Mohon tunggu...
Nur AisyahHumaira
Nur AisyahHumaira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Man Jadda Wa Jada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kognitif Anak dengan Ibu yang Tidak Pernah Mencicipi Bangku Sekolah

20 April 2021   22:14 Diperbarui: 20 April 2021   22:39 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dalam hal ini sangat diperlukan orang tua yang mampu untuk mengikuti perkembangan anak namun bagaimana dengan ibu yang tidak pernah menduduki bangku sekolah maupun yang  tidak mengerti dengan baca tulis padahal orang tua memiliki peran yang sangta penting pendidikan dan kesadaran dalam mencapai perkembangan kognitif anak. 

Pada kenyataanya banyak orang tua yang lalai, lupa dan belum tahu cara mendidik dan mengetahui perkembangaan anak, Mereka hanya memanfaatkan naluri dalam mendidik dan tentu hasil didikannya akan jauh berbeda dengan ibu yang pernah mengenyam pendidikan. Maka dalam hal ini sebaiknya ibu mencari seorang pengasuh/ guru bagi anaknya untuk membantu dalam hal rohani anak, disisi lain  ibu itu sendiripun bias untuk belajar bagaimana cara mendidika anak yang baik dengan cara konsultasi oleh orang yang ahli dalam bidang tersebut ataupun menggunakan media social yang ada.

Terkadang orang tua terutama ibu memberikan komentar negatif terhadap apa yang menjadi fantasi anak. Hal ini mebuat fikiran anak tersebut menjadi buyar dan berdampak negatif terhadap perkembanga anak. Maka inilah yang  Seharusnya dihidari sebagai orang tua tidak harus melakukan hal demikian pada anaknya karna itu merupakan salah satu hal yang menunjang perkembangan kognitif yang baik pada anak, maka  inilah dampak negatif dari ibu yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah. 

Orang tua perlu untuk mendampingi anak dalam belajar sehingga dapat mengetahui bagaimana cara guru memberikan pengetahuan atau mendidik anak dan ibu juga harus mendorong mereka untuk belajar. (Nana Syaodih Sukamadani:2005) menyebutkan bahwa sebagian besar perkembang individu berlangsung melalui kegiatan belajar mengajar. Namun dalam hal ini  ibu tidak boleh lepas tangan dan kemudian memasrakan sepenuhnya tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah, yang perlu dilakukan hanyalah menjadikan sekolah sebagai suatu penunjang untuk menjadi generasi yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Tingkat pendidikan yang rendah pada orang tua membatasi kemampuan mereka untuk mempromosikan perkembangan dan kesehatan  yang baik pada anak-anak mereka (Levina:1980 dan Wagner:1983).namun rata-rata pendidikan ibu dahulu hanya tamat SD sederajat bahkan banyak diantara mereka yang tidan pernah sekolah sama sekali. 

Dan hal inipun sering terjadi pada masyarakat  pedesaan dimana anak hanya dituntut untuk bisa bekerja dan menghasilkan uang sedangkan pendidikan tidak penting bagi mereka. maka ini menjadi tugas berat bagi guru untuk merubah pola fikir masyarakat dan menanamkan pada peserta didik akan pentingnya pendidikan bagi mereka  dan guru juga harus maksimal dalam mengajar untuk menumbuhkan kognitif  anak tersebut. 

Padahal interaksi  verbal ibu atau pengasuh yang semakin kaya dan responsif  berpengaruh positif terhadap perkembangan kognitif anak dan ketidakmampuan orang tua menyediakan stimulus kognitif yang memadai bagi anak-anak. Korelasi responsivitas verbal ibu dengan kemampuan kognitif umum anak kurang kuat dibandingkan kualitas lingkungan pengasuhan. Penyebab hal ini adalah karena indikator pada HOME yang lebih kompleks dibandingkan responsivitas verbal pengasuhan, yang berfokus pada interaksi verbal ibu dan anak.

Perkembangan yang buruk dan tingkat pendidikan anak-anak yang terhambat kemungkinan akan membatasi produktivitas ekonomi pada individu dewasa dan negara (Lewin dkk:1882 dan Wagner:1974).

Jadi dampak yang ditimbulkan juga besar pengaruhnya bagi Negara kita. Pendidikan ibu dan pendapatan keluarga berpengaruhn signifikan terhadap perkembangan kognitif anak terjadi secara tidak langsung yaitu melalui kualitas lingkungan. (Zimmer:2020) juga menegaskan bahwa ketidaksejahteraan keluarga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada perkembangan kognitif anak diuasia awal. 

Dengan demikian pendapatan keluarga yang rendah berdampak pada rendahnya kualitas lingkungan pada pengasuhan dan pada akhirnya berdampak pada tidak optimalnya perkembangan kognitif anak. Ibu yang berpendidikan tinggi dan memiliki pendapatan keluarga yang besar mampu menyediakan lungkungan hidup yang berkualitas. 

Pendidikan yang tinggi dan pendapatan yang besar juga memungkinkan keluarga untuk menyediakan medai stimulasi seperti mainan dan buku yang dapat digunakan untuk memberikan pengalaman belajar pada anak. pendapatan keluarga yang rendah menyebabkan kelurga yang tidak sejahtera yang akhirnya berdampak pada perkembangan kognitif anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun