Perbedaaan pendekatan antara Gus Miftah dan Ning Umi Laila menyoroti dinamika dakwah masa kini. Humor adalah alat yang kuat untuk menarik perhatian, terutama di tengah audiens muda. Namun, adab dan empati adalah esensi yang harus dijaga dalam setiap interaksi.Â
Sebagai seorang da'i, tugas utama bukan hanya menyampaikan pesan agama, tetapu juga memastikan pesan tersebut diterima dengan hati yang lapang. Humor tanpa batas bisa menyentuh banyak orang, tetapi adab yang terjaga akan meninggalkan kesan mendalam.Â
Pelajaran dari Dua Gaya Dakwah
Apa yang bisa kita pelajari dari dua gaya ini?
1. Humor harus bermakna
Humor yang baik bukan hanya tentang menghibur, tetapi juga memberikan pesan yang membangun. Humor tidak boleh menjadi alasan untuk merendahkan atau menyakiti pihak lain.
2. Empati adalah kunci
Seperti yang ditunjukkan Ning Umi Laila, gestur sederhana yang disertai empati bisa memberikan dampak besar besar, baik bagi penerima pesan maupun masyarakat luas.Â
3. Adab menjaga dakwah tetap bermartabat
Dalam Islam, menjaga perasaan orang lain adalah bagian dari akhlak yang mulia. Humor yang diimbangi dengan adab akan menghasilkan dakwah yang tidak hanya diterima, tetapi juga dihormati.
Kisah Ning Umi Laila dan Gus Miftah memberikan refleksi penting bagi dunia dakwah. Humor bisa menjadi alat yang ampuh untuk menyampaikan pesan agama. Namun, jika humor dilakukan dengan tanpa adab, pesan tersebut berisiko kehilangan esensinya.