Ketika seorang Jawa memasuki fase dewasa, penyebutan nama-nama 'aneh' tersebut menjadi tak lazim didengar. Pada fase ini orang lebih sering menyapa dengan nama asli. Dalam 'unggah-ungguh' pun lebih banyak menggunakan penyebutan 'sampeyan' dan penambahan 'mas' di depan nama asli ketika menyapa teman sebaya. Bahkan tak jarang yang menggunakan penyebutan 'panjenengan' kepada teman sebaya, terutama yang lama tak bertegur sapa.
Bagi yang tau 'unggah-ungguh' Bahasa Jawa, tentu ini terdengar aneh dan kaku. Tapi ini bisa dipandang sebagai sebuah bentuk pendewasaan. Keakraban yang tadinya tercermin dari nama ejekan, telah bertransformasi menjadi keakraban yang lebih 'dewasa' dengan penyebutan 'sampeyan', 'panjenengan', 'mas', dan 'mba'. Dengan pembawaan yang lebih tenang, tidak asal bicara, dan dibumbui 'ngapunten' (mohon maaf) dan 'matur nuwun' (terima kasih) ketika mengawali ataupun mengakhiri pembicaraan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H