“Nonik memang sengaja meninggalkannya di sini. Katanya, barangkali berguna buat karyawan baru.”
Segera aku membuka diary dan menunjukkan lembar-lembar tentang theos.
“Oh tentang Theos”
Kembali aku kaget. Bu Sri tahu tentang kisah Theos itu.
“Kamu pasti penasaran kelanjutannya kan?”
Aku mengangguk. Namun segera aku revisi.
“nggg .. bukan bu, saya penasaran apakah kisah yang dia tulis itu fiksi atau nyata”
“Itu nyata.”
Aku menunjukkan muka tidak percaya, aku buat kerutan serapat mungkin di dahiku. Bu Sri hanya tertawa melihat reaksiku.
“Itu nyata fiksi dan fiksi nyata”
“Maksudnya?”
“Kenyataan apapun jika dituliskan akan menjadi tulisan tentang kenyataan, tak pernah benar-benar menunjukkan kenyataan. Bener nggak?”
“Saya tahu ibu penganut Immanuel Kant yang taat. Penganut kebenaran ada pada bendanya itu sendiri, tapi bu, saya tidak sedang membahas itu, apa kisah pramodya itu terjadi, apa pramodya sering bergumam theos?”
Bu Sri tersenyum dan mengangguk. Aku bengong.
“Serius??”