Menurut Om Nug, mekanisme pertahanan diri adalah proses adaptasi dari seseorang terhadap lingkungan baru atau tekanan dari luar. Om Nug mencontohkan, pandemi covid ini termasuk tekanan dari luar. Kalau secara medis, badan demam itu sebetulnya merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap virus yang menyerang tubuh. Tubuh memberikan informasi ada serangan virus atau bakteri kemudian sehingga dia menginformasikan kepada otak dan otak akan memerintahkan kepada individu tersebut untuk melakukan langkah-langkah terapeutik atau pengobatan.
Karakteristik yang dinamakan sehat itu apa sih?
Om Nug yang menyelesaikan pendidikan S-1 di Fakultas Psikologi UGM dan S-2 di World Maritime University di Swedia ini menjelaskan bahwa kesehatan mental yang baik dicirikan oleh kemampuan seseorang untuk memenuhi setidaknya empat fungsi kunci dan aktivitas, yaitu :
1. Kemampuan untuk belajar
Maksudnya belajar terhadap stressor di lingkungan
2. Kemampuan untuk merasakan, mengekspresikan dan mengelola emosi positif maupun emosi negatif
Orang yang sehat bisa mengendalikan emosi baik positif maupun negatif, artinya secara proporsional merespon secara wajar
3. Kemampuan untuk membentuk dan pertahankan hubungan baik dengan orang lain
Intinya bagaimana kemampuan kita untuk menjaga hubungan baik dengan lingkungan
4. Kemampuan untuk mengatasi dan mengelola perubahan dan ketidakpastian
![Ciri Kesehatan Mental yang Baik (foto : dokumen pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/27/screenshot-42-608826399dc02943eb670fe2.png?t=o&v=770)
Orang yang sehat secara mental, idealnya dari ciri 1 sampai 4 tersebut harus seimbang. Tetapi jika tidak seimbang atau dominan pada salah satu atau beberapa, sebenarnya wajar tetapi dibutuhkan orang lain atau mitra untuk bisa memberikan feedback.
Selain dari kesehatan mental yang baik Om Nug yang doktor Psikologi Industri dari Unair Surabaya ini juga merangkum tentang Social Health, Spiritual Healt dan Mekanisme Pertahanan Diri.
Social Health atau Kesehatan sosial umumnya didefinisikan sebagai kemampuan untuk membentuk
hubungan yang bermakna dengan orang lain dan berinteraksi secara sehat dan positif. Bagaimana cara berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, bagaimana cara dia beradaptasi dengan situasi sosial yang berbeda dan rasa memiliki kontribusi pada kesehatan sosial.
Spiritual Health atau Kesehatan spiritual adalah dimensi kesehatan manusia yang menyatukan semua dimensi kesehatan: fisik, emosional, mental, dan sosial. Menurut perspektif Barat bahwa kesehatan spiritual menciptakan makna dalam hidup, memupuk altruisme dan etika, dan apa adanya
berdasarkan persepsi individu yang meyakinkan kita tentang kemampuan kita untuk bertahan hidup.
Mekanisme Pertahanan Diri
Ada tiga Perbedaan Tingkatan dari Pertahanan :
Pertama, Primitive Defense Mechanisms :
Denial/ Penyangkalan
Bentuk defense mechanism yang paling umum dilakukan adalah menyangkal terhadap realita atau fakta yang ada. Dengan cara ini, seseorang menutup rasa sedih terhadap situasi tertentu sehingga tak akan ada dampak secara emosional. Sederhananya, seseorang memilih untuk menghindari situasi yang menyakitkan.
Regression
Jenis defense mechanism ini seperti ketika seseorang merasakan trauma atau kehilangan, kembali ke fase lalu, berperilaku seperti masa kanak-kanak misalnya bergaya manja.
Acting Out
Lari dari situasi, biasanya terjadi pada orang-orang yang setiap kali ada masalah dia mengkonsumsi narkoba, mabuk. Dia kabur dari masalah dengan melampiaskan pada narkoba, minuman dan lain-lain. Ini dapat menyebabkan yang bersangkutan menjadi kriminal kambuhan. Â
Dissociation
Orang tersebut terpisah dari lingkungan, dia merasa bahwa lingkungan itu bukan dunianya. Dissociation ini cenderung depresif.
Compartmentalization
Kompartementalisasi berarti mengklasifikasikan aspek kehidupan ke dalam sektor-sektor independen. Contohnya, seseorang memutuskan tidak akan membawa urusan pribadi ke ranah pekerjaan. Begitu pula dengan aspek lainnya. Dengan cara ini, seseorang bisa fokus menjalankan tugasnya tanpa memikirkan tentang masalah di aspek lain.
Projection
Memindahkan stres ke orang lain atau memproyeksikan kesalahan pada orang lain misalnya dia mengatakan itu bukan keinginan saya.
Reaction Formation
Defense mechanism jenis ini sebenarnya sadar betul dengan apa yang dirasakannya, namun memilih untuk berperilaku sebaliknya. Contohnya orang yang tengah mengalami frustrasi justru berperilaku dengan sangat positif, begitu pula sebaliknya.
Kedua, Less Primitive, More Mature Defense Mechanisms, mekanisme pertahanan lain yang lebih dewasa :
Repression
Merupakan  upaya  pertahanan diri dengan meredam suatu dorongan atau hasrat tertentu. Misalnya ada seseorang yang tertekan dengan hasrat seksual, dia melakukan pertahanan diri dengan cara berpuasa.
Desplacement
Memindahkan masalahnya kepada orang lain, misalnya seorang suami yang dimarahi bos-nya di kantor kemudian di rumah dia menumpahkan kemarahan kepada istri atau anaknya.
Intellectualization
Mekanisme pertahanan diri dimana penalaran memblokir konfrontasi dengan konflik bawah tanah untuk meredakan stressor dari obyek. Seperti misalnya bila seseorang menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional.
Rationalization
Mekanisme pertahanan diri menggunakan alasan dan alternatif untuk menutup fakta dan motif. Atau dengan kata lain mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan sesuatu yang dia tidak dapat menggapainya.
Undoing
Seseorang yang mengadapi tekanan dengan tidak melakukan apapun. Misalnya ada seseorang dibully, dia ingin membalas tetapi dia tahu bahwa sosial belum tentu akan membela atau mendukungnya, maka dia memilih untuk tidak melakukan apapun.
![Peserta Kajian via Zoom Meeting (foto : dokumen pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/27/peserta-diskusi-608825d4d541df0f36184892.jpeg?t=o&v=770)
Sublimation
Mekanisme  pertahanan diri dengan memindahkan energi ke tempat yang positif. Misalnya seseorang yang suka melihat wanita cantik dan dia suka melukis, kemudian menuangkan gambaran wanita cantik tersebut ke dalam lukisannya.
Self-Assertion
Tindakan menegaskan diri sendiri, hak, klaim atau pendapat sendiri atau menegaskan keunggulan atas orang lain. Self-Assertion cenderung menolak kebenaran yang ada di depannya.
Suppression
Supresi merupakan suatu usaha yang memang dilakukan secara sadar untuk menyembunyikan atau menghindari pemikiran, emosi, ataupun memori akan kejadian tertentu yang tidak diinginkan.
Compensation
Misalnya orang-orang tidak unggul di suatu bidang tertentu, dia akan mengkompensasikan ke bidang lain.
Altruism
Altruisme adalah sikap atau naluri untuk memperhatikan dan mengutamakan kepentingan dan kebaikan orang lain. Altruisme berkebalikan dengan sifat egois yang lebih mementingkan diri sendiri
Affiliation
Bergabung sebagai bagian dari organisasi supaya kesehatan kesehatan mental kita semakin kuat.
Self-Observation
Semacam muhasabah atau refleksi diri, mencari kekurangan diri untuk kemudian melakukan perbaikan.
Jika mampu mengelola defense mechanisms ini secara dewasa, maka kita akan mendapatkan kesehatan yang optimal.
Omu Nug yang juga Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi dan Manajemen Kepelabuhan (Stiamak) Barunawati Surabaya ini memberikan kesimpulan apabila kita ingin menuju sehat secara sosial, mental dan spiritual, maka kita harus :
Work Life Balance : keseimbangan dalam hidup, artinya jika mahasiswa, tidak setiap waktu digunakan untu uruan kuliah, suatu saat gunakan untuk bersosialisasi.
Memelihara komunitas : menjalin interaksi yang baik
Keyakinan penuh bahwa pada suatu ketika manusia itu akan berhenti dan mengalami kematian sehingga perlu menyiapkan bekal untuk akherat : amal jariyah, ilmu yang bermafaat dan anak yang sholeh yang selalu mendoakan orang tua.
Puasa sebagai sebuah latihan untuk melatih kesabaran, melatih ketahanan fisik dan mental sehingga nanti kita bisa mendapatkan keseimbangan dalam hidup dan proses penyesuaian diri yang lebih baik
Husnul khotimah sebagai simbol sukses hidup. Akan baik di akhir hayat, migunani tumraping liyan dan alam sekitarnya.
Kajian yang dimoderatori oleh Irfan Hudiyatmoko, karib saya sejak kecil yang saat ini tinggal di Sidoarjo ini diakhiri dengan diskusi. Menariknya materi mengundang banyak audiens untuk berinteraksi memberikan feedback baik berupa pertanyaan maupun pernyataan. Durasi waktu yang hampir dua jam, rasanya tidak cukup untuk mengupas lebih dalam tentang mekanisme pertahanan diri. Kumandang adzan Ashar wilayah Jawa Timur menghentikan keasyikan dialog ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI