Jawabannya adalah pemanfaatan AI yang seimbang dan bijak. Â Perlu ditekankan bahwa AI tidak boleh menggantikan peran esensial guru dalam proses belajar mengajar. Keterampilan interpersonal, dan kemampuan membangun koneksi dengan siswa adalah hal yang tidak dapat digantikan oleh mesin.Â
Di tangan guru, potensi setiap anak dapat berkembang optimal. Tidak hanya dibekali dengan pengetahuan akademik, tetapi juga nilai-nilai moral dalam diri mereka, seperti kejujuran, tanggung jawab, rasa hormat, dan kepedulian terhadap sesama. Etika dan kesetaraan adalah kunci dalam pengembangan dan penggunaan AI dalam pendidikan.
Pemerintah dan pihak terkait perlu memastikan ketersediaan infrastruktur teknologi yang memadai agar semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan berbasis AI, terlepas dari latar belakang sosial ekonomi atau lokasi geografis mereka.Â
AI memiliki potensi besar untuk merevolusi dunia pendidikan. Dengan memanfaatkan AI secara bijak, guru dapat meningkatkan efektivitas pengajaran, mempersonalisasi pembelajaran, dan memberikan dukungan yang lebih baik kepada siswa. Namun, penting untuk diingat bahwa AI tidak akan menggantikan guru.Â
Masa depan pendidikan dengan kehadiran AI menawarkan berbagai peluang, tetapi juga menghadirkan tantangan yang tidak boleh diabaikan. Dengan kolaborasi yang kuat antara guru, siswa, dan teknologi AIÂ yang bertanggung jawab, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, adil, dan berkualitas bagi semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H