Mohon tunggu...
Nur Laila Sofiatun
Nur Laila Sofiatun Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Perempuan yang ingin bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mengapa Capres-Cawapres suka Mendekati Ulama Menjelang Pemilu?

11 November 2023   20:28 Diperbarui: 28 November 2023   22:47 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun pemilihan umum (pemilu) akan segera tiba. Proses penentuan calon presiden dan wakil presiden (Capres-cawapres) sedang berlangsung. Suasana pun semakin memanas selaras dengan panasnya bumi.

Alasan Mendekati Ulama

Beberapa kali periode pemilu, terlihat bakal capres-cawapres banyak yang merapat kepada para ulama dan kyai bahkan pendeta agama ketika menjelang pemilu. Bahkan tak hanya capres-cawapres saja, banyak pula para calon legislatif dan eksekutif daerah yang ikut pula merapat kepada ulama. Mereka seolah-olah ingin menunjukkan bahwa mereka dekat dengan para ulama ataupun tokoh agama lainnya.

Mengapa Demikian?

Menurut hemat penulis, hal ini dikarenakan terdapat dua faktor yang menjadikan capres-cawapres maupun calon legislatif dan eksekutif lainnya sowan ulama, yaitu (a) ingin menyerap pemilih dari para pengikut ulama tersebut atau (b) ingin mendapatkan doa restu serta keberkahan dari ulama tersebut.

Menyerap Pemilih

Seorang ulama memiliki pengaruh yang besar terhadap umat yang ada di bawah bimbingannya. Bagaimana pun seseorang yang mengaku menjadi seorang murid (baca: santri) dari seorang ulama, sudah selayaknya mengikuti jejak gurunya dalam segala aspek kehidupan. Bahkan banyak dijumpai dalam hal memilih pemimpin pemerintahan.

Hal ini tak lain dan tak bukan adalah karena, para santri  memegang prinsip bahwa manut kepada guru (baca: ulama/kyai) adalah hal yang perlu bahkan wajib.

Dalam hal masalah pemilu, para santri (baik yang masih di pondok maupun alumni) yakin bahwa gurunya pasti lebih mengetahui mana calon pemimpin yang baik dan mana calon pemimpin yang kurang baik. 

Santri iku Manut Kyai

Santri menyakini bahwa gurunya adalah orang yang lebih memahami permasalahan hidup secara mendalam. bahkan meskipun terkadang keputusan seorang guru dianggap ambigu. Tapi seorang santri akan selalu yakin bahwa kyainya punya cara pandang baik yang belum tentu si santri tahu. Alhasil, tidak sedikit santri yang memilih calon pemimpin mengikuti pilihan gurunya.

Hal itu juga berlaku bagi saya sebagai santri. Jika saya mau memilih Presiden nantinya, saya juga akan mengikuti pilihan guru saya. Karena bagaimanapun saya yakin, bahwa guru saya dengan pemahaman ilmu dan kehidupan yang lebih baik tentu lebih mengetahui calon Presiden yang lebih baik.

Mungkin, ada sebagian golongan yang mengganggap kami para santri orang yang bodoh atau males mikir gegara milih Presiden wae angger melu-melu (asal ikutan). 

Eits, jangan salah. Kami mengikuti pilihan guru kami bukan berarti kita tidak berpikir. Justru akhirnya kita berpikir kenapa guru kita memilih calon tersebut? Dan tak jarang akhirnya kita akan berusaha lebih mengenal tentang calon tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun