Teknologi digital saat ini berkembang dengan sangat pesat, menghadirkan peluang yang sangat besar bagi berbagai industri, termasuk industri kesehatan. Teknologi berfungsi sebagai alat strategis untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas layanan publik, selain membuat informasi menjadi lebih mudah diakses.Â
Saat ini, penggunaan aplikasi digital berkembang dengan cepat untuk mendukung sektor kesehatan dalam menangani isu-isu sulit seperti stunting.Â
Selama 1.000 hari pertama kehidupan, (stunting) ketidakmampuan untuk berkembang sebagai akibat dari kekurangan gizi yang berkelanjutan-masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.Â
Gangguan ini berdampak pada perkembangan fisik anak dan dapat menghambat pertumbuhan kognitif, yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan daya saing generasi mendatang.Â
Untuk menurunkan angka kejadian stunting, identifikasi dini sangatlah penting. Identifikasi yang cepat dan tepat memungkinkan penerapan terapi yang cepat, sehingga mengurangi kemungkinan efek jangka panjang.Situasi ini merupakan masalah yang signifikan bagi Indonesia dan dapat mengurangi produksi individu di masa depan.Â
Oleh karena itu, tindakan yang cepat dan tepat diperlukan untuk mengatasi masalah ini, dan teknologi digital menawarkan sarana yang memungkinkan untuk mendukung upaya tersebut.
Setelah melihat kebutuhan ini, tim peneliti di pusat gender dan kependudukan LPPM UM mengembangkan suatu aplikasi sebagai salah satu inovasi layanan kesehatan berbasis teknologi yang bertujuan untuk mempercepat dan mempermudah identifikasi dini anak-anak yang terancam stunting. Inovasi ini berasal dari dua kebutuhan utama.Â
Pertama, Teknologi digital ini memungkinkan untuk melacak dan mengintegrasikan data kesehatan anak dengan lebih tepat, sehingga mempercepat pelaksanaan tindakan intervensi.Â
Kedua, masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam mengawasi kesehatan anak-anak mereka, terutama para orang tua. Diharapkan, permasalahan stunting dapat diminimalisir dengan kerja sama antara teknologi dan keterlibatan masyarakat.
Inovasi dari aplikasi ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting di Indonesia di bawah 14% pada tahun 2024. Inovasi ini menunjukkan bagaimana teknologi digital dapat secara efektif mengatasi isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, terutama dalam hal melacak perkembangan dan pertumbuhan anak.Â
Gagasan penggunaan aplikasi ini diharapkan dapat diterapkan di tempat lain dengan partisipasi aktif masyarakat dan kolaborasi lintas sektor. Tidak hanya di Malang, tetapi juga di seluruh Indonesia, untuk mewujudkan generasi masa depan yang cerdas, sehat, dan produktif. Â
Â
Pengembangan aplikasi ini telah memasuki tahap uji coba, di mana pada tahap ini dilakukan pada beberapa posyandu di wilayah kerja Puskesmas Klojen Kota Malang. Kegiatan uji coba dilakukan pada tanggal  9 Oktober 2024 di Posyandu Kartini 01 Bareng  dan dilakukan tanggal 14 Oktober 2024 di Posyandu Tanjung 09 Bareng, yang menyasar pada bayi dan balita.Â
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan uji coba yaitu dengan melakukan pengukuran panjang badan dan tinggi badan menggunakan aplikasi Augmented Reality (AR).Â
AR disini berfungsi untuk mengukur tinggi  bayi maupun balita melalui fitur kamera yang disediakan dan kemudian hasilnya akan disesuaikan dengan pengukuran langsung oleh kader. Hasil dari kedua pengukuran ini nantinya akan dicocokkan dan menjadi bahan evaluasi serta perbaikan dari aplikasi ini sehingga didapatkan pengukuran yang real-time.
 Keuntungan dari pengembangan aplikasi ini yaitu penggunaan AR dalam aplikasi sebagai alat untuk melakukan pengukuran. Pemilihan AR ini juga sebagai langkah deteksi dini stunting anak secara mandiri yang bisa dilakukan dirumah oleh para orang tua dan tentunya dengan cara yang mudah digunakan.
Setelah dilakukan pengukuran menggunakan AR, masih diperlukan monitoring dan evaluasi bagi perbaikan untuk aplikasi. Harapannya melalui aplikasi ini tim peneliti dapat berkontribusi kepada masyarakat dalam hal mambantu menekan angka stunting di wilayah layanan mereka dengan aplikasi ini.Â
Anak-anak dengan masalah gizi dapat menerima terapi yang mereka butuhkan dengan segera, baik itu pemberian makanan tambahan, suplemen, atau rujukan ke layanan khusus, asalkan mereka diidentifikasi sejak dini dan responnya cepat.Â
Selain itu, aplikasi ini diharapkan juga dapat meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat akan pentingnya memonitor perkembangan dan pertumbuhan anak.Â
Orang tua yang rutin menggunakan aplikasi ini akan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya pola makan yang sehat dan pemeriksaan rutin. Dengan demikian, aplikasi AR ini berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran dan menumbuhkan budaya positif di lingkungan sekitar.
 Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu implementasi penelitian yang dilaksanakan oleh Santi Irawati, Rany Ekawati, Khairul Bariyyah, Surya Desismansyah Eka Putra, dan beberapa mahasiswa FIK UM di pusat gender dan kependudukan LPPM UM dalam rangka mendukung tercapainya SDG 1 (no poverty), SDG 3 (good health and well-being), SDG 11 (sustainable cities and communities), SDG 16 (peace, justice, and strong institutions), dan SDG 17 (partnership for the goals).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H