Definisi Emosi Prososial
Emosi prososial adalah salah satu emosi yang berperan dalam perilaku atau interaksi sosial. Emosi prososial juga dapat digambarkan sebagai perilaku yang dapat membawa manfaat bagi orang lain, seperti B. Menolong, memberi pertolongan, berbagi, berduka dan menghibur orang lain.Â
Dengan demikian, aktivitas prososial dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang ditujukan untuk membantu  orang lain tanpa ada motif untuk membantu orang lain. Dalam hal ini, tindakan prososial yang dilakukan oleh orang tersebut tidak mengharapkan imbalan apapun, baik berupa materi maupun sosial, melainkan tindakan prososial ini bersifat sukarela, membutuhkan pengorbanan yang besar dan bantuan yang sepenuhnya sukarela.
Robert dan Strayer (1986:2) menjelaskan bahwa empati berkaitan dengan emosi prososial manusia. Pada dasarnya, empati adalah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan perasaannya atau mewujudkan pemikiran prososialnya melalui perilakunya atau tidak.
Sedangkan menurut Hurlock, empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain. Perilaku prososial adalah ketika orang tersebut membantu orang lain tanpa motif atau menawarkan hal-hal positif. Ini termasuk membantu satu atau yang lain, menghibur yang berduka, persahabatan, upaya penyelamatan, pengorbanan, kemurahan hati, gotong royong dan lain-lain. Â
Secara umum, perilaku prososial adalah perilaku yang dimaksudkan untuk menguntungkan orang lain. Menurut Mussen, Dayakisni (1988), emosi prososial adalah perilaku konkrit yang meliputi kegiatan berbagi, kerjasama, tolong menolong, kejujuran, kedermawanan, dan hal-hal yang mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.
emosi prososial adalah bentuk perilaku yang bermanifestasi sebagai bentuk kontak sosial. Menurut konsep dan para ahli, perilaku prososial adalah keinginan untuk membantu orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri. Perilaku ini adalah tindakan bermanfaat lainnya yang secara khusus mencakup berbagi, kerja sama, membantu, jujur, murah hati, dan mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. Dalam konsep lain, prososialitas ini merupakan tindakan yang dilakukan dan diarahkan untuk membantu orang lain, terlepas dari motif si penolong.Â
Singkatnya, perilaku prososial ini adalah perilaku pengorbanan diri yang dimaksudkan untuk menguntungkan orang lain secara fisik dan emosional, untuk menciptakan kedamaian dan meningkatkan toleransi antarpribadi, tetapi tidak memiliki manfaat yang jelas bagi individu.
 perkembangan emosi prososial
Perkembangan emosi prososial dimulai sejak masa kanak-kanak dan ditandai dengan tangisan salah satu bayi yang disebabkan oleh tangisan bayi lainnya. Dalam hal ini, Anda dapat melihat bahwa ketika seorang bayi menangis karena mendengar bayi lain menangis, itu adalah semacam reaksi empatik dari bayi tersebut. Kemudian, pada tahun pertama, bayi berada dalam empati yang berpusat pada diri sendiri. Pada titik ini, bayi mengira bahwa masalah atau kesulitan yang dia dan orang lain alami adalah sama.
Di tahun kedua, bayi mulai mengembangkan rasa percaya diri / memasuki tahap dimana balita berusaha menghibur orang lain dengan caranya sendiri. Misalnya, jika seorang anak merasa temannya kesepian, ia mengajak ibunya ke rumah temannya, agar temannya tidak kesepian lagi. Kemudian tibalah tahap tekanan empatik sejati, yang biasanya terjadi ketika nalar anak sudah matang. Pada tahap ini, respons empati anak terhadap perasaan lain lebih berkembang dari sebelumnya, dan aktivitas prososial anak menunjukkan pemahaman akan kebutuhan orang lain. Dan perlu kita ketahui bahwa empati dan kasih sayang terhadap anak berkembang/meningkat seiring bertambahnya usia.Â
Seperti yang kita tahu, waktu terbaik untuk belajar adalah ketika Anda masih muda atau muda. Diantaranya adalah perasaan prososial, jika seorang anak memiliki sikap prososial yang baik sejak dini, maka ketika dewasa juga akan memiliki sifat prososial yang baik.
Agar perkembangan prososial emosional anak berkembang secara optimal, orang tua harus peka terhadap sikap anaknya. Pakar perkembangan prososial Nancy Eisenberg mengusulkan 5 tahap perkembangan perilaku prososial anak yang dapat digunakan orang tua untuk memantau perkembangan perilaku prososial anaknya.Â
1. Berorientasi pada kepentingan peribadi.
Perilaku prososial seperti itu biasa terjadi pada anak-anak prasekolah dan sebagian kecil anak-anak di sekolah dasar awal. Pada fase pertama ini, perilaku prososial anak bukan hanya karena kepedulian terhadap orang lain. Namun pada tahap ini perilaku anak masih dilandasi oleh perbuatan baik anak untuk menghindari akibat negatif yang akan diterimanya.
Sebagai contoh: anak menyimpan mainannya dengan dalih tidak dimarahi ibunya.
2. Berorientasi pada kebutuhan
Tahap perkembangan prososial ini biasanya terlihat pada anak-anak prasekolah dan sekolah dasar. Pada tahap ini anak sudah mampu menunjukkan sikap peduli atau merespon isyarat ketika seseorang membutuhkan bantuan tanpa mampu menunjukkan sikap/ekspresi simpati dan tidak bisa membayangkan berada di posisi tersebut.Â
3. Berorientasi pada penilaian orang lain dan stereotip sebagai anak baik.
Kami melihat tahap ini dalam perkembangan prososial siswa sekolah dasar dan beberapa siswa sekolah menengah. Pada tahap ini, anak memaknai perbuatan baik yang dilakukannya sebagai cara untuk diterima oleh orang-orang di sekitarnya dan untuk mendapatkan pengakuan dari orang-orang di sekitarnya bahwa mereka adalah anak yang baik.
4. Pada tahap ini di bagi menjadi 2 yakni tahap munculnya kemampuan reflektik dan empati serta tahapan transisi
* Tahapan lahirnya reflektivitas dan empati banyak ditemukan pada siswa sekolah dasar dan menengah. Pada tahap ini, perbuatan baik anak mungkin melibatkan empati dan prinsip kemanusiaan, serta mencerminkan perasaan yang mereka rasakan ketika mereka memilih untuk membantu atau tidak membantu.
* Kita dapat melihat transisi pada siswa SMA dan orang dewasa. Pada tahap ini, anak melakukan tindakan prososial berdasarkan banyak nilai moral, norma dan kewajiban, berusaha mengubah keadaan menjadi lebih baik. misalnya menolak untuk menipu teman.Â
5. Berorientasi pada nilai-nilai moral yang telah terinternalisasi dalam diri.
Tahapan ini terkadang ditemukan pada siswa SMA tetapi tidak pada siswa SD. Perkembangan prososial anak pada tahap ini sangat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seperti fase transisi, tetapi prinsip-prinsip tersebut sangat tertanam dalam kepribadian anak.Â
Peran Orangtua Dalam Pengembangan Perilaku Prososial
1. Dukungan\kehangatan
 Kehangatan  (warmth) merupakan dimensi terpenting dari suatu pengasuhan. Seorang ahli bernama Maccoby menyatakan bahwa orangtua yang memiliki hubungan yang dekat dengan anaknya akan membuat sang anak merasa diterima dan dilindungi, sebaliknya anak yang tidak memiliki hubungan yang baik dengan orangtua akan merasa di acuihkan dan dijauhi.
Kehangatan yang terdapat pada suatu keluarga akan memberi banyak pengaruh pada aktivitas social anak, termasuk prososial dan begitupun sebaliknya.
2. Control dan pembiasaan disiplin
Setiap orang tua harus menyadari bahwa penis dapat memberikan efek positif atau negatif pada anak.
Terlalu banyak mengontrol membuat anak menjadi cuek dan cenderung sulit untuk berkompromi, apalagi jika orang tua terkadang terlalu mengontrol sehingga membuat anak merasa terbatas dan sangat terbatas dalam mengeksplorasi kemampuannya sendiri. Oleh karena itu, sikap demokratis tetap diperlukan dalam proses pengawasan orang tua.
3. Keterlibatan orangtua
Ini merujuk pada bagaimana orang tua terlibat dalam sikap dan perilaku pengasuhan. Bentuk inklusi ini ditunjukkan dengan perhatian orang tua, kesadaran akan ruang lingkup perkembangan dan mempertimbangkan segala kebutuhan serta mengutamakan kepentingan anak. Jadi frekuensi interaksi antara anak dan orang tuanya dapat menunjukkan betapa tertariknya orang tua terhadap proses perkembangan anak
Factor-Faktor Perilaku Prososial
- Beberapa factor yang spesifik mempengaruhi perilaku prososial yakni karakteristik situasi, penolong, dan oranglain yang membutuhkan pertolongan.
- Factor situasi berupa; kehadiran orang lain, kondisi lingkungan, tekanan waktu,
- Penolong meliputi; factor kepribadian, suasana hatri, rasa bersalah, distress dan rasa empatik
- Orang yang membutuhkan pertolongan, seperti; menolong orang yang disukai, menolong orang yang pantas untuk ditolong.
    Factor lingkungan yang mempengaruhi perilaku prososial
      a. Keluarga
      b. Kebudayaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H