Di tengah kesibukan akademik, sosial, dan ekonomi, mahasiswa di seluruh dunia menghadapi tantangan mental health atau kesehatan mental yang semakin meningkat. Jarang orang menyadari bahwa di balik ekspresi mereka yang terlihat ceria dan penuh energi, Â ada sebagian besar mahasiswa sedang menghadapi tekanan besar yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan mental yang serius. Salah satu dampak paling tragis adalah meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa.
Sebuah laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa telah meningkat secara signifikan selama beberapa tahun terakhir. Kondisi ini memicu perhatian luas dan mengundang pertanyaan serius tentang apa yang menyebabkannya dan bagaimana kita dapat mengatasinya.
Pemicu Masalah Kesehatan Mental Mahasiswa
Mahasiswa adalah kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan mental. Mereka berhadapan dengan berbagai tekanan yang meliputi tuntutan akademik yang tinggi, perubahan lingkungan, dan kehidupan sosial yang kompleks. Pemicu stres ini sering kali dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka.
Lingkungan sosial memainkan peran penting dalam kesehatan mental mahasiswa. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka termasuk:
1. Beban Akademik
Beban akademik yang dimaksud mencakup semua tugas-tugas, ujian, presentasi, proyek, dan kewajiban akademik lainnya yang harus dihadapi oleh mahasiswa selama masa perkuliahan. Mahasiswa sering dihadapkan pada tenggat waktu yang ketat, yang dapat menciptakan tekanan besar. Mereka harus mengelola banyak tugas dan proyek dalam waktu yang terbatas, yang dapat menyebabkan kecemasan dan stres.Â
Selain itu, dalam banyak kasus, ada ekspektasi tinggi dari dosen, orang tua, dan mungkin diri sendiri untuk mencapai tingkat prestasi tertentu. Terutama di perguruan tinggi terkemuka, kompetisi antar mahasiswa bisa sangat ketat. Perasaan harus bersaing dan mencapai peringkat tertinggi dapat menciptakan tekanan tambahan. Ini dapat menambah tekanan psikologis pada mahasiswa.
2. Isolasi Sosial
Isolasi merujuk pada perasaan kesepian atau terasing yang mungkin dialami oleh mahasiswa. Beberapa mahasiswa merasa terisolasi atau kesepian ketika mereka berada jauh dari rumah dan keluarga. Banyak mahasiswa kuliah di luar kota atau negara asal mereka, jauh dari keluarga dan teman-teman dekat. Perubahan lingkungan ini menimbulkan perasaan rindu dan rasa kehilangan dukungan sosial dari orang terdekat dapat memicu stres.
Memulai kehidupan baru di lingkungan yang tidak dikenal bisa sulit. Mahasiswa mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya baru atau merasa kesepian karena merasa tidak termasuk dalam kelompok sosial tertentu. Mahasiswa yang merasa kesepian atau terisolasi dapat mengalami depresi dan kecemasan.
3. Masalah Keuangan
Melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi masih menjadi impian mewah pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Tak semua mahasiswa yang diterima perguruan tinggi mendapatkan dukungan ekonomi yang bagus. Beberapa mahasiswa mungkin harus memilih bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Biaya kuliah, buku teks, perumahan, dan biaya hidup yang tinggi dapat menciptakan tekanan finansial yang besar pada mahasiswa. Ini bisa menjadi dilema yang mengganggu untuk mereka. Dalam situasi ketidakpastian finasial, banyak mahasiswa yang akhirnya terjebak masalah utang yang malah memberikan beban finansial tambahan. Memikirkan mencari pekerjaan dengan bayaran yang baik atau cara mengatasi utang kuliah, juga dapat menciptakan stres.
4. Kekhawatiran Tentang Masa Depan
Hal yang paling menghantui pikiran setiap mahasiswa yaitu kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi setelah lulus dari perguruan tinggi. Mahasiswa seringkali dihadapkan pada tekanan untuk memilih karir yang akan memengaruhi seluruh hidup mereka. Mereka mungkin merasa bingung atau khawatir tentang pilihan karir yang akan mereka buat.