Selain ziarah ketiga tempat di atas, asatidzah (guru perempuan) juga diberi kesempatan untuk sowan (silaturahmi) dengan Umi Azzah Noor Laila Muhammad. Beliau merupakah pengasuh pondok pesantren Hidayatul Mubtadi-aat Al Qur'aniyah (HMQ), salah satu bagian dari pondok pesantren Lirboyo, dan juga istri dari K.H. Kafabihi Mahrus, cucu dari K.H. Abdul Karim.
Biografi Umi Azzah Noor Laila Muhammad
Umi Azzah Noor Laila Muhammad atau yang biasa disapa dengan sapaan Umi Azzah merupakan ulama perempuan di bidang tahfidzul Qur'an. Â Beliau merupakan putri dari pasangan Kyai Muhammad dan Nyai Ummu Salmah dari Pondok pesantren Arjawinangun, Cirebon. Pesan-pesan Umi Azzah banyak tersebar di dunia maya, salah satunya lewat sosial media instagram dengan nama akun @tetesanembunanm. Beliau juga menulis buku dengan judul "Berbuat Baik tak Perlu Menunggu Waktu".
Sowan kepada beliau ternyata bukan hal yang mudah. Hal ini dikarenakan banyaknya orang yang ingin sowan kepada beliau dari berbagai daerah. Jadi, jika ingin sowan kepada beliau harus janjian dulu. Saat kami memasuki rumah beliau, rasa adem dan tentram segera kami rasakan. Ruang tamu dengan karpet hijau sederhana menjadi tempat kami menunggu. Tak selang beberapa lama, akhirnya beliau menemui kami.
Dengan sapaan salam dan senyuman manis, beliau menyambut kami. Meskipun dengan suara yang sedikit parau dikarenakan pasca sakit, beliau tetap menyambut kami dengan bahagia.
Mewakili rombongan, saya sampaikan salam takdzim dan memohon nasihat dan doa dari beliau. Setelah itu, dengan segera beliau memberikan nasihat yang begitu mengena dan semoga bisa kita jalankan ke depannya.
Nasehat untuk Asatidz (guru)
Ada dua hal yang beliau sampaikan kepada kami sebagai asatidz di Madrasah Diniyah Salafiyah Al Asror, yaitu:
1. Niat karena Allah
Hal yang paling utama bagi para asatidz yang mengajarkan ilmu agama adalah niatkan semuanya karena Allah. Jika kita niat karena Allah maka apapun situasi dan kondisi yang nantinya kita akan hadapi ketika mengajar akan terasa lebih mudah. Karena kita tahu, bahwa barangsiapa yang menolong agama Allah akan ditolong langsung oleh-Nya.
2. Ikhlas
Selain niat karena Allah, sifat ikhlas adalah hal kedua yang perlu dimiliki oleh seorang asatidz. Jangan pernah mengharap imbalan apapun ketika mengajar, termasuk imbalan murid kita menjadi pintar. Karena sejatinya tugas asatidz hanyalah menyampaikan ilmu, sedangkan bagaimana keadaan murid setelah belajar (pintar atau bodoh) semata-mata adalah kuasa Allah swt.Â
Selain itu, Umi Azzah juga menyampaikan sebagai guru jangan lupa untuk senantiasa menhadiahkan fatihah sebagai doa untuk murid-muridnya. Melalui fatihah ini akan tercipta ta'aluq (ketrikatan) antara guru dan murid yang nantinya akan berpengaruh terhadap masuknya ilmu ke dalam hati dan pikiran murid.
Nasihat untuk penghafal Al Qur'an
Selain nasihat tentang bagaimana sebaiknya menjadi seorang guru, Umi Azzah juga memberikan nasihat yang dikhususkan untuk para penghafal Al Qur'an. Nasihat tersebut antara lain: