Mohon tunggu...
Nur annisa Zakiah
Nur annisa Zakiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - NIM : 2410416120010

Mahasiswa universitas lambung mangkurat fakultas ilmu sosial dan ilmu politik prodi Geografi S1

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Potensi, Pemasalahan, dan Pemanfaatan Lahan Basah di Wilayah Kecamatan Martapura dan Sekitarnya

9 Oktober 2024   19:00 Diperbarui: 30 Oktober 2024   15:18 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan sistem ini, warga tidak hanya bisa mempertahankan usaha peternakan mereka selama musim banjir, tetapi juga mendapatkan keuntungan tambahan dari telur atau daging yang dihasilkan. “Ternak ini membantu kami bertahan hidup, terutama ketika musim banjir yang membuat sulit bertani,”

(Gambar 4) kamera aplikasi GPS map
(Gambar 4) kamera aplikasi GPS map

Dalam sebuah wawancara dengan seorang pedagang bernama Pak Ahmad, ia menceritakan pengalamannya terkait tanaman hortikultura, khususnya buah pisang, yang cocok ditanam di daerah lahan basah seperti di Kecamatan Martapura dan sekitarnya. Menurutnya, meskipun sebagian besar wilayah Martapura dikenal dengan lahan basah yang sering tergenang air, pisang ternyata masih bisa tumbuh dengan cukup baik "Di sini, meski lahannya sering basah atau tergenang air, pisang masih bisa ditanam. 

Potensinya memang tidak besar, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Pak Ahmad. Ia menjelaskan bahwa beberapa petani di wilayah tersebut mulai menanam pisang di lahan-lahan basah karena tanaman ini lebih tahan terhadap kondisi tanah.

Pak Ahmad juga menambahkan bahwa meskipun potensi pertumbuhan pisang di daerah ini tidak terlalu luas, hasilnya bisa menjadi sumber tambahan pendapatan bagi warga. Bagi para petani di sini, pisang menjadi alternatif yang baik selain padi. Meskipun lahan yang digunakan tidak terlalu banyak, setidaknya pisang bisa tumbuh dengan baik dan bisa dijual di pasar atau bahkan dijadikan bahan untuk olahan.

(Gambar 5) kamera aplikasi GPS map
(Gambar 5) kamera aplikasi GPS map

Pada suatu wawancara dengan Bapak Fathur Raji dan istrinya, mereka menjelaskan kondisi wilayah tempat tinggal mereka yang sebagian kecil penduduknya masih berkebun, termasuk mereka yang memanfaatkan pekarangan rumah. 

Meskipun berkebun di pekarangan rumahnya dan menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Bapak Fathur Raji mengungkapkan bahwa mereka kerap menghadapi tantangan besar. Daerah tempat mereka tinggal berada di dataran rendah yang sering terkena banjir dari wilayah dataran tinggi. Akibatnya, tanaman-tanaman yang ditanamnya sering kali gagal panen karena rusaknya lahan akibat penampungan air yang sangat tinggi. "Kami sudah beberapa kali mencoba, tetapi banjir selalu menghambat usaha kami," ujar Bapak Fathur Raji. Istrinya menambahkan bahwa meskipun mereka terus berupaya, kondisi alam membuat hasil perkebunan mereka tidak maksimal.

(Gambar 6) kamera aplikasi GPS map
(Gambar 6) kamera aplikasi GPS map

Dalam wawancara dengan Bapak Amra dan Bapak Murdiji, keduanya menceritakan bahwa sebagian besar warga di desa mereka bekerja sebagai petani sawah. "Hampir seluruh penduduk di sini bertani, khususnya di sawah," ujar Bapak Amra. Mereka mengandalkan hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, tantangan terbesar yang dihadapi para petani di desa tersebut adalah banjir yang sering, Bapak Murdiji menambahkan bahwa banjir di desa mereka bukanlah hal yang asing. 

"Banjir di sini sangat tinggi dan sering kali berlangsung lama. Desa kami sudah bisa disebut langganan banjir," jelasnya. Menurutnya, kondisi banjir sering kali datang tanpa diduga, terutama karena desa mereka berada di dataran rendah yang mudah tergenang udara. Cuaca normal sangat jarang terjadi di desa mereka. "Kalaupun cuaca normal, jarang dan biasanya hanya sebentar saja," tambah Bapak Amra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun