Mohon tunggu...
Nur Ansar
Nur Ansar Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja lepas

Sesekali jalan-jalan dan baca buku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ete'-ete', Baling-baling Kayu Karya Petani yang Dibuat di Sawahnya

29 Juli 2017   22:18 Diperbarui: 30 Juli 2017   16:00 3285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya memasangnya satu di atas pohon sirsak, dan burung pipit tidak hinggp lagi di sekitaran pohon sirsak tersebut. Ete'-ete' milik Ramli juga demikian, coba perhatikan yang dipasang di sudut sawahnya, burung pipit juga tidak hinggap di situ," ujar Tuttang sambil menunjuk ke arah ete'-ete'milik Ramli yang dipasang di sudut sawahnya.

Abrar sendiri, juga berencana untuk membuat satu ete'-ete' tapi baru dalam tahap rencana. Dia juga rupanya dari tadi memerhatikan Tuttang saat membuat baling-baling. "Saya sudah membawa dua pisau untuk dipakai menyerut kayunya juga sudah ada, tapi saya belum membuat," kata Abrar kepada saya sambil tertawa, seolah-olah ada yang lucu.

Dulu, ete'-ete' adalah mainan anak-anak, tapi itu dulu. Saya juga pernah memiliki satu, tapi bukan saya yang membuat. Saat itu, orang yang membuatnya akan berusaha sebagus mungkin agar tak kalah dari yang lain, mulai dari sebesar apa suaranya saat berputar, hingga aksesorisnya. Tapi ini hanya dilakukan di sawah, saat tiba waktunya menjaga padi dari burung pipit.

Tuttang membuatnya, untuk mengisi waktu luangnya saat hanya duduk di atas rumah-rumah menjaga padinya dari burung pipit. Tapi berfungsi juga sebagai alat pengusir burung. Terkadang jika dia memerhatikan baling-balingnya ada yang ingin diperbaiki, Ia akan menaruhnya dan memperbaikinya kembali. Ia akan berhenti jika putaran ete'-ete' nya sudah betul-betul stabil atau sampai Ia merasa puas.

Salah satu baling-baling yang ingin Ia perbaiki, rupanya patah saat ia sedang menurunkannya dari tiang. "Tiangnya jatuh, dan yang mendarat duluan ke tanah adalah baling-balingnya", kata Tuttang.

**** 

Sore hari yang dingin itu, saat Tuttang berbicara tentang bagaimana membuat ete'-ete',Ia menjelaskannya dengan antusias. Menjelaskannya hingga sedetil mungkin. Lalu Abrar yang kadang juga menambahkan pembicaraan.

Baling-baling sudah dipasang ke badan ete'-ete', pelepah kelapa juga demikian. Kini waktunya untuk mengetes. Angin bertiup, baling-baling sudah berputar, Tuttang memegangi badan ete'-ete'.Semuanya sudah beres, tinggal dipasang ke tiangnya.

Kopi sudah habis, suara shalawat dari mesjid terdengar dari kejauhan. Peralatan dibereskan, Saddang memasukkan kembali gelas dan juga tempat kopi ke dalam kantong. Waktunya untuk pulang ke rumah masing-masing. Ete'-ete' akan dipasang besok pagi.

Ketika berbicara tentang ete'-ete', pasti selalu seperti berbicara tentang petani, dan hamparan sawah. Ete'-ete'sudah identik dengan sawah, karena dari dulu sering dijumpai di sawah, dan sekarang pun masih ada di sawah. sebuah karya seni yang dibuat oleh petani saat mereka menjaga sawahnya dari burung pipit. Begitu sederhana tapi mempunyai fungsi yang sangat penting bagi petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun