Mohon tunggu...
Nur Ansar
Nur Ansar Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja lepas

Sesekali jalan-jalan dan baca buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memanfaatkan Baliho dengan Sebaik-baiknya

7 Agustus 2017   15:20 Diperbarui: 7 Agustus 2017   15:45 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selama berada di kebun atau di sawah, tentu petani butuh tempat untuk berteduh dari panas dan hujan. Maka petani akan membuat rumah-rumah sederhana sebagai tempat berteduh. Namanya juga sederhana, maka digunakanlah baliho yang ukurannya lebar sebagai atapdan juga sebagai pengalas. Dengan adanya baliho milik para calon, petani tak perlu lagi membeli terpal yang harganya lumayan mahal atau seng sebagai atap rumah-rumah. Sungguh betapa baiknya para calon peminpin kita yang mencetak baliho sebanyak-banyaknya dan selebar-lebarnya.

Saat musim buah-buahan tiba. Baliho kembali digunakan sebagai alat pengusir burung pemakan buah dan kelelawar. Baliho yang berukuran sedang akan digantung di atas pohon langsat atau rambutan. Ketika musim durian, lagi-lagi baliho akan dibutuhkan sebagai atap rumah kebun. Kenapa mesti baliho? Karena baliho milik para calon tak usah dibeli. Gratis.

Dalam menggunakan baliho untuk mengusir burung di sawah, tak perlu konsisten dengan satu calon. Silahkan menggunakan baliho yang didapat. Tak peduli dari fraksi mana, yang penting masalah burung di sawah bisa sedikit teratasi.

Berbeda beda tapi tetap satu tujuan. Barangkali itulah kalimat yang pas dalam menggambarkan para petani yang memasang baliho di sawah atau di kebunnya. Beragam calon,beragam fraksi, beragam bendera partai, berada dalam satu wilayah. Semuanya berpadu dalam fungsi yang sama. Mengusir burung pipit.

Tingkat popularitas dari calon atau bakal calonpun akan meningkat dengan cara petani memasangnya di sawah. petani yang lain jadi tahu kalau si A maju menjadi bakal calon gubernur misalnya. Jangankan petani, burung-burung pun akan tahu. Semoga burung-burung tersebut berbagi cerita dengan kawanan brung lainnya bahwa si A menjadi bakal calon gubernur.

Daripada baliho-baliho yang ada di pinggir jalan ditertibkan oleh Satpol PP saat menjelang pemilihan. Lebih baik jika balihonya ditertibkan sendiri oleh orang-orang yang membutuhkan. Dengan beginikan jadi enak. Bapak satpol PP tak perlu menertibkan pedagang kaki lima. Eh maksud saya baliho.

Kepada mereka yang sering ribut karena beda dukungan. Contohlah para petani di kampung saya. Mereka tidak meributkan dukungan mereka. Silahkan mendukung siapa yang anda dukung. Tapi dalam soal mengusir burung di sawah, baliho calon yang tak didukung pun tetap akan dipajang. Tidak perlu ada perselisihan karena memasang baliho dari berbagai calon.

Dan kepada mereka yang khawatir dengan banyaknya baliho bertebaran di sepanjang jalan. Tak perlu terlalu khawatir, apalagi membuat anda kehilangan nafsu makan. Tak perlu juga harus nyinyir di fesbuk karena persoalan ini. Karena hanya akan membuat jempol anda panas dan kepala pusing saat berdebat. Cukup hadapi dengan kepala dingin. Copot balihonya, lalu berikan kepada mereka yang membutuhkan. Yang punya kebun atau sawah misalnya. Saya yakin baliho tersebut akan digunakan sebaik-baiknya oleh mereka.

 Ingat. Segala sesuatu pasti ada kegunannya. Termasuk baliho. Jadi kembali kepada diri kita masing-masing untuk mencari cara agar baliho tersebut bisa berguna. Tak perlu meributkan soal baliho. Mari kita bicara masalah lain. Soal beras atau garam misalnya. Iyakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun