Meskipun stasiun ini hanya memiliki 8 peron, tetapi stasiun ini memiliki fasilitas penginapan yang pada saat itu digunakan sebagai tempat menginap bagi para penumpang Eropa dan Belanda yang ingin melanjutkan perjalanannya dengan kapal laut. Bahkan stasiun ini memiliki gudang penyimpanan barang yang terdapat di bawah bangunan stasiun ini.Â
Pasca kemerdekaan Republik Indonesia jalur ini tetap melayani rute Tj. Priok - Stasiun Beos (Jakarta Kota) - Stasiun Gambir (Halte Konisplein) - Jatinegara (Meester Cornelis) -Â Bogor (Buitenzoorg).Â
Pada tahun 1999 stasiun ini sempat berhenti beroperasi pasca peeralihan Djawatan Kereta Api Indonesia, menjadi Pt. Kereta Api Persero. Kondisi stasiun ini sempat terlihat mengenaskan akibat terbengkalai dan tidak terurus dari rentang waktu tahun 2000 - 2011.Â
Tetapi selepas itu stasiun ini mulai mengalami pemugaran dengan tidak menghilangkan keorisinilan bangunannya. Stasiun ini juga sempat menjadi tempat terminus KA lokal dengan jurusan Jakarta - Purwakarta, sebelum dipindahkan ke Stasiun Pasar Senen.
Kini stasiun Tanjung Priok hanya melayani rute KRL Commuterline purple line : Tj. Priok - Ancol - Kp. Bandan - Jakarta Kota, dan sebagai stasiun rangkaian barang. Stasiun Tanjung Priok menjadi bangunan bersejarah yang masih hidup ditengah gempuran pembangunan di kota Jakarta.Â
Nilai-nilai bersejarah yang tersimpan masih terus hidup sampai saat ini tetap perlu di lestarikan agar generasi bangsa kita dapat mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu sebagai bahan terobosan inovasi di masa depan.Â
Tidak dipungkiri pula dengan keberadaan stasiun Tanjung Priok dapat menambah destinasi wisata sejarah yang ada di kota Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H