Mohon tunggu...
Muhammad Nur Amien
Muhammad Nur Amien Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Bebas Bersahaja

Hobi menulis dan membaca semua bidang ilmu dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(Puisi) Beban Negeri

24 November 2024   20:33 Diperbarui: 24 November 2024   20:43 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Puisi) Beban Negeri

Di pundak rakyat, beban negeri tertumpu,

Pajak merayap, memakan isi tabungan.

Semakin tinggi, semakin berat terasa,

Di tengah hidup yang penuh perjuangan.

Nasinya hangat, namun terasa hambar,

Kebutuhan konsumsi mahal, menguji kesabaran.

Listrik sering padam, karena banyak tunggakan,

Baca juga: Puisi: Maafkan Aku

Anak menangis, sekedar meminta jajan.

Di mana janji keadilan, di mana janji sejahtera?

Rakyat kecil semakin terhimpit, semakin sengsara.

Pejabat makmur, namun rakyatnya banyak yang menahan lapar,

Ketimpangan terbentang nyata, menusuk hati di lubuk yang dalam.

Di bawah langit luas, bintang tak bersinar,

Hati rakyat semakin pilu, terbelenggu nestapa.

Kapankah beban ini akan sirna?

Kapankah rakyat bisa tersenyum lega?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun