“Masuk”
Kemuning meremas rambutnya dan memejamkan mata.
***
Kemuning menari. Kali ini dia menggerakkan kaki, tubuh dan kepalanya. Tangannya terikat ke belakang. Kemuning membiarkan rambutnya terurai. Gerakan kepalanya dinamis, membiarkan rambutnya beberapa kali menutupi wajahnya.
Abimanyu tampak sibuk mengabadikan dengan kameranya. Beberapa kali dia mengerutkan kening melihat gerakan Kemuning. Namun gerakan kemuning tidak memberikan kesempatan padanya lebih lanjut untuk diam. Abimanyu bergerak dan berganti-ganti posisi.
Kemuning memperlambat gerakannya. Perlahan-lahan dia berhenti dengan badan tegak. Dia menatap Abimanyu yang juga sudah berhenti memotret. Tidak ada senyum dari Abimanyu. Wajahnya dipenuhi tanda tanya. Sementara Kemuning seperti tidak peduli dan memilih mengikat rambutnya erat sesudah itu mengemasi bawaannya.
“Itu tadi tentang apa?”
Kemuning sejenak berhenti berkemas-kemas. Kemuning ingin menjawab namun dia memilih untuk diam dan meneruskan kemas-kemasnya.
“Itu bukan kamu Ning”
Kemuning yang sudah selesai berkemas menatap Abimanyu tajam. Perlahan dia mendekati Abimanyu dan mengulurkan tangannya. Abimanyu menyambut dengan ragu.
“Namaku Kemuning. Aku lahir saat senja. Sesudah itu apa yang orang-orang lihat adalah aku. Kemuning dan tetap Kemuning”