Gangguan pada sektor informal juga menjadi ancaman serius bagi stabilitas sosial-ekonomi. Dengan lebih dari separuh tenaga kerja Indonesia berada di sektor informal, fluktuasi ekonomi global berdampak langsung pada pendapatan dan keamanan pekerjaan mereka. Sektor informal sering kali kurang terlindungi oleh kebijakan pemerintah dan cenderung lebih rentan terhadap perubahan permintaan pasar atau tekanan biaya hidup akibat inflasi. Penurunan pendapatan di sektor ini tidak hanya memperburuk kesenjangan sosial, tetapi juga dapat mengurangi daya beli masyarakat secara keseluruhan, menciptakan lingkaran negatif bagi perekonomian domestik (Hermawan dkk., 2024).
Secara keseluruhan, tantangan-tantangan ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sebesar 5,2% pada tahun 2024 jika tidak diatasi dengan kebijakan yang tepat. Risiko-risiko ini juga dapat mengurangi daya tahan ekonomi nasional terhadap guncangan global, sehingga memperbesar kebutuhan akan reformasi struktural yang mendalam.
C. Solusi/Rekomendasi Kebijakan
Untuk mengatasi berbagai tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia pada tahun 2024, pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang tidak hanya merespons masalah jangka pendek, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi jangka panjang. Beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diambil antara lain sebagai berikut (Budi dkk., 2021):
1. Diversifikasi Ekonomi
Ketergantungan Indonesia pada komoditas harus segera dikurangi dengan mempercepat proses hilirisasi industri. Pengembangan produk bernilai tambah akan membuka peluang pasar ekspor yang lebih luas, sekaligus mengurangi volatilitas yang disebabkan oleh fluktuasi harga komoditas global. Misalnya, pengolahan nikel menjadi baterai atau pengembangan produk kelapa sawit yang lebih bernilai, seperti biodiesel dan kosmetik, dapat menjadi sektor unggulan baru. Selain itu, diversifikasi ini juga dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja, meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional, serta mengurangi ketergantungan pada sektor primer.
2. Stabilitas Nilai Tukar
Untuk menghadapi pelemahan nilai tukar Rupiah, Bank Indonesia perlu mempertahankan kebijakan moneter yang responsif dengan meningkatkan cadangan devisa negara dan menerapkan strategi intervensi yang lebih efektif di pasar valuta asing. Meningkatkan transparansi kebijakan dan memperkuat cadangan devisa akan memberikan keyakinan kepada pasar internasional terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Selain itu, menjaga stabilitas Rupiah juga penting untuk mengendalikan inflasi, khususnya dalam sektor impor seperti pangan dan energi.
3. Optimalisasi Konsumsi Domestik
Mengoptimalkan konsumsi domestik sebagai pendorong utama ekonomi dapat dilakukan dengan memperkenalkan program bantuan sosial yang lebih efektif, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang ditujukan pada keluarga berpendapatan rendah. Selain itu, peningkatan upah minimum secara bertahap akan membantu memperbaiki daya beli masyarakat. Pemerintah juga dapat memanfaatkan peningkatan belanja terkait pemilu sebagai stimulus ekonomi, dengan fokus pada pengeluaran yang dapat mendorong konsumsi, seperti belanja publik untuk infrastruktur dan program sosial.
4. Memperluas Sektor Formal