Mohon tunggu...
Nur annisa Zakiah
Nur annisa Zakiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - NIM : 2410416120010

Mahasiswa universitas lambung mangkurat fakultas ilmu sosial dan ilmu politik prodi Geografi S1

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Potensi, Pemasalahan, dan Pemanfaatan Lahan Basah di Wilayah Kecamatan Martapura dan Sekitarnya

9 Oktober 2024   19:00 Diperbarui: 9 Oktober 2024   20:50 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar 6) kamera aplikasi GPS map

Akibatnya, masa tanam para petani sering terganggu, dan hasil panen mereka tidak selalu mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari

Bapak Amra dan Bapak Murdiji juga menceritakan bahwa selain masalah banjir, para petani di desa mereka tahun ini kembali mengalami gagal panen, namun kali ini disebabkan oleh serangan penyakit seperti hama dan tikus. 

"Setiap kali tanaman kami mulai tumbuh, hama dan tikus datang menyerang, mengakibatkan banyak tanaman yang rusak," ungkap Bapak Amra dengan nada kecewa. Tantangan tersebut membuat hasil panen semakin berkurang, sehingga para petani harus berusaha lebih keras untuk mempertahankan tanaman mereka.

Selain bertani padi, di desa mereka juga terdapat beberapa jenis holtikultura buah, seperti pohon mangga, yang biasa disebut  oleh masyarakat setempat  dengan senutan "asam ampalam." "Di sini memang ada pohon mangga, atau biasa kami sebut asam ampalam. Walaupun tak sebanyak sawah, pohon ini juga menjadi salah satu sumber buah bagi warga," tambah Bapak Murdiji.

(Gambar 7) kamera aplikasi GPS map
(Gambar 7) kamera aplikasi GPS map

Dalam wawancara dengan Ibu Isa dan Ibu Zamsah, mereka menceritakan tentang kondisi desa tempat tinggal mereka yang sering dilanda banjir. "Di sini banjir sudah sering terjadi, saat musim hujan tiba maupun banjir susulan dari daerah dataran tinggi," kata Ibu Isa. Menurutnya, banjir menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi warga desa, terutama bagi mereka yang bekerja di bidang pertanian.

Ibu Zamsah menambahkan bahwa mayoritas penduduk desa mereka bekerja sebagai petani. "Sebagian besar pekerjaan di sini adalah bertani, karena itu yang paling banyak dilakukan warga," jelasnya. 

Namun, tidak semua penduduk bekerja sebagai petani. Beberapa warga juga bekerja sebagai kuli bangunan untuk menambah penghasilan. "Selain bertani, ada juga yang bekerja sebagai kuli bangunan, terutama saat proyek-proyek pembangunan ada di daerah sekitar," lanjut Ibu Zamsah.

Kedua ibu rumah tangga tersebut menjelaskan bahwa meskipun pertanian menjadi mata pencaharian utama, adanya pekerjaan lain seperti kuli bangunan membantu warga dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu, terutama saat banjir mengganggu musim tanam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun