Fenomena pamer kekayaan atau flexing yang dilakukan di media sosial menjadi hal lumrah di era digital seperti saat ini. Kita tidak berhak melarang seseorang untuk pamer kekayaan di media sosialnya sendiri.Â
Pamer harta nampaknya ingin membuat orang lain terkesan dengan barang mewah seperti mobil rubicon, pakaian brand, tas mahal sampai liburan dengan harga fantastis di luar negeri pun ikut dipertontonkan di media sosial pribadi.Â
Konten pamer kekayaan pun kian menjamu di era digital dan konten konten ini sudah terbukti membawa banyak kasus yang berakhir jadi bencana bagi si tukang pamer, seperti kasus viral sekarang ini Mario Dandy hingga beberapa orang yang mengklaim dirinya seorang crazy rich sebut saja Indra Kenz, Wahyu Kenzo.Â
Mengapa fenomena flexing ini terus berkembang?
Seperti yang kita ketahui bahwa mengekspos kekayaan yang dimiliki di media sosial adalah hak pribadi masing orang.Â
Nampaknya memang ada "pasar" dalam konten yang bertajuk pamer kekayaan di media sosial dan peminatnya pun tak sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan semakin banyak konten flexing yang diproduksi.Â
Selain itu, media sosial tidak hanya sebatas alat komunikasi saja tetapi juga sebagai interaksi sosial untuk membangun pencitraan diri demi mendapat pengakuan orang lain atas ego mereka.Â
Media sosial kini yang nampak memprihatinkan karena sebagian pengguna medsos sudah kerap membagikan budaya pamer kekayaan ini dengan sengaja bahkan sudah menjadi rutinitas harian.Â
Menyikapi pamer kekayaan dengan cara keren
Kalau kamu di kehidupan nyata bertemu dengan si tukang pamer, kamu bisa menyikapi dengan cara berikut :