Mohon tunggu...
Nur Ansar
Nur Ansar Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja lepas

Sesekali jalan-jalan dan baca buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ete'-ete', Baling-baling Kayu Karya Petani yang Dibuat di Sawahnya

29 Juli 2017   22:18 Diperbarui: 30 Juli 2017   16:00 3285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Sore itu, dari kejauhan saya melihat ada tiga orang yang sedang duduk di rumah-rumah milik Saddang. Saya berjalan menghampiri mereka, melewati pematang sawah yang licin karena beberapa hari diguyur hujan. Jaraknya tak terlalu jauh dari rumah-rumah milik bapak saya. Jadi hanya beberapa menit saya sudah sampai.

Sawah milik Saddang berbatasan langsung dengan kebun yang tanamannya adalah cokelat, durian dan pohon kelapa. Tepat di bawah pohon kelapa ada saluran irigasi, yang menjadi pembatas antara sawah milik Saddang dengan kebun. Rumah-rumahnya sederhana, tak ada dinding yang menghalangi, jadi dari kejauhan pun kita sudah bisa menebak, jika di situ ada orang.

"Konneko mae cidong-cidong nginung kopi" (ayo ke sini duduk-duduk sambil minum kopi), Abrar meneriaki saya. Tampak dia sedang memegang gelas plastik berwarna ping. Dari jarak sekitaran tujuh meter, saya melihat gelas tersebut mengeluarkan asap. Tampaknya kopi yang sedang mereka nikmati, baru saja dibuat.

Saya duduk di sudut rumah-rumah, sambil bersandar ke tiang. Di depan saya sudah ada kopi dan biskuit. Tuttang mengulurkan rokok ke saya, setelah Ia membakar sebatang rokoknya. Mantap rasanya menikmati kopi, biskuit, dan juga menghisap rokok saat berada di sawah. apalagi sekarang habis hujan, angin juga bertiup perlahan-lahan, membuat udara menjadi dingin.

Mereka bertiga setiap hari berada di sawah, dan pulang saat magrib tiba. Atau saat burung pipit sudah kembali ke sarangnya. Mereka berada di sawah untuk menjaga padinya dari burung pipit, maupun burung pemakan biji padi lain. Mereka akan selalu berada di sawah sampai panen tiba. Dari pagi hingga sore hari, hanya pulang ke rumah untuk makan. Kadang pula langsung membawa bekal makan siang, jika memang sedang tak mau bolak-balik ke rumah.

Di samping saya ada kayu yang sudah dibelah dua, panjangnya hampir satu meter. Ada juga yang belum dibelah, besarnya sepergelangan kaki, dan panjangnya sekitar satu meter. "Lani bayui isse jeka kayua ete'-ete' ( kayu ini akan dibuat baling-baling kayu). Orang di kampung saya menyebutnya ete'-ete' (baling-baling kayu). Saya tidak tahu kenapa disebut  ete'-ete'.

Saya melihat sudah empat ete'-ete' (baling-baling kayu) yang sudah jadi, dan sudah dipasang. Tiangnya tinggi, sekitaran tujuh meter. ada dua di sawah milik Tuttang, dan dua lagi ada di sawah milik Ramli. Dua orang ini membuat sendiri ete'-ete'-nya. Tiangnya dari bambu yang besarnya sedang, panjang dan lurus.

****

Masih ada ete'-ete' yang sementara dibuat oleh Tuttang. Yang ini lebih panjang, sekitar satu meter. kayu yang sudah dibelah dua tadi, hasil belahannya sudah hampir menjadi baling-baling. Sudah terbentuk,sisa diperhalus.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Butuh kesabaran dalam menyerut, dan membentuk baling-balingnya. Diserut dengan sangat hati-hati menggunakan pisau, penuh dengan perasaan, hingga permukaannya berbentuk pipih. Baling-baling haruslah tipis, dan di pertengahahnya harus tebal. Karena nantinya akan dibuat lubang berbentuk kotak. Fungsinya adalah untuk memasang ke bagian lain. Dalam membuat baling-baling, terkadang membutuhkan waktu satu hari untuk meraut, kadang juga dua hari.

"Dalam membuat baling-balingnya, harus mengingat yang mana batang dan yang mana ujung dari kayu yang dibuat. Karena batangnya pasti lebih besar, daripada ujung atasnya. Saat di ukur dari pertengahannya, bagian batang harus sedikit lebih pendek dari bagian ujung agar nantinya seimbang. Itu jugalah yang berfungsi untuk menentukan putaran baling-balingnya,apakah berputar ke kanan searah jarum jam atau sebaliknya ."Tuttang menjelaskan ke saya,Saddang, dan Abrar.

"Yang ini, saya buat selama dua hari. Kemarin saya sudah memasangnya, tapi tidak mau berputar," kata Tuttang sambil memperlihatkan baling-balingnya ke saya. Memang kadang ada baling-baling yang tak bisa berputar. Hal itu dipengaruhi oleh keseimbangannya, serta lengkungannya. Karena jika baling-balingnya lurus, tidak sedikit melengkung, maka biasanya tidak dapat menangkap angin dan tidak akan berputar.

"Saya sudah meraut ulang baling-balingnya, tadi saya lama mencari masalahnya, ternyata baling-balingnya tidak melengkung. Saya sudah menggosoknya dengan kertas gosok, jadi permukaannya semakin halus. Dan sudah bisa berputar," Tuttang menambahkan saat saya memegang baling baling tersebut.

Untuk badannya, dibuat dari bambu yang panjangnya sekitar 50 cm, dan diameternya tidak begitu besar. Dibutuhkan juga bambu yang agak tebal, tapi diameternya tak besar, panjangnya sekitar 15 cm. Salah satu ujungnya akan dibentuk menjadi kotak, ukuran kotaknya harus pas dengan lubang kotak yang sudah dibuat di baling-balingnya. Dan tentunya bambu yang dipasang ke baling-baling harus kuat. Karena ini merupakan tumpuan baling-baling.

Batang kopi yang diamaternya sama dengan bambu pangkal tadi sudah dihaluskan. Panjangnya sekitar 50 cm. Sekitar 20 cm atau lebih panjang dari bambu pangkal tadi, diraut dan dihaluskan agar bisa masuk ke lubang bambu pangkal tadi. Dan batang kopi inilah yang menyambungkan dengan badan ete'-ete' . 

Juga nantinya akan diikat pula pelepah kelapa (tapi hanya ujung paling luarnya dan daunnya masih ada) untuk menentukan darimana angin bertiup. Pelepah kelapa inilah yang bekerja dan membuat badan baling-baling berputar otomatis, jika anginnya bertiup dari selatan, otomatis pelepah kelapa ini akan berputar dan akhirnya berada di sebelah utara, nah jika sudah demikian baling-baling akan berputar, karena sudah diterpa angin.

Suara ete'-ete'yang sudah jadi, akan terdengar begitu kencang, jika anginnya juga kencang. Suara tersebut tercipta dari gesekan antara bambu pangkal baling-baling dengan batang kopi yang terpasang sebagai penghubung ke badan ete'-ete'.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Tiangnya memang agak tinggi, karena jika jaraknya sangat dekat dengan tanah, maka akan susah mendapat angin. Karena kampung saya bukan dataran rendah atau pesisir. Ujung tiang ini haruslah lebih kecil dari badan ete'-ete' karena akan dimasukkan ke dalam lubang bambu yang dijadikan badan ete'-ete'.Hal ini penting diperhatikan, karena jika ujung tiangnya sempit saat dimasukkan ke dalam lubang badan ete'-ete',maka akan memengaruhi saat badan ete'-ete'melalui pelepah kelapanya melacak arah angin.

Oh, iya. Kayu yang dibuat baling-baling ini adalah kayu baru(saya tidak tahu bahasa Indonesianya).Ada juga yang dibuat dari batang cokelat. Ataupun kayu yang lain. Tergantung dari kesukaan dari pembuatnya.

****

Dulu, saat musim rambutan, ete'-ete'bisanya akan dipasang di atas pohon rambutan. Fungsinya jelas, untuk mengusir kelalawar yang hendak memakan buah rambutan. Di pohon langsat pun demikian. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Ete'-ete' ini hanya saya jumpai di tetangga sawah bapak saya. Di tempat lain, sekarang saya tak lagi menjumpainya.

Sudah sangat sedikit orang yang membuat ete'-ete'di kampung saya. Hanya Tuttang yang setiap musim membuat ete'-ete'.Tuttang membuatnya untuk membantu mengusir burung pipit. Salah satu ete'-ete'yang dipasang di pohon sirsaknya memang benar membuat burung pipit tak hinggap di padi sekitaran pohon tersebut.

"Saya memasangnya satu di atas pohon sirsak, dan burung pipit tidak hinggp lagi di sekitaran pohon sirsak tersebut. Ete'-ete' milik Ramli juga demikian, coba perhatikan yang dipasang di sudut sawahnya, burung pipit juga tidak hinggap di situ," ujar Tuttang sambil menunjuk ke arah ete'-ete'milik Ramli yang dipasang di sudut sawahnya.

Abrar sendiri, juga berencana untuk membuat satu ete'-ete' tapi baru dalam tahap rencana. Dia juga rupanya dari tadi memerhatikan Tuttang saat membuat baling-baling. "Saya sudah membawa dua pisau untuk dipakai menyerut kayunya juga sudah ada, tapi saya belum membuat," kata Abrar kepada saya sambil tertawa, seolah-olah ada yang lucu.

Dulu, ete'-ete' adalah mainan anak-anak, tapi itu dulu. Saya juga pernah memiliki satu, tapi bukan saya yang membuat. Saat itu, orang yang membuatnya akan berusaha sebagus mungkin agar tak kalah dari yang lain, mulai dari sebesar apa suaranya saat berputar, hingga aksesorisnya. Tapi ini hanya dilakukan di sawah, saat tiba waktunya menjaga padi dari burung pipit.

Tuttang membuatnya, untuk mengisi waktu luangnya saat hanya duduk di atas rumah-rumah menjaga padinya dari burung pipit. Tapi berfungsi juga sebagai alat pengusir burung. Terkadang jika dia memerhatikan baling-balingnya ada yang ingin diperbaiki, Ia akan menaruhnya dan memperbaikinya kembali. Ia akan berhenti jika putaran ete'-ete' nya sudah betul-betul stabil atau sampai Ia merasa puas.

Salah satu baling-baling yang ingin Ia perbaiki, rupanya patah saat ia sedang menurunkannya dari tiang. "Tiangnya jatuh, dan yang mendarat duluan ke tanah adalah baling-balingnya", kata Tuttang.

**** 

Sore hari yang dingin itu, saat Tuttang berbicara tentang bagaimana membuat ete'-ete',Ia menjelaskannya dengan antusias. Menjelaskannya hingga sedetil mungkin. Lalu Abrar yang kadang juga menambahkan pembicaraan.

Baling-baling sudah dipasang ke badan ete'-ete', pelepah kelapa juga demikian. Kini waktunya untuk mengetes. Angin bertiup, baling-baling sudah berputar, Tuttang memegangi badan ete'-ete'.Semuanya sudah beres, tinggal dipasang ke tiangnya.

Kopi sudah habis, suara shalawat dari mesjid terdengar dari kejauhan. Peralatan dibereskan, Saddang memasukkan kembali gelas dan juga tempat kopi ke dalam kantong. Waktunya untuk pulang ke rumah masing-masing. Ete'-ete' akan dipasang besok pagi.

Ketika berbicara tentang ete'-ete', pasti selalu seperti berbicara tentang petani, dan hamparan sawah. Ete'-ete'sudah identik dengan sawah, karena dari dulu sering dijumpai di sawah, dan sekarang pun masih ada di sawah. sebuah karya seni yang dibuat oleh petani saat mereka menjaga sawahnya dari burung pipit. Begitu sederhana tapi mempunyai fungsi yang sangat penting bagi petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun