Mohon tunggu...
Nur Laila Sofiatun
Nur Laila Sofiatun Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Perempuan yang ingin bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Yuks Belajar tentang Teori Belajar!

8 Desember 2022   06:03 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:24 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang yang sedang belajar tentang sesuatu dari tokoh di sosial media (sumber: pixabay via voi.id)

Pernahkan kalian berpikir tentang bagaimana kalian belajar saat sekolah dulu? Apa yang biasanya guru kalian lakukan untuk membuat kalian menjadi paham atau tahu tentang suatu hal? Bagaimana guru membuat kalian belajar sebenarnya dapat dipahami dari teori-teori belajar yang ada saat ini. Guru akan cenderung melakukan pembelajaran tertentu jika ia menyakini kebenaran dan keefektifan suatu teori belajar.

Belajar

Belajar sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online didefinisikan sebagai v-1 berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu: adik ~ membaca; 2 berlatih: ia sedang ~ mengetik; murid-murid itu sedang ~ karate; 3 berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman;~ jarak jauh Dik cara belajar-mengajar yang menggunakan media televisi, radio, kaset, modul, dan sebagainya, pengajar dan pelajar tidak bertatap muka langsung; ~ tuntas Dik pendidikan (pengajaran) yang dilakukan secara menyeluruh hingga siswa berhasil. Sedangkan pendidikan didefinisikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.

Dilihat dari definisi di atas dapat diketahui bahwa proses belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan. Hal ini dikarenakan tujuan pendidikan adalah pengubahan sikap atau perilaku seseorang. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pembelajaran yang di dalamnya terdapat proses belajar.

Macam-macam Teori Belajar

Dalam proses belajar ada yang namanya teori belajar. Teori belajar adalah suatu langkah-langkah yang dapat membantu guru atau pendidik untuk mendidik dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid atau peserta didik.

Pada dasarnya teori belajar sangatlah banyak, tetapi yang sering digunakan oleh guru atau pendidik ada empat, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar konstruktivistik, dan teori belajar humanistik.

Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik diusulkan oleh Gagne dan Berliner. Teori ini berisi tentang perubahan tingkah laku yang terjadi karena pengalaman belajar. Menurut teori behavioristik, belajar merupakan interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini dalam proses belajar mengajar yang terpenting adalah seseorang akan dianggap telah belajar ketika sudah menunjukkan perubahan perilaku.

Ilustrasi seorang guru yang sedang memberikan stimulus kepada peserta didiknya (sumber: https://www.websitependidikan.com/)
Ilustrasi seorang guru yang sedang memberikan stimulus kepada peserta didiknya (sumber: https://www.websitependidikan.com/)

Dalam teori ini, input pembelajaran berupa stimulus dan output pembelajaran berupa respon. Bentuk dari stimulus berupa penyampaian materi, pembentukan karakter, nasihat, dan lain-lain yang diberikan guru kepada peserta didik nya. Sementara, bentuk dari respon berupa reaksi atau tanggapan dari peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.

Pada penerapannya, teori belajar behavioristik sangat tergantung dari beberapa aspek, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik murid, materi pelajaran, media pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan teori behavioristik dalam proses pembelajaran, yaitu:

1) Perhatian guru kepada peserta didik sangat penting untuk dilakukan

2) Lingkungan belajar harus diperhatikan

3) Mengutamakan pembentukan tingkah laku dengan cara latihan dan pengulangan

4) Proses belajar mengajar harus dengan stimulus dan respon

Teori Belajar Sosial - Kognitif

Teori sosial kognitif (social cognitive theory) adalah salah satu teori belajar yang menjelaskan pola-pola perilaku. Teori yang dikembangkan oleh Albert Bandura sejak tahun 1960-an ini menitikberatkan pada bagaimana dan mengapa orang cenderung untuk meniru atau meneladani apa yang mereka lihat melalui media atau orang lain. Teori sosial kognitif merupakan pengembangan dari teori belajar sosial yang menyediakan kerangka kerja untuk memahami, memprediksi, dan merubah perilaku manusia.

Ilustrasi orang yang sedang belajar tentang sesuatu dari tokoh di sosial media (sumber: pixabay via voi.id)
Ilustrasi orang yang sedang belajar tentang sesuatu dari tokoh di sosial media (sumber: pixabay via voi.id)

Teori sosial kognitif menekankan pada kapasitas kita untuk belajar tanpa melalui pengalaman langsung. Teori sosial kognitif yang disebut juga dengan teori belajar observasional bergantung pada sejumlah hal yaitu kemampuan subjek untuk memahami dan mengingat apa yang ia lihat, melakukan identifikasi dengan cara memediasi karakter dan keadaan yang mempengaruhi peniruan perilaku.

Berikut adalah beberapa konsep dalam teori sosial kognitif :

Agen manusia

Agen manusia adalah konsep dimana peserta didik membuat sebuah keputusan yang disengaja untuk berinvenstasi dalam belajar dan memberlakukan perubahan perilaku. Fitur inti dari agen adalah kekuatan untuk memulai tindakan untuk tujuan tertentu. Teori sosial kognitif mengidentifikasi tiga mode agen manusia yaitu pribadi atau personal, proksi, dan kolektif.

  • Agen pribadi adalah pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap lingkungan
  • Agen proksi adalah upaya yang dilakukan oleh orang lain terhadap minat individu
  • Agen kolektif adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai keuntungan bersama

Pengaturan diri

Pengaturan diri mengacu pada pemikiran, perasaan, dan tindakan yang dihasilkan sendiri, direncanakan, dan disesuaikan secara berulang dengan pencapaian tujuan pribadi. Menurut Bandura, pengaturan diri beroperasi melalui seperangkat subfungsi psikologis yaitu subfungsi pemantauan diri, subfungsi penghakiman, dan pengaruh reaktif diri sendiri.

Keyakinan akan kemampuan diri

Kemampuan diri memainkan peran sentral dalam proses pengaturan diri. Hal ini menyangkut kepercayan individu terhadap kemampuan mereka untuk berhasil mengendalikan tindakan atau kejadian dalam kehidupan mereka. Keyakinan ini didasarkan pada perasaan individu bahwa mereka memiliki kemampuan kognitif, motivasi, dan sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. 

Ada empat sumber informasi utama yang membuat kemampuan diri peserta didik yaitu pengalaman penguasaan enaktif, pengalaman gantian, persuasi sosial, keadaan fisiologis dan pernyataan psikologis.

Teori sosial kognitif memiliki beberapa konsep dasar yaitu :

Determinisme timbal balik (Reciprocal determinism)

Merujuk pada interaksi yang dinamis dan timbal balik antara manusia, lingkungan, dan perilaku.

Kemampuan perilaku (Behavioral capability)

Merujuk pada kemampuan aktual seseorang untuk menampilkan perilaku melalui pengetahuan dan keterampilan. Untuk menampilkan perilaku dengan baik, seseorang harus mengetahui apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Orang belajar dari konsekuensi atau akibat dari perilaku mereka yang juga mempengaruhi lingkungan dimana ia tinggal.

Pembelajaran observasional (Observational learning)

Merupakan cara dimana orang dapat menyaksikan dan mengamati sebuah perilaku yang ditampilkan oleh orang lain dan kemudian memproduksi ulang tindakan-tindakan tersebut. Jika individu melihat demonstrasi perilaku yang berhasil, maka mereka juga dapat menampilkan perilaku dengan berhasil.

Peneguhan (Reinforcements)

Merujuk pada tanggapan internal atau eksternal terhadap perilaku orang lain yang mempengaruhi keberlanjutan perilaku. Peneguhan dapat dimulai oleh diri sendiri atau dalam lingkungan.

Harapan (Expectations)

Merujuk pada akibat atau konsekuensi perilaku seseorang yang diantisipasi sebelumnya. Orang mengantisipasi konsekuensi tindakan yang akan mereka lakukan sebelum terlibat dalam perilaku. Harapan sebagian besar berasal dari pengalaman sebelumnya dan menitikberatkan pada nilai yang diberikan pada hasil dan subjektif terhadap individu.

Efikasi Diri (Self-efficacy) 

Merujuk pada tingkatan kepercayaan diri seseorang dengan kemampuannya untuk menampilkan perilaku dengan sukses. Self-efficacy merupakan keunikan dalam teori sosial kognitif yang dipengaruhi oleh kemampuan spesifik seseorang dan faktor-faktor yang dimiliki oleh orang lain dan lingkungan.

Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruksi berarti membangun. Menurut teori konstruktivisme, pembentukan pengetahuan yang terjadi pada manusia berasal dari pengalaman-pengalaman yang telah dilewatinya. Jadi, bisa dikatakan bahwa “belajar” adalah suatu proses yang dilakukan oleh murid atau peserta didik dalam membangun pengetahuan.

Ilustrasi guru dan peserta didik yang sedang melakukan pembelajaran tentang menanam secara langsung (sumber: bibitbuahku.com)
Ilustrasi guru dan peserta didik yang sedang melakukan pembelajaran tentang menanam secara langsung (sumber: bibitbuahku.com)

Teori belajar konstruktivisme berlandaskan pembelajaran kontekstual. Dengan kata lain, manusia membangun pengetahuan sedikit demi sedikit yang hasilnya disebarkan melalui konteks yang terbatas dan dalam waktu yang direncanakan. Teori ini menekankan seseorang yang belajar memiliki tujuan untuk menemukan bakatnya, menambah pengetahuan atau teknologi, menambahkan pengetahuan yang dimilikinya, dan lain-lain yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya.

Pengalaman demi pengalaman yang telah dilewati menjadikan manusia akan memiliki hidup yang lebih dinamis dan pengetahuan akan bertambah. Dalam konteks kegiatan pembelajaran antara guru dengan peserta didiknya, teori belajar konstruktivisme membebaskan peserta didik untuk membimbing sendiri pengetahuan yang dimiliki berdasarkan pengalaman, tetapi masih dalam pengawasan pendidik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menerapkan teori konstruktivisme dalam proses belajar mengajar yaitu:

  • Saat mengajar sebaiknya memberikan kesempatan kepada murid agar dapat mengeluarkan pendapatnya dengan bahasa sendiri
  • Murid diberikan waktu atau kesempatan untuk menceritakan pengalamannya agar menjadi murid yang lebih kreatif dan imajinatif
  • Lingkungan belajar mengajar harus kondusif agar murid bisa belajar dengan maksimal
  • Murid diberi kesempatan untuk membuat gagasan atau ide yang baru

Note:

Tulisan ini adalah salah satu tugas Program Profesi Guru Pra-Jabatan (PPG Prajab) di Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun