Mohon tunggu...
Nur Aulia Saskia
Nur Aulia Saskia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi S1 Geografi FISIP ULM

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Potensi dan Pengembangan Lahan Basah di Sungai Tabuk: Batu Bata Dekoratif, Briket Sekam Padi, dan Selai Jeruk sebagai Solusi Optimalisasi

5 Oktober 2024   23:28 Diperbarui: 5 Oktober 2024   23:38 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar (6): wawancara dengan responden 5 (Sumber: GPS Map Camera Nur Aulia Saskia)

Menurut Ibu Idah dan Ibu Wati, seorang pekerja dapat memproduksi sekitar 80 hingga 100 batu bata per hari secara manual. Setelah proses pembuatan selesai, biasanya ada pedagang dari luar kota yang datang untuk membeli batu bata ini dalam jumlah besar, yang kemudian dijual kembali di wilayah perkotaan. Hal ini menjadikan produksi batu bata di Desa Gudang Tengah tidak hanya menopang kebutuhan lokal, tetapi juga menjadi bagian dari rantai pasokan konstruksi di daerah perkotaan.

2. Desa Sungai Pinang Lama

Gambar (4): wawancara dengan responden 3 (Sumber: GPS Map Camera Nur Aulia Saskia)
Gambar (4): wawancara dengan responden 3 (Sumber: GPS Map Camera Nur Aulia Saskia)

Di Desa Sungai Pinang Lama, saya bertemu dan mewawancarai Pak Bahrul, seorang petani yang menanam padi sekaligus berkebun jeruk. Menurut beliau, daerah Sungai Pinang Lama sangat cocok untuk budidaya kedua jenis tanaman ini, sehingga banyak lahan di daerah tersebut digunakan untuk menanam padi dan jeruk. Selain bertani dan berkebun, Pak Bahrul juga berperan sebagai pedagang yang menjual hasil tanamannya, memperkuat ekonomi lokal dan memastikan hasil pertaniannya dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar.

Gambar (5): wawancara dengan responden 4 (Sumber: GPS Map Camera Nur Aulia Saskia)
Gambar (5): wawancara dengan responden 4 (Sumber: GPS Map Camera Nur Aulia Saskia)

Selain Pak Bahrul, saya juga bertemu dengan Ibu Murni. Ibu Murni memanfaatkan lahan basah di depan rumahnya untuk budidaya hortikultura, termasuk menanam buah pisang dan daun singkong. Menurut beliau, lahan basah ini sangat bermanfaat untuk menanam tanaman tersebut, yang sebagian besar hasilnya digunakan untuk kebutuhan konsumsi keluarga. Sama seperti Pak Bahrul, Ibu Murni juga mengungkapkan bahwa mayoritas lahan basah di Desa Sungai Pinang Lama dimanfaatkan untuk menanam padi. Hal ini menunjukkan adanya pemanfaatan lahan secara optimal oleh penduduk setempat, baik untuk kebutuhan pangan pribadi maupun untuk menghasilkan komoditas pertanian lainnya.

3. Desa Lok Baintan

Gambar (6): wawancara dengan responden 5 (Sumber: GPS Map Camera Nur Aulia Saskia)
Gambar (6): wawancara dengan responden 5 (Sumber: GPS Map Camera Nur Aulia Saskia)

Di Desa Lok Baintan, saya melakukan wawancara dengan Bu Romlah, seorang pedagang yang berjualan di depan pondok pesantren. Bu Romlah memanfaatkan lahan basah di pekarangan rumahnya untuk budidaya hortikultura, terutama buah mangga dan jeruk. Menurut beliau, banyak warga di Desa Lok Baintan yang juga menanam buah jeruk di perkebunan, sehingga meningkatkan potensi pengembangan tanaman jeruk sebagai komoditas utama di daerah tersebut. Bu Romlah optimis bahwa potensi ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Bu Romlah juga sempat menceritakan tantangan dalam pemanfaatan lahan basah di wilayah tersebut, khususnya di Kecamatan Sungai Tabuk, yaitu risiko banjir yang sangat parah, terutama yang terjadi pada tahun 2021. Karena sebagian besar masyarakat membangun rumah mereka di dekat sungai atau mengikuti sepanjang aliran sungai, dampak banjir sangat terasa. Banjir tersebut tidak hanya merusak tanaman di sawah dan perkebunan, tetapi juga mempengaruhi peternakan warga.

Sebelum banjir tahun 2021, banyak warga yang memiliki usaha ternak ikan di belakang rumah mereka. Namun, saat banjir datang, semua ikan lepas dan kolam ternak mereka hancur. Karena wilayah ini rentan terhadap banjir, warga tidak lagi melanjutkan usaha ternak ikan, mengingat risiko kehilangan ikan yang tinggi setiap kali banjir melanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun