Mohon tunggu...
Nur Laila Sofiatun
Nur Laila Sofiatun Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Perempuan yang ingin bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kenaikan BBM, Tema Obrolan di Warung Lik Tur

11 September 2022   12:24 Diperbarui: 17 September 2022   21:03 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juliari Peter Batubara, tersangka kasus korupsi bansos Covid-19 (sumber ANTARA via kompas.com)

Bensin munggah maning ya?

Iya. Mesti apa-apa munggah kiye.

Pokmen apa-apa munggah kabeh, sing ora munggah gajine bojone nyong thok mbok. ha ha ha.

Gelak tawa seketika pun pecah di warung Lik Tur. Beberapa ibu-ibu kampung dengan daster dan baju tidur terlihat tersenyum riang, mesti di tengah isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang bikin runyam. 

Warung  Lik Tur memang salah satu warung di kampung saya, yang menjual sayur-mayur dan kebutuhan pokok lainnya. Di pagi hari warung ini adalah tempat ibu-ibu berkumpul. Selain untuk berbelanja mereka biasanya akan ngobrol ngalor ngidul membahas topik yang sedang hangat diperbincangkan.

Topik yang beberapa hari ini jadi topik utama di Warung Lik Tur adalah topik kenaikan BBM. Dengan obrolan khas Ibu-ibu, obrolan kenaikan BBM dikupas tuntas versi mereka. Ibu-ibu kecewa dengan kebijakan kenaikan BBM ini. Apalagi polemik kenaikan minyak goreng yang berpengaruh terhadap harga bahan makanan lainnya masih menjadi masalah yang belum hilang bekasnya.

Hemat saya sebagai rakyat yang suka mengamati, kebijakan kenaikan BBM ini memang cukup tidak masuk akal. Di tengah harga minyak dunia yang turun, harga BBM kita justru naik. Di tengah janji Presiden yang "katanya tidak akan menaikkan harga BBM" hingga akhir tahun, harga BBM naik lagi dan tak tanggung-tanggung.

Selain itu alasan pengalihan subsidi juga tidak terbukti efektif untuk menurunkan angka kemiskinan di negeri ini. Ah, kiranya apalagi ulah pemimpin negeri ini, Kasus Fredy Sambo yang bikin mangkel hati belum selesai, ini ditambah kenaikan BBM yang tidak masuk akal. 

Berikut ini ketidakmasuk-akalan pada kenaikan BBM kali ini versi ibu-ibu di Warung Lik Tur:

1. Harga Minyak Dunia sedang Turun

Harga minyak dunia saat ini turun sekitar 5% dari harga sebelumnya. Meskipun harga minyak dunia turun harga BBM di Indonesia tidak ikut turun, justru mengalami kenaikan yang cukup besar. Kenaikan itu sekitar 20%an dari  harga sebelumnya. Kenaikan ini terbilang cukup besar. Bahkan untuk bahan bakar jenis Pertalite naik sekitar 31%, dimana sebelumnya harga perliter Rp. 7.650,- menjadi Rp. 10.000,-. 

Kenaikan ini tidak masuk akal jika dilihat dari kacamata penjualan, karena kita belinya saja lebih murah kok jualnya jauh lebih mahal. 

2. Pengalihan Subsidi yang Bikin Tertegun

Ketidakmasuk-akalan pada nomer satu ditepis pemerintah dengan memberikan penjelasan bahwa kenaikan BBM ini dikarenakan adanya pengalihan subsidi. Dimana pemerintah mengatakan bahwa subsidi yang sebelumnya dialokasikan untuk menyubsidi pembelian BBM, sebagian besar dialihkan untuk bantuan sosial (bansos). 

Pemerintah mengatakan bahwasannya subsidi tersebut akan lebih menjangkau masyarakat kurang mampu jika diberikan dalam bentuk bansos dibandingkan dengan jika digunakan untuk menyubsidi BBM. 

Pernyataan pemerintah tersebut bikin kami rakyat kecil tertegun. Alih-alih merasa senang, rakyat kecil justru merasa sedih karena dijadikan kambing hitam dalam kenaikan harga BBM kali ini. Seolah-olah kebijakan ini dibuat untuk memperjuangkan rakyat kecil, akan tetapi sejatinya pemerintah sedang mencekik leher rakyat kecil secara perlahan-lahan. Mengapa saya berkata demikian?

Coba saja kalian perhatikan, jika harga BBM naik sudah bisa dipastikan harga barang-barang akan mengalami kenaikan. Mulai dari kebutuhan pokok, kebutuhan pendidikan, kebutuhan penunjang kesehatan, dan lain sebagainya. Bagaimana bisa dikatakan pengalihan subsidi untuk bansos lebih tepat sasaran untuk membantu rakyat kecil? Jika harga semua kebutuhan naik, sedangkan penghasilan tidak naik apa bansos saja cukup dijadikan solusi?

Apalagi di lapangan banyak terjadi penyimpangan dalam penyaluran baksos.

3. Dugaan "Korupsi" supaya Bikin Tambun

Juliari Peter Batubara, tersangka kasus korupsi bansos Covid-19 (sumber ANTARA via kompas.com)
Juliari Peter Batubara, tersangka kasus korupsi bansos Covid-19 (sumber ANTARA via kompas.com)

Masih ingatkah kalian Kasus Korupsi Bansos Covid-19 yang menjerat mantan Menteri Sosial, Juliari Peter Batubara? Kasus tersebut menurut saya hanyalah gambaran kecil dari kasus korupsi bansos yang terjadi di lapangan. Pada kenyataannya korupsi Bansos sangat banyak macamnya. Bahkan tidak hanya korupsi saja, lebih tepatnya terjadi KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) pada penyaluran bansos.

Saya ambil contoh kasus di daerah saya, pemilihan penerima bansos tidak murni didasarkan pada kemampuan ekonomi masyarakat. Akan kedekatan dengan pejabat setempat menjadi pertimbangan yang diutamakan dalam menentukanmcalon penerima bantuan. Tidak heran jika sebagian penerima bansos memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekonomi bukan penerima. 

Selain pemilihan penerima bansos yang sudah tercemar KKN, pada praktek penyaluran di lapangan juga terjadi lagi praktek KKN lainnya. Di daerah saya penerima bantuan wajib membeli bahan makanan dengan kualitas yang sama harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga di pasaran. Usut punya usut, selisih harga tersebut akan dibagikan kepada pejabat yang mengurus bansos tersebut.

Jadi bisa dibilang penyaluran bansos adalah ladang empuk praktek korupsi yang bisa membuat para pelakunya menjadi tambun, hasil dari memakan uang korupsi.

4. Janji Jokowi Hingga Akhir Tahun

 Presiden Jokowi saat mengumumkan kenaikan BBM di istana negara pada Sabtu 3 September 2022 (sumber: kompas.com)
 Presiden Jokowi saat mengumumkan kenaikan BBM di istana negara pada Sabtu 3 September 2022 (sumber: kompas.com)

Hal lainnya yang tidak masuk adalah janji Jokowi sebelumnya. Jokowi mengatakan bahwasannya ia berjanji tidak akan menaikkan harga BBM hingga akhir tahun. Akan tetapi, mana buktinya? Baru bulan September saja Jokowi tidak bisa menepati janjinya. Ia dengan entengnya menaikkan harga BBM tanpa mengingat janjinya. 

Padahal janji Jokowi tersebut disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Kita tahu janji dalam kepercayaan apapun dan dimanapun adalah sesuatu yang harus ditepati. Apalagi janji Jokowi ini bukan hanya janji antar perorangan, akan tetapi janji dari seorang Presiden kepada rakyatnya.

5. Jokowi yang Mau "Mudun"

Kebijakan kenaikan BBM yang diambil Jokowi ini menurut hemat saya juga tidak jauh dari akan "mudun"nya Jokowi dari jabatan Presiden. Diketahui bahwasanya Jokowi sudah menjabat menjadi Presiden selama dua kali periode. Menurut aturan yang berlaku , maka Jokowi sudah tidak bisa maju lagi mencalonkan diri menjadi Presiden pada pemilihan umum (pemilu) tahun 2024. 

Maka dalam hal ini, Jokowi berani mengambil keputusan yang melukai kepercayaan rakyat kepadanya. Toh ia tidak akan maju lagi sebagai calon Presiden di pemilu 2024.

Demikian tadi ketidakmasuk-akalan yang terjadi pada kenaikan BBM kali ini. Tulisan hanya opini dari penulis. Jika ada kritik dan saran silahkan tulis di kolom komentar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun