Siapa yang tidak mengenal kota Jakarta, gemerlapnya cahaya, tingginya hutan-hutan semen, dengan hiruk pikuk kegiatan masyarakat yang beraktifitas,Â
kota dengan tingkat kemacetan tinggi di Indonesia, dan Jakarta adalah kota yang menjajikan segudang harapan bagi para perantau yang merantau demi mencari kehidupan yang lebih layak.Â
Kesibukan kota Jakarta sebagai kota metropolitan tidak lepas dari sisi historis kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan zaman kolonial.
Dibalik pembangunan kota Jakarta disana sini, masih terdapat bangunan-bangunan tua yang beberapa diantaranya dijadikan sebagai Cagar Budaya, beberapa diantaranya juga sudah bertransformasi menjadi bangunan tempat tinggal semi-permanen.Â
Bangunan bersejarah itu tetap bertahan ditengah gerusan Jakarta sebagai kota metropolitan. Bangunan bersejarah itu salah satunya adalah Stasiun Tanjung Priok.Â
Stasiun yang dibangun pada tahun 1883 oleh Burgerlijke Openbare Werken (Dinas Tata Kota Hindia Belanda) dan diresmikan pada tahun 1885.  Lalu dipindah pada tahun 1914 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke - 24 yang kini lokasi nya tepat di depan terminal Tanjung Priok.Â
Stasiun ini pada awalnya dibangun untuk mempermudah aktifitas komuter masyarakat ke Batavia, dan pelabuhan. Stasiun ini berada dibawah wewenang SS Staats Spoorwegen yaitu dinas kereta api Hindia Belanda. Stasiun Tanjung Priok memiliki luas bangunan 3.768m, dan luas tanah 46.930m.Â
Desain bangunan ini sangat modern dengan sentuhan arsitektur simpel dan geometris. Stasiun ini pun menjadi pusat perekonomian di era tersebut dikarenakan stasiun ini menghubungkan langsung dengan pintu utama masuk ke Batavia yaitu pelabuhan Tanjung Priok.
Walaupun bukan stasiun sentral, tetapi arsitektur dan kemegahannya juga tidak kalah dengan stasiun Beos.Â
Meskipun stasiun ini hanya memiliki 8 peron, tetapi stasiun ini memiliki fasilitas penginapan yang pada saat itu digunakan sebagai tempat menginap bagi para penumpang Eropa dan Belanda yang ingin melanjutkan perjalanannya dengan kapal laut. Bahkan stasiun ini memiliki gudang penyimpanan barang yang terdapat di bawah bangunan stasiun ini.Â
Pasca kemerdekaan Republik Indonesia jalur ini tetap melayani rute Tj. Priok - Stasiun Beos (Jakarta Kota) - Stasiun Gambir (Halte Konisplein) - Jatinegara (Meester Cornelis) -Â Bogor (Buitenzoorg).Â
Pada tahun 1999 stasiun ini sempat berhenti beroperasi pasca peeralihan Djawatan Kereta Api Indonesia, menjadi Pt. Kereta Api Persero. Kondisi stasiun ini sempat terlihat mengenaskan akibat terbengkalai dan tidak terurus dari rentang waktu tahun 2000 - 2011.Â
Tetapi selepas itu stasiun ini mulai mengalami pemugaran dengan tidak menghilangkan keorisinilan bangunannya. Stasiun ini juga sempat menjadi tempat terminus KA lokal dengan jurusan Jakarta - Purwakarta, sebelum dipindahkan ke Stasiun Pasar Senen.
Kini stasiun Tanjung Priok hanya melayani rute KRL Commuterline purple line : Tj. Priok - Ancol - Kp. Bandan - Jakarta Kota, dan sebagai stasiun rangkaian barang. Stasiun Tanjung Priok menjadi bangunan bersejarah yang masih hidup ditengah gempuran pembangunan di kota Jakarta.Â
Nilai-nilai bersejarah yang tersimpan masih terus hidup sampai saat ini tetap perlu di lestarikan agar generasi bangsa kita dapat mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu sebagai bahan terobosan inovasi di masa depan.Â
Tidak dipungkiri pula dengan keberadaan stasiun Tanjung Priok dapat menambah destinasi wisata sejarah yang ada di kota Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H