Mohon tunggu...
Nur Ansar
Nur Ansar Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja lepas

Sesekali jalan-jalan dan baca buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memanfaatkan Baliho dengan Sebaik-baiknya

7 Agustus 2017   15:20 Diperbarui: 7 Agustus 2017   15:45 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahun ini hingga dua tahun ke depan, rakyat Indonesia akan banyak menjumpai baliho bakal calon bupati, gubernur, dan nantinya juga presiden. Anggota dewan apalagi. Yang terpasang sekarang hanyalah baliho bakal calon. Belum berstatus calon. Setelah mendaftar dan lulus tes, maka balihonya akan diperbarui. Tentu dengan kalimat manis yang nyaris tak pernah terealisasi. Bedebah.

Semakin banyaknya baliho yang berseliweran di pinggir jalan, membuat sebahagian orang jadi nyinyir karena merasa terganggu. Ada juga yang selow-selow saja dengan baliho tersebut. Saya sendiri santai saja dengan banyaknya baliho bakal calon yang terpasang di pinggir jalan. Kalau bosan melihat baliho tersebut kan simpel. Tinggal di rusak atau diambil, masalah selesai. Tak perlu nyinyir.

Di kampung saya sudah mulai banyak baliho yang tertempel di pohon pinggir jalan, bahkan tiang listrik pun sudah tertempel stiker bakal calon bupati. Belum lagi baliho yang ukurannya besar, sudah terpasang di setiap perempatan jalan dan tikungan.

Baliho-baliho yang terpasang belum begitu massif, karena sekarang bukanlah puncak kampanye. Tapi tenang saja semakin dekat dengan pemilu, maka semakin banyak pula baliho. Stiker juga demikian.

Mesjid tentu tidak akan dipasangi baliho kampanye para bakal calon, yang belum jelas bakal ikut di partai mana. Alasanya jelas, tempat ibadah bukan tempat untuk kampanye. Tapi baliho ucapan selamat hari raya, itu tidak jadi masalah jika dipasang di pagar masjid. Lah itukan hanya ucapan selamat. Nah untuk mengetahui siapa yang mengucapkan selamat, maka penting juga jika bakal calon tersebut memasang foto dengan senyum manis,nama, hingga gambar partainya.

Bagi kami, semakin lebar baliho yang dipasang di pinggir jalan, maka semakin baik pula. Tentu fungsinya akan semakin banyak. Fraksi bukanlah masalah,yang penting balihonya lebar. Tak peduli apakah itu adalah kader partai yang punya lambang hewan berwarna merah hitam ada putih-putihnya sedikit, partai yang punya stasiun tv, atau partai bergambar pohon pun jadi.

Percaya atau tidak, baliho milik para calon punya banyak manfaat. Tergantung seberapa kreatif kita dalam memanfaatkannya. Di kampung saya baliho itu banyak kegunaannya. Tentu di luar dari tujuan mereka berkampanye melalui baliho yang dipasang di sepanjang jalan. Salah satunya adalah menemani perjalanan para jomblo saat berkendara tanpa boncengan. Tentu baliho tersebut mampu mengalihkan perenungannya atas kejombloan yang menimpa. Bagaimana tidak, setiap baliho punya kalimat mutiaranya tersendiri, berfose se-epik mungkin sambil tebar senyum.

Saat padi sudah mengeluarkan biji-bijinya, maka datanglah saat di mana para petani untuk menjaganya dari burung pipit. Dalam menjaga burung pipit dan juga burung gereja. Para petani akan memasang beraneka macam bunyi-bunyian guna untuk mengusir burung-burung itu. Mulai dari kumpulan kaleng bekas yang diisi beberapa butir kerikil kemudian dipasang,dan diikat tali. Jika burung hinggap di hamparan padi, maka tali tersebut akan ditarik dan menghasilkan suara.

 Itu baru alat pertama. Selain kaleng, petani juga akan meggantung kantong plastik di sepanjang tali yang dibentang. Palstik-plastik tersebut akan bergerak-gerak dan mengganggu konsentrasi burung pipit saat hinggap, dan akhirnya terbang. Kadang juga burung pipitnya tidak akan terbang walaupun kantong plastik sudah bergerak kencang tertiup angin. Entahlah mungkin dia lelah dan kelaparan.

Lalu bagaimana dengan baliho? Tentu juga punya fungsi sendiri. Karena kantong-kantong plastik yang diikat pada tali cenderung tidak mempan, maka dibutuhkan yang lebih lebar dari plastik. Maka disitulah baliho para calon akan berkibar. Bukan untuk kampanye,melainkan untuk menakut nakuti burung.

Saat pemilu yang dilaksanakan beberapa tahun yang lalu misalnya. Sawah yang ada di kampung saya, penuh dengan baliho. Ada juga bendera partai yang ukurannya lumayan lebar, berkibar di tengah sawah. saat itu ada tiga partai yang mengisi dunia penjagaan burung pipit. Saya tidak usah sebutkan nama partainya, yang jelas partai tersebut sangat familiar dengan telinga dan mata anda. Baliho dan bendera tersebut akan terus berada di sawah hingga panen tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun