Puasa bedug sendiri menurut saya, cukup efektif untuk melatih anak-anak melakukan puasa. Terutama anak-anak usia TK ke bawah. Hal ini dikarenakan anak-anak seusia mereka belum bisa mengontrol diri dan nafsu makan mereka secara sempurna. Sehingga puasa bedug bisa menjadi alternatif. Dimana, anak-anak bisa makan saat dhuhur, tetapi hanya secukupnya, kemudian berpuasa kembali.Â
Secara tidak langsung, mereka merasa sudah melaksanakan puasa secara utuh. Karena mereka juga berbuka puasa bersama orang dewasa saat adzan magrib tiba. Hal ini menjadikan mereka bersemangat untuk berpuasa, karena mereka merasa sanggup melaksanakannya.Â
Mereka merasa "puasa tidak terasa berat". Sehingga mereka terus termotivasi untuk melaksanakan puasa kembali. Seperti dalam permaina game yang disukai anak-anak zaman sekarang, dalam dunia game meskipun mereka kalah mereka selalu diberikan motivasi untuk jangan menyerah dan coba lagi.
Dalam pelaksanaan puasa bedug yang perlu menjadi perhatian adalah kemampuan orangtua untuk memberikan pemahaman kepada putra-putrinya tentang puasa secara perlahan dan bertahap.Â
Saat anak sudah mampu melaksanakan puasa bedug, maka perlahan-lahan dan dengan diberi pengertian anak mulai diajarkan tentang puasa yang sesungguhnya. Sehingga anak akan menjadi paham, dan tidak terus menerus melaksanakan puasa bedug sampai ia sudah balig.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H