Tadi malam saat scroll YouTube tiba-tiba sebuah potongan berita tentang roasting Ganjar di Lapor Pak! yang dicut. Demi memenuhi rasa penasaran, saya tonton video tersebut.
Tak sampai disitu rasa penasaran pun semakin menguat. Akhirnya saya juga melihat video klarifikasi dari Ganjar. Tidak berhenti sampai disitu, saya masih terus berselancar mencari kronologi kejadian dari cerita ini.
Usut punya usut setelah melihat video dan membaca beberapa berita, ternyata kejadian ini menguap pasca komedian Kiky Saputri mengeluarkan cuitannya di akun Twitternya. Ia bercerita tentang kekecewaannya atas pemotongan roastingnya di sitkom Lapor Pak!.
Saya paham dengan perasaan Kiky Saputri, setelah melihat berita dan video pembahasannya dimana-mana. Mengapa akhirnya dia memilih menuliskan cuitannya di medsos berlogo X tersebut.
Cuitannya tersebut akhirnya viral dan terbilang cukup berbahaya. Karena bagaimanapun suasana panas akibat akan dilangsungkannya pemilu tidak bisa dihindarkan oleh siapapun.
Melihat kronologi yang diceritain Kiky Saputri dan tanggapan dari Ganjar Pranowo kepada wartawan, disini terlihat bahwa ada kesan antrikritik oleh pihak Ganjar.
Bagaimana tidak, dari awal sudah diminta untuk tidak usung kasus Wadas. Padahal itu sudah jelas-jelas ada di bawah ranahnya Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah. Bukankah katanya dberitakan bahwa Ganjar berhasil memimpin Jawa Tengah. Ah entahlah.
Ditambah, pernyataan Ganjar yang mengatakan bahwasannya video roastingnya di Lapor Pak! yang dipotong bukanlah keinginan darinya, akan tetapi Timnya. Disini semakin terlihat bahwa Ganjar terkesan orang yang suka kari dari tanggung jawab.
Bisa-bisanya lah wong video-videonya dia, tim yang meminta video dipotong masa dia ga tahu? Logikanya kalau dia tidak mempermasalahkan seharusnya dia bilang dong ke tim, gapapa ditayangin aja. Atau logikanya jika sudah ada kejadian dipotong sebagai pemimpin timnya harusnya dia melindungi timnya dong, bukan malah menyalahkan timnyaÂ
Ditakutkan nanti kalau jadi pemimpin, ketika ada suatu kebijakan yang telah diputuskan kemudian ditentang keras oleh rakyat. Ketika dia ditanya, itu bukan atas perintah saya? Wowww. Entahlah, jangan mengandai-andau terlalu jauh.hehe
Kasus Wadas bagaimanapun memperlihatkan bahwa Ganjar terkesab adalah tipe pro pengusaha, bukan pro rakyat. Kasus Semen Kendeng juga sebelas dua belas lah. Ditambah beberapa pernyataannya di depan Najwa Shihab yang lebih menunjukkan bahwa ia pro tenaga asing dari pada rakyatnya sendiri.h
Jika tenaga asing dinilai lebih bisa dibandingkan dengan tenaga wni, maka solusinya tidak harus dengan kita menerima tenaga asing tersebut. Justru ini menjadi PR pemerintah bagaimana seharusnya pemerintah menjadikan wninya menjadi lebih layak. Misalkan dengan pendidikan yang lebih maju atau lewat pelatihan.
Sebenarnya masih ada beberapa cerita yang memperlihatkan bahwa Ganjar terkesan antikritik. Tapi semuanya saya kembalikan kepada pembaca. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjatuhkan Ganjar sebagai Capres 2024.
Akan tetapi tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang calon Presiden yang nantinya bisa kita pilih atau tidak. Semoga kita bisa menjadi pemilih cerdas nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H