Mohon tunggu...
Nur Laila Sofiatun
Nur Laila Sofiatun Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Perempuan yang ingin bermanfaat bagi keluarga, agama, bangsa dan negara

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Puasa Bedug, Cara Orangtua Melatih Puasa

10 April 2022   19:23 Diperbarui: 10 April 2022   19:33 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang Kyai sedang menabuh bedug (sumber: jabar.tribunnews.com)

Allohu Akbar, Allohu Akbar

Kalimat tersebut adalah kalimat adzan yang kedatangannya selalu dinanti pada bulan Ramadhan. Terutama adzan di waktu petang, menandakan waktunya berbuka dan orang-orang sudah bisa makan.

Tak berbeda di kampung saya, pun sama demikian. Mulai dari anak-anak hingga lanjut usia semuanya menantikan dikumandangkannya adzan. Tak hanya adzan magrib, adzan dhuhur pun dinanti-nanti di sini.

Adalah wajib bagi orang tua di kampung saya, yang seluruhnya beragama Islam, untuk melatih putra-putrinya melaksanakan puasa. Salah satu kewajiban bagi umat Islam yang harus dilaksanakan untuk menjadi hamba yang paripurna.

Latihan ini sudah dimulai sejak anak-anak usia dini. Hal ini agar nantinya ketika anak sudah baligh, dan dikenai hukum wajib, ia sudah terbiasa melaksanakan puasa. Sehingga, ia melaksanakan puasa dengan penuh dan menyeluruh.

Saya masih ingat ketika dulu saya masih di bangku taman kanak-kanak (TK), orang tua saya sudah mewajibkan saya untuk puasa satu bulan penuh. Meskipun, puasa yang saya jalani berbeda dengan puasa yang dijalankan para orangtua.

Puasa Bedug

Puasa yang saya jalani, dan dijalani pula oleh teman-teman dengan usia yang sama adalah puasa yang tidak biasa. Kami sahur dan buka bersama orang dewasa. Sahur sebelum fajar dan berbuka saat matahari tenggelam. 

Akan tetapi, kami berbuka pula di waktu lain sebelum waktu buka yang sesungguhnya. Ketika adzan dhuhur kami berbuka, hanya sekedar makan dan minum secukupnya. Kemudian setelah itu, kami berpuasa lagi sampai adzan magrib dikumandangkan. 

Hal inilah yang menjadikan adzan dhuhur di kampung saya, ketika bulan puasa menjadi adzan yang dinanti pula. Para anak-anak yang sedang melakukan latihan puasa akan sangat bahagia mendapati adzan dhuhur dikumandangkan. 

Puasa seperti ini biasa kami sebut dengan puasa bedug. Kenapa dinamakan puasa bedug?

Hal ini dikarenakan bagi anak-anak yang sedang latihan puasa mereka akan berbuka saat waktu dhuhur. Waktu dhuhur sendiri adalah ketika tergelincirnya matahari. Tepat sebelum waktu dhuhur adalah waktu matahari tepat berada teh lurus dengan bumi (tepat di atas kepala sehingga tidak ada bayangan yang dibentuk). Waktu tepat sebelum dhuhur inilah yang biasa kami sebut dengan waktu bedug. Sehingga, puasa yang berbuka saat adzan dhuhur kemudian dilanjutkan lagi disebut dengan puasa bedug.

Puasa bedug sendiri menurut saya, cukup efektif untuk melatih anak-anak melakukan puasa. Terutama anak-anak usia TK ke bawah. Hal ini dikarenakan anak-anak seusia mereka belum bisa mengontrol diri dan nafsu makan mereka secara sempurna. Sehingga puasa bedug bisa menjadi alternatif. Dimana, anak-anak bisa makan saat dhuhur, tetapi hanya secukupnya, kemudian berpuasa kembali. 

Secara tidak langsung, mereka merasa sudah melaksanakan puasa secara utuh. Karena mereka juga berbuka puasa bersama orang dewasa saat adzan magrib tiba. Hal ini menjadikan mereka bersemangat untuk berpuasa, karena mereka merasa sanggup melaksanakannya. 

Mereka merasa "puasa tidak terasa berat". Sehingga mereka terus termotivasi untuk melaksanakan puasa kembali. Seperti dalam permaina game yang disukai anak-anak zaman sekarang, dalam dunia game meskipun mereka kalah mereka selalu diberikan motivasi untuk jangan menyerah dan coba lagi.

Dalam pelaksanaan puasa bedug yang perlu menjadi perhatian adalah kemampuan orangtua untuk memberikan pemahaman kepada putra-putrinya tentang puasa secara perlahan dan bertahap. 

Saat anak sudah mampu melaksanakan puasa bedug, maka perlahan-lahan dan dengan diberi pengertian anak mulai diajarkan tentang puasa yang sesungguhnya. Sehingga anak akan menjadi paham, dan tidak terus menerus melaksanakan puasa bedug sampai ia sudah balig. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun