Hal seperti itulah yang mungkin membuat banyak calon baik calon legislatif maupun eksekutif yang mendekati ulama menjelang pemilu. Meskipun sejatinya seorang guru juga tidak mewajibkan santrinya untuk memilih sama dengan pilihan gurunya. Akan tetapi santri secara sadar dan menurut kehendak sendirilah jika memilih sama dengan pilihan gurunya.
Mencari Doa, Restu, dan Berkah
Bagi orang yang beragama, agama apapun pasti menyakini konsep keberkahan. Banyak sekali orang yang mencari keberkahan agar hidupnya lebih baik.
Keberkahan sendiri berasal dari kata dasar berkah, yang merupakan serapan dari kata dalam Bahasa Arab
Berkah dalam konsep Isl diartikan sebagai ziyadatul khoir (bertambahnya kebaikan).  Dalam hal ini misalkan kita meminta berkah dari seorang ulama, maka kita berharap dengan mendapatkan  berkah dari ulama, bertambahlah kebaikan yang kita dapatkan nantinya.
Bagi capres-cawapres maupun calon legislatif dan eksekutif lainnya yang meyakini konsep berkah inilah yang akhirnya menjadikan mereka merapat kepada ulama.Â
Mereka menyakini dengan mendapatkan doa restu dan berkah dari ulama tersebut dapat memberikan bertambahnya kebaikan yang akan ia peroleh. Dalam hal pemilu, hal tersebut juga berarti bertambahnya jumlah pemilih yang akan memilihnya.
Akan tetapi, pada hakikatnya jika ada seorang yang mencalonkan diri dalam pemilu kemudian secara tulus ikhlas ia sowan ulama (tanpa harus dipublikasikan) karena ia murni ingin mendapatkan berkah ulama tersebut. Kok setelah itu, dia tidak terpilih, berarti hal tersebut bisa jadi menunjukkan bahwa tidak menjadi legislatif maupun eksekutif adalah yang terbaik baginya.
Bisa jadi, ketika ia jadi legislatif maupun eksekutif nantinya banyak kejahatan atau dosa yang akan menghampirinya. Mulai dari korupsi, kebijakan yang salah, mendzolimi rakyat dan lain sebagainya.
Demikian tadi, alasan kenapa capres-cawapres maupun calon legislatif dan eksekutif lainnya merapat kepada ulama jelang pemilu. Silahkan kalian bisa menilai apakah mereka merapat karena faktor pertama atau merapat karena faktor kedua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H