Akhirnya kuputuskan, tanpa menunggu terbitnya sang fajar, kami turun menyusul Fikar yang sudah duluan turun bersama bapak-bapak penarik kereta dorong. Kami hanya bisa mengabadikan moment sepanjang perjalanan turun.
Pada pendakian kedua di akhir Desember 2019, suasana lebih mengasyikkan. Suhu udara yang dingin, kantuk dan lelah tidak kami rasakan. Yang terbayang hanya indahnya pemandangan danau di kawah Ijen.Â
Kami sekeluarga sukses sampai di puncak melewati tantangan jalur pendakian tanpa bantuan jasa ojek kereta dorong. Namun demikian, kita tidak ada niat untuk melihat blue fire.Â
Di sekeliling bibir kawah sudah banyak para pendaki berjubel. Untuk melihat danau di kawah Ijen juga sulit karena berkabut. Kami hanya puas dengan melihat pemandangan puncak dan mengabadikan panorama dengan kamera. Lumayan, banyak jepretan yang layak tayang di instagram kami dapat.Â
Saat turun, Fikar merengek minta naik ojek kereta. Aku berusaha memotivasi agar dia kuat hati sekaigus kuat kaki tak tergoda tawaran jasa transportasi dorong itu. Tapi dia tetap tegar pendirian untuk turun dengan jasa kereta ini.Â
Fikar merayuku agar diperbolehkan menggunaka jasa ojek dorong. Dan yang menohok di hati, adalah ucapannya,"Dah, pakai uangku wis lah Bi". Sambil tersenyum kecut, dalam hati aku berkata, "Emang ayahmu gak kuat bayarin ojek dorong". Akhirnya kubolehkan dia turun dengan bantuan jasa kereta dorong ini.
Pendakian ketiga kali ini terasa istimewa. Pertama, seolah kami berpamitan sebagai pengakhiran masa tugas setelah dua tahun berdinas di Kabupaten pada ujung Timur Pulau Jawa ini. Seperti awal pada saat kedatangan saya sowan berkunjung ke Gunung Ijen, di akhir pun saya kembali mengunjungi puncak gunung ini. Datang nampak muka, pergi nampak punggung. Keistimewaan kedua, kami puas dengan eksotisme pemandangan danau kawah dan puncak Gunung Ijen meski lagi-lagi tidak bisa melihat fenomenalnya si api biru, blue fire.Â
Dengan durasi pendakian dua jam, jika mulai pendakian jam 03.00, sampai puncak Ijen, pasti fajar sudah mendahului. Sedangkan api biru hanya bisa terlihat jika suasana masih gelap.Â
Di samping itu, sejak masa pandemi, para pendaki tidak diperbolehkan menuruni kawah. Tapi kami cukup puas, berlama-lama kami berada di puncak. Banyak spot lokasi yang sungguh indah, memanjakan mata dan instragamable. Sayang kalau dilewatkan.Â
Kunjungan pamitan dengan Puncak Ijen ini benar-benar kunikmati. Setiap jengkal tempat, hampir tak tersisa kami jadikan latar jepretan kamera. Cuaca cerah, hembusan angin yang stabil dan hirupan nafas yang segar menambah nikmatnya kurnia Sang Maha Kuasa.Â